BAB 46

2.2K 182 6
                                    

Aku meminta Ezra mengikuti Burak untuk memastikan keamanannya. Aku takut Leo berbuat nekat karna cemburunya. Teringat Leo setelah Burak pulang aku membuatkannya makanan kesukaannya. Aku ingin merayunya agar tidak merajuk lagi. Sejak tadi dia ada di dalam kamar dan tidak mau sama sekali melihatku. Gisel hanya tertawa saat mendengar ceritaku. Dia tidak menyangka kakaknya bisa secemburu itu. Setelah selesai memasak aku langsung menyuruh Olive menata makanan. Aku memutuskan untuk menghampiri Leo yang masih mengurung diri di kamar. Dengan pelan aku masuk ke dalam kamar dan melihat Leo tidak ada di dalam kamar. Aku mencoba mencari Leo ke ruang kerjanya dan menemukan Leo sedang berdiri membelakangiku. Dia menatap ke arah dinding kaca yang berada diruangan ini. Aroma alkohol menyerebak hingga membuatku mual. Suasana gelap membuat Leo terlihat menyeramkan saat ini. Tanpa sengaja kakiku menginjak pecahan beling, beruntung aku menggunakan sendal rumah yang melindungi kakiku. Aku mematung menatap sekelilingku dengan seksama saat menyadari banyak pecahan beling dan juga barang – barang yang berserakan diruangan ini. Aku menyadari kemarahan Leo tidak main – main saat ini. Dia benar – benar marah saat ini kepadaku.

"Lleo," panggilku lirih.

Leo masih bergeming ditempatnya. Dia tidak sama sekali ingin menoleh hanya untuk menatapku. Aku mencoba memberanikan diri untuk mendekatinya.

"Jangan mendekat. Pergi dari sini," ucapnya dingin.

Aku menatapnya sedih saat dia tidak inginkan keberadaanku. Aku bisa mengerti dia marah karna sikapku. Seharusnya aku tidak meminta hal apapun yang bisa membuatnya marah seperti ini. Leo pernah mengatakan kalau dia pecemburu yang sangat buruk, tapi aku melupakan itu.

"Maafkan aku," ucapku lirih.

Aku berusaha menahan isak tangisku dan berbalik pergi. Mungkin dengan membiarkannya sendiri dia bisa lebih tenang. Saat akan keluar dari ruangan ini suara Leo membuatku mematung di tempat.

"Aku begitu buruk untukmu hingga kau ingin pria lain yang mirip dengan anak kita?" Tanyanya dengan nada sedih.

Aku bisa merasakan rasa sakit yang dia rasakan saat dia mengatakan itu kepadaku. Aku berbalik menatapnya dan menyesal saat melihatnya nampak kecewa kepadaku.

"Leo bukan itu maksudku. Aku.."

"Kau sangat marah saat melihatku memeluk Gisel waktu itu. Tapi.. kau sendiri melakukan itu didepanku dan aku tidak boleh marah? Kau egois Zeline. Kau tidak mengerti perasaanku. Yang kau fikirkan hanya perasaanmu saja!" Ucapnya marah.

Aku menggeleng kepala sambil menatapnya sedih. Bukan ini maksudku. Aku tidak ingin menyakitinya. Aku benar - benar menyesal.

"Aku benar – benar kecewa kepadamu," ucapnya lirih.

Aku menatap Leo tidak percaya saat dia mengatakan itu. Perlahan aku menunduk karna tidak mampu lagi menatap Leo. Aku memutuskan untuk keluar dari ruangan ini untuk membuat Leo tenang.

"Leo aku sudah membuatkan makan malam untukmu. Aku harap kau mau memakannya," ucapku pelan sebelum menutup pintu ruangan kerja Leo.

Aku membekap mulutku dan memilih memasuki kamar pribadiku. Aku tidak punya keberanian masuk ke kamar kami. Aku tidak ingin membuat Leo harus tidur di tempat lain saat dia tidak nyaman dengan keberadaanku. Sekuat tenaga aku menahan tangisku agar tidak membuat janinku kenapa – kenapa. Aku berusaha menenangkan diriku walau air mata terus mengalir. Perlahan aku tertidur di tempat tidur dengan memeluk diriku sendiri karna Leo tidak akan memelukku malam ini untuk menghangatkanku.

***

Aku terbangun saat merasakan sebuah sentuhan lembut dikepalaku. Mataku terbuka dan menemukan Leo yang menatapku khawatir. Dengan cepat aku memeluknya dan kembali menangis menumpahkan rasa menyesalku kepadanya.

WHEN I WAS YOUR MAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang