BAB 52

1.9K 196 13
                                    

POV AUTOR


Zeline masih diam menatap ke arah Leo yang saat ini membawa nampan makanannya. Dengan telaten dia membantu Zeline makan. Saat ini mereka sudah pulang dari rumah sakit. Keadaan Zeline masih sama. Dia masih tidak mau mengatakan apapun saat ini. Dia hanya diam menatap kosong lurus ke depan.

"Sweety apa kau suka makanannya?" Tanya Leo lembut.

Zeline sama sekali tidak meresponnya. Zeline sibuk mengunyah makanannya. Leo mendesah lemah saat masih tidak mendapatkan respon dari Zeline. 

"Aku yang masak makanan ini untukmu," ucap Leo lembut.

Saat itu juga Zeline melirik ke arah Leo yang saat ini juga menatapnya. Leo tersenyum senang saat melihat tatapan Zeline yang mengarah kepadanya. Leo tersenyum lembut sambil menangkup wajah Zeline untuk dia cium. Kebahagiaan ini membuatnya tidak bisa menahan dirinya.

"Sweety akhirnya kau mau menatapku. Aku sangat merindukan tatapanmu sweety," ucap Leo menggebu - gebu untuk menggambarkan perasaannya saat ini.

Zeline hanya diam menatap Leo yang nampak senang.


***


Zeline hanya diam menatap kosong ke arah lurus tanpa mau mengatakan apapun saat Gisel mencoba mengajaknya bicara. Gisel hampir menyerah saat Zeline tidak juga bereaksi. Gisel memeluk Zeline dengan perasaan sedihnya. Tapi tanpa dia duga tiba – tiba Zeline membelai kepala Gisel dengan lembut. Gisel menegang saat merasakan belaiam lembut Zeline. Gisel perlahan melepaskan pelukkan Zeline dengan air matanya.

"Kakak.."

Zeline tidak menatapnya. Dia hanya diam menatap lurus. Dengan pelan Gisel menidurkan tubuhnya dipangkuan Zeline. Kembali Zeline dengan lembut membelai kepala Gisel walau tatapannya tidak pernah teralihkan kepada Gisel. Leo yang baru saja masuk ke dalam kamar nampak mematung menatap pemandangan ini. Dia tersenyum senang melihat interaksi Gisel dengan Zeline yang nampak berhasil walau tatapannya tetap kosong dan lurus. Dia semakin merasa yakin Zeline tidak butuh psikiater. Dia hanya butuh keluarganya. Mungkin dengan kehangatan keluarga yang akan dia ciptakan bisa membuat Zeline kembali seperti semula. Lagi pula dia tidak ingin kejadian Pricil kembali lagi. Dia tidak ingin membiarkan orang lain masuk sembarang kerumahnya.


***


Leo meraih Zeline dalam pelukkannya untuk menyalurkan rasa sayangnya kepada istrinya. Beberapa kali dia mengecup puncak kepala Zeline untuk membuat Zeline lebih relaks dan bisa tidur dengan tenang. Karna selama kecelakaan itu Zeline selalu bermimpi buruk dan bangun dalam keadaan kacau. Tanpa suara dia membanting semua barang yang ada disekitarnya dengan brutal. Leo sampai harus menyuntikkan obat penenang untuk menghentikan aksi Zeline.  

"Tidurlah sweety. Aku akan menjagamu," ucap Leo lembut.

Zeline menuruti mau Leo. Dia memejamkan mata dalam pelukkan Leo. Leo nampak mendesah lega saat merasakan istrinya mulai sedikit mengalami kemajuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Dia sudah membatalkan psikiater yang dia sewa untuk Zeline setelah melihat Zeline mengalami kemajuan hanya dengan Leo dan Gisel. Dia juga merasa lega karna setidaknya sekarang dia tidak perlu khawatir harus was – was kepada orang luar yang masuk ke dalam rumahnya. Sampai sekarang dia masih belum bisa menemukan dalang penembakkan itu. Bahkan Pricil memilih bungkam walau sudah di siksa dengan berbagai cara hingga akhir hayatnya. Leo begitu frustasi saat ini. Dia sangat ingin menghabisi orang yang bertanggung jawab dalam kematian calon anaknya. Dia yakin saat ini orang itu sedang bersembunyi di balik kekuasaan mafia hingga Leo kesulitan menemukan orang itu

WHEN I WAS YOUR MAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang