BAB 12

1.6K 133 8
                                    

Aku menelfon Keanu saat kami sudah sampai di rumah. Aku tidak menunggu lama untuk mendengar suaranya yang nampak panik.

"Ada apa? Mengapa kau panik?" Tanyaku.

"Aku hampir terbang kembali ke sana untuk memastikan kau baik – baik saja sayang. Mengapa kau tidak mengangkat telfonku tadi?" Tanyanya.

"Maaf Keanu aku tadi sedang menyetir," ucapku.

"Mengapa seharian ini tidak ada satupun pesanku yang kau jawab? Aku benar – benar hampir gila berada di sini saat kau menghilang begini," ucapnya frustasi.

Aku tersenyum saat mendengarnya begitu frustasi karnaku.

"Maaf sayang aku tadi benar – benar sibuk. Rapat, diskusi dan bertemu wartawan. Juga.."

Aku terdiam saat bingung apa aku harus katakan kepada Keanu bahwa papa masuk rumah sakit.

"Juga?"

"Tidak apa – apa.."

"Katakan sayang jangan membuatku penasaran dan memutuskan untuk pulang sekarang juga," ucapnya.

"Memang kau bisa? Kau tidak mungkin melawan bosmu sayang," ucapku.

"Aku bisa dan jangan menantangku. Katakan apa terjadi sesuatu yang tidak aku ketahui?" Tanyanya dengan nada mengancam.

"Papa masuk rumah sakit karna serangan jantung. Tadi setelah kau mengantarku, aku mendapatkan telfon dari mama yang mengabariku kondisi papa. Aku langsung ke sana untuk melihat kondisinya. Beruntung dia tidak apa – apa. Setelah memastikan dia baik – baik saja aku pergi ke kantor untuk bekerja. Tadi juga aku aku pulang terlambat karna menjenguk papa dulu," ucapku pelan.

"Ya Tuhan. Sayang kau pasti membutuhkanku saat ini. Aku akan ke.."

"Jangan pulang sampai kau menyelesaikan pekerjaanmu. Aku tidak ingin kau menelantarkan pekerjaanmu. Berjanjilah Keanu kau tidak akan melakukan itu. Aku bisa mengurus semua di sini sendiri. Aku janji tidak akan membuatmu cemas lagi. Aku janji," ucapku.

Aku mendengarnya menghembuskan nafas berat. Aku tahu dia sangat ingin pulang saat ini dan meninggalkan pekerjaannya. Aku tidak ingin dia begitu.

"Ada satu lagi yang mau aku sampaikan."

"Apa sayang?"

"Aku akan di pindah tugaskan ke Singapure. Atasanku mempromosikanku menempati posisi direktur keuangan di cabang baru perusahaan mereka. Aku belum menerima tawaran itu karna aku masih cemas meninggalkan orang tuaku," ucapku.

"Sayang aku tahu mungkin ini sulit. Tapi kalau memang itu yang membuatmu berat aku akan mengurus orang tuamu. Kau tidak perlu cemas," ucapnya lembut.

"Mengurus mereka?"

"Iya karna setelah aku pulang kita akan menikah dan aku yang akan mengurus mereka," ucapnya.

Aku tersenyum saat dia mengatakan itu.

"Lalu bagaimana denganmu? Apa kau tidak masalah dengan kepergianku?" Tanyaku.

"Aku punya ide apa aku memboyong keluargamu ke Singapure saja? Aku juga tidak akan bisa tinggal jauh darimu. Aku bisa bekerja di cabang Singapure bersamamu. Aku ingin kau tidak memiliki hambatan apapun untuk karirmu sayang. Kau tenang saja aku akan mengurus semua. Kau hanya perlu menyetujui itu semua," ucapnya.

Aku hanya terseyum mendengar kata – katanya. Diapun ternyata berfikir hal yang sama dengan kedua orang tuaku. Dia tidak ingin aku terhambat meraih karirku.

WHEN I WAS YOUR MAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang