BAB 20

2.3K 193 39
                                    

POV AUTOR

Zeline menatap kosong ke arah jasad ibunya yang saat ini sedang di kafani. Dia tidak menyangka kalau dia harus kehilangan kedua orang tuanya sekaligus. Sejak dia sadar tidak ada kata – kata yang keluar dari mulutnya. Dia hanya diam menatap jasad ibunya dalam diam. Dia sama sekali tidak merespon siapapun saat ini. Sudah tidak ada lagi teriakan histeris yang terdengar darinya. Dia seakan sudah tidak memiliki jiwa. Dia seakan tidak lagi memiliki nyawa. Ezra, Fely, Jovan dan Sarah masih setia mendampingi Zeline yang nampak terpukul. Mereka menuntun Zeline untuk berjalan menuju pemakaman untuk kembali memakamkan orang tuanya. Mamanya dimakamkan di sebelah papanya. Zeline luruh di tanah tanpa berkata apa – apa lagi. Dia menatap prosesi ibunya dimasukkan ke dalam liang lahat. Dia tidak lagi memiliki alasan tetap hidup saat ini. Dia tidak memiliki tujuan lagi. Semua hancur bagai debu. Hidupnya sudah berantakkan dan tidak bisa lagi diperbaiki lagi. Orang tuanya meninggal dan pernikahannya hancur. Zeline menjambak rambutnya untuk menyalurkan frustasinya. Rasanya kepalanya mau pecah saat ini.

"Mama.. papa.. aku ingin ikut," ucapnya lirih.

Zeline masih menatap kosong ke arah makam orang tuanya. Hanya air mata yang memperlihatkan betapa hancurnya perasaannya saat ini. Hancur tak berbekas sama sekali. Hingga dia merasa lelah untuk hidup.

POV AUTOR END

POV ZELINE

'Papa, mama mengapa kalian meninggalkanku? Aku tidak bisa hidup sendiri. Aku akan menyusul kalian setelah ini. Tidak ada lagi alasanku tetap hidup saat ini. Hancur semua sudah menjadi debu tak berbekas. Kehilangan kalian dan juga pernikahanku..'

Aku tertawa mengingat kata pernikahan saat aku bicara dalam hati. Aku tertawa keras sampai semua orang menatapku dengan prihatin. Pernikahan yang harusnya aku laksanakan hari ini malah berganti dengan pemakamam orang tuaku. Ini karna mereka yang mengkhianatiku. Mereka tidak memiliki hati sedikitpun. Aku mengutuk mereka dengan kutukan terburuk di bumi ini.

"Lucu sekali. Hari ini adalah hari pernikahanku. Kalian tahu bukan? Kalian sudah mendapatkan undangannya bukan? Haha ya pernikahaanku hari ini seharusnya berlangsung tapi apa.. aku malah menguburkan orang tuaku di hari pernikahaanku. Lalu malam pertama yang biasa pengantin lewati akan aku lewati sendiri dalam rumah yang sepi dan gelap. Benar – benar sempurna bukan hidupku," ucapku kepada semua pelayat.

Aku masih tertawa geli sambil memukul – mukul tanah. Perlahan tawa itu berubah menjadi tangis histeris. Aku menggaruk tanah untuk melampiaskan marahku kepada Tuhan. Tuhan memberiku cobaan sebesar ini tanpa jeda. Seakan aku mampu menghadapi semua ini.

"Zeline.."

"Ini tidak adil Jo. TIDAK ADIL! KAU DENGAR TUHAN? TIDAK ADIL!!!" Teriakku.

Ezra dan Fely berusaha membawaku pergi dari makam. Aku mendorong mereka menjauh. Aku kembali bersimpuh dihadapan makam orang tuaku.

"Papa harusnya menikahkanku hari ini bukan? Lalu mama harusnya mendandaniku hari ini. Lalu mengapa kalian masih tidur di dalam sana? Ayo bangun cepat putrimu ini menunggu kalian. Eh tapi tunggu siapa yang akan menjadi pengantin pria? Pengantin pria sudah kabur dengan jalang hhaahaha sempurna sekali bukan si pengantin pria?"

"Zeline ayo kita.."

"Hey Dylan tolong pesankan aku satu lagi makam di sana. Hey pak bisa kau pesankan satu lagi makam di sebelah ibuku? Aku akan bayar mahal. Aku akan bayar dengan seluruh tabungan dan rumah orang tuaku. Bisakan? Cepat kubur aku sekarang," ucapku berjalan menuju lahan kosong, namun di tahan Cris.

"Ayo kita pulang," ucap Cris.

"Tidak Cris aku akan di kubur di sana. Aku akan bersama orang tuaku," ucapku senang.

WHEN I WAS YOUR MAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang