BAB 44

2.3K 229 7
                                    

Tomas memberikanku berkas yang aku tidak tahu isinya apa. Aku mengerutkan kening menatapnya. Dia masih setia mengulurkan berkas itu. Aku melirik Leo yang tersenyum kepadaku. Aku mengambil berkas itu dengan ragu dan membaca isinya. Tenyata ini DNA Gisel. Dia terbukti memang adik kandung Leo. Aku menatap datar ke arah Tomas dan Leo.

"Dari hasil laporan nona Gisel dinyatakan sedarah dengan tuan Leo. Selama ini tuan mencarinya karna masih yakin bahwa nona Gisel masih hidup. Dia di culik sejak kecil sebelum orang tua tuan meninggal. Hingga saya menemukan pesuruh penculik itu dan akhirnya mendapatkan keberadaan nona Gisel dalam keadaan yang buruk. Dia mengalami depresi berat saat saya menemukannya. Sempat dia fikir kami berniat buruk hingga dia berusaha kabur saat kami bawa, namun saat bertemu tuan Leo dan dijelaskan dengan semua bukti yang terkait, dia baru menyadari kalau kami berniat baik. Saat ini nona Gisel dalam keadaan bahaya karna ada yang mengincarnya untuk dilenyapkan. Penjagaan rumah ini sudah di perketat sesuai perintah tuan," uap Tomas datar.

Tomas langsung pamit pergi setelah mengatakan semua itu. Aku hanya diam menerawang ke arah foto pernikahanku. Ternyata dugaanku benar. Dia mengalami depresi berat. Semua cerita Tomas membuatku merasa semakin bersalah atas apa yang sudah aku lakukan kepada Leo. Aku menunduk sambil memainkan jari - jariku untuk memikirkan cara meminta maaf kepada Leo. 

"Sweety tidak marah lagikan?" Tanya Leo.

Aku menatapnya ragu sambil menggigit bibirku. Leo langsung menangkup wajahku dan mengecup bibirku lembut.

"Maafkan aku. Aku tidak tahu mengapa rasanya emosiku terlalu cepat tersulut belakangan ini. Aku juga merasa terlalu cepat mengambil kesimpulan belakangan ini karna moodku yang tidak baik tanpa sebab."

Leo tersenyum saat mendengar penjelasanku. Dia kembali melumat bibirku dengan lembut. Aku menyentuh wajahnya dengan lembut saat dia melepaskan ciumannya dariku.

"Apa Gisel akan mendapatkan perawatan?" Tanyaku.

Leo tersenyum tipis saat mendengar pertanyaanku. Biar bagaimanapun aku tidak bisa mengabaikan kesehatan Gisel.

"Iya. Dia masih dalam perawatan. Aku akan memberikan jadwalnya kepadamu nanti. Perawatan akan dilakukan di sini karna aku tidak mau ambil resiko," ucap Leo.

"Aku akan menunda rencanaku kalau begitu," ucapku.

"Sweety sebenarnya aku tidak masalah kalau memang kau ingin melanjutkan rencanamu sekarang. Kita bisa pindah ke Indonesia sementara waktu," ucapnya.

"Apa itu memungkinkan?" Tanyaku.

"Bisa aku atur."

Aku mengangguk. Leo mulai merangkul bahuku untuk mendekat. Aku hanya tersenyum sambil menatap wajahnya. Dia pasti belakangan ini sangat lelah karna sikapku.

"Apa kau lelah baby?" Tanyaku.

"Sweety aku tidak pernah lelah saat menatapmu. Aku benar – benar merindukanmu," ucapnya manis.

"Masa?" Tanyaku iseng.

"Tentu saja. Aku benar - benar tersiksa beberapa waktu ini karna harus menahan diri untuk tidak menyentuhmu yang ngambek," ucapnya murung.

Aku mengecup bibirnya untuk meminta maaf. Dia berusaha menciumku kembali, namun aku mengelak. Dia sama sekali tidak menyerah. Aku menangkup wajahnya agar menjauh dariku, tapi dia terlalu kuat hingga aku berbaring di sofa. Kegiatan kami terhenti saat mendengar pekikan panik di dekat kami. Aku melirik bersamaan dengan Leo. Gisel nampak tersenyum kikuk menatap kami. Aku mendorong Leo dengan kuat dan menghampiri Gisel yang nampak salah tingkah.

"Kau belum tidur?" Tanyaku pelan.

"Maaf kak aku.."

"Tidak masalah. Apa kau butuh sesuatu?" Tanyaku menggenggam tangannya.

WHEN I WAS YOUR MAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang