BAB 42

2.3K 199 16
                                    

Aku tertawa saat mendengar kata – kata Leo tadi. Dia fikir bisa membodohiku dengan mengatakan hal itu. Aku menatap Leo sinis yang masih berharap aku percaya dengan bualannya.

"Kau melucu kepadaku? Adikmu? Adik apa? Adik - Adikan? Kau gila? Kau fikir aku anak kecil yang akan percaya dengan mudah bualanmu itu? Oh itu panggilanmu untuk kekasihmu? Haha ya seperti beberapa sex yang kita lewati sebelumnya kau juga senang aku memerankan sesuatu dan saat ini kau sedang berfantasi seorang adik?" Tanyaku sinis.

"Mengapa belakangan ini sulit sekali berkomunikasi denganmu? Kau selalu terlalu sensitif belakangan ini. Selalu berfikiran buruk dan merajuk! Aku akan membuktikannya Zeline. Kita akan menemuinya sekarang. Ayo kita pul.."

"Tidak perlu lagi Leo. Cukup aku muak dengan hal ini. Kau juga muak bukan dengan semua sikapku belakangan ini! Jadi menyerah saja kalau begitu."

Aku mundur dan mengangkat tanganku sebagai tanda aku menyerah dengan kegilaan ini.

"Tolong beri aku kesempatan..."

"Terlambat Leo. Seharusnya sejak awal kau jelaskan tapi semua tidak kau lakukan. Bahkan karna terlalu sibuknya kau sampai tidak sadar aku menghilang dan baru beberapa hari ini kau mencariku. Aku tidak di anggap bukan? Kau menganggapku bodoh dan menyedihkan bukan selama ini, hingga kau bisa membohongiku? Maaf Leo aku menghargai semua yang telah kau lakukan untukku. Tapi aku sudah tidak bisa lagi bertahan. Kau juga mengatakan tadi kalau aku terlalu membuatmu kesulitan dalam hal berkomunikasi bukan. Jadi sudah cukup sampai di sini saja," ucapku sebelum meninggalkannya.

Aku hampir sampai ke lift saat sebuah suara menghentikanku kembali.

"Kalau kau pergi aku bersumpah Zeline.. Aku bersumpah kau akan melihatku mati sekarang."

Aku tahu kalau aku akan kalah dan tidak bisa lagi menolaknya saat dia sudah mengatakan kematian. Aku membulatkan mata saat melihatnya sudah menodongkan pistol dikeningnya.

"Leo.."

"Tidak. Aku tidak mau kehilanganmu. Tetap bersamaku maka kau akan melihatku hidup. Tapi selangkah saja kau menjauh maka aku akan meledakkan kepalaku didepanmu. Aku bersumpah kalau aku tidak main – main Zeline," ucapnya dengan air mata yang menetes dari matanya.

Aku bisa melihat keseriusannya saat ini. Aku mencoba melirik Tomas yang sejak tadi berusaha berjalan cepat menghampiri Leo. Leo dengan cepat menembak kaki Tomas saat itu juga hingga membuat Tomas tersungkur di lantai. Aku dan Olive yang melihat itu memekik ketakutan. Leo kembali mengarahkan pistolnya kepelipisnya.

"Aku mohon Leo jangan!!" Bentakku panik.

"Berjanjilah kau tidak akan meninggalkanku," ucapnya keras kepala.

Bibirku kelu rasanya saat di tuntut mengatakan hal itu. Aku tidak mampu lagi menahan sakit ini lebih lama. Entah mengapa saat ini egoku yang bekerja hingga aku tidak bisa mengontrol tubuhku sesuai dengan fikiranku. Leo bergerak sedikit menarik pelatuknya.

"I PROMISE. Please dont do that.."

Aku menghela nafas lemah saat akhirnya berhasil meredam egoku sendiri dengan mengatakan hal itu. Aku sadar kalau aku terlalu egois dan tidak memberikan kesempatan kepada Leo untuk menjelaskan, namun aku kecewa karna dia mengingatkanku sikap Keanu dulu. Aku merasa menjadi pengecut belakangan ini karna mungkin aku sudah benar - benar tidak sanggup bila menghadapi hal yang sama seperti masa laluku dulu. Mungkin terdengar seperti alasan bodoh, tapi aku juga tidak mengerti apa yang terjadi kepada hatiku saat ini.

"Kemari.."

Aku melangkah mendekatinya dengan berat hati. Leo langsung menarikku ke dalam pelukkannya dan menyimpan pistolnya di saku celananya. Dia menyeretku ke kamar kembali tanpa melepaskan pelukkannya. Aku bisa melihat para penjaga membawa Tomas ke tempat aman untuk mengobatinya. Leo mengunci pintu kamar dan membawaku bersamanya ke tempat tidur. Aku masih diam mengikuti maunya. Aku takut dia berbuat nekat lagi. Dengan lembut dia menarikku duduk dipangkuannya sambil menyentuh pipiku yang masih memerah karna tamparannya.

WHEN I WAS YOUR MAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang