BAB 33

2.3K 191 3
                                    

Aku menyodorkan secangkir coffe hitam ke arah Leo. Leo menyambut cangkir itu dengan senyumannya dan merangkulku dalam pelukkannya. Aku menaruh piring tatakan gelas yang masih aku pegang di meja. Leo nampak menikmati coffe buatanku.

"Enak sekali," ucapnya.

"Benarkah?" Tanyaku.

"Aku sangat menyukainya. Sweety aku mau memberitahukan pernikahan kita besok akan diadakan pagi – pagi di hotel milikku. Setelah itu kita mungkin tidak akan tinggal di sini."

"Kenapa?" Tanyaku.

"Di sini terlalu jauh dari kantorku. Aku memiliki mansion yang terletak di kota. Aku yakin kau akan menyukanya. Lagi pula akses di sana lebih mudah bila nanti kau ingin berjalan – jalan keluar," ucap Leo santai.

"Kau mengizinkanku keluar rumah?" Tanyaku.

"Ya, setelah kita menikah aku fikir tidak masalah bila kau ingin berbelanja atau jalan – jalan. Tapi tentu dengan pengawal yang ketat dan juga Olive yang harus selalu ada disampingmu," ucapnya.

"Baiklah terserah kau saja Leo. Aku juga bukan orang yang terlalu suka jalan – jalan di luar sebenarnya. Hanya sesekali mungkin bila aku merasa bosan," ucapku.

"Iya sweety," ucapnya.

Aku kembali diam menatap tv yang mati.

"Leo.."

"Hm?"

"Boleh aku minta sesuatu?" Tanyaku.

"Apa?"

"Aku minta ruanganku sendiri di rumah baru kita," ucapku.

"Untuk ruang kerja atau apa?" Tanyanya.

"Hanya sebuah kamar untuk merenung," ucapku.

Leo menangkup wajahku dan mengecup bibirku berkali – kali.

"Untuk merenung apa?" Tanyanya lembut.

"Entahlah, mungkin merenung untuk mendapatkan ide yang bisa aku lakukan untuk mengisi kekosongan waktuku," ucapku lembut.

"Baiklah. Asal jangan ada yang kau sembunyikan saja," ucapnya.

"Iya," ucapku.

"Kau ingin makan di luar?" Tanya Leo.

"Hm boleh. Aku akan siap – siap dulu kalau begitu," ucapku kepada Leo.

Aku berjalan menuju kamar kami. Olive nampak mengikutiku untuk membantuku bersiap.

***

Aku tersenyum kepada Leo yang menarikkan kursi untukku. Aku menatap sekeliling yang nampak sunyi. Ini karna Leo membooking seluruh restoran hingga aku tidak perlu khawatir ada paparazi yang mengambil gambar kami. Aku menatap taman yang nampak indah dan menyejukkan hatiku.

"Kau menyukainya?"

"Sangat," ucapku lembut.

"Kau mau pesan apa?" Tanyanya.

"Apapun asal jangan ikan," ucapku.

"Ikan bagus untukmu. Aku akan membantumu memisahkan durinya," ucap Leo.

"Tapi itu terlihat menyedihkan Leo. Kau seperti makan dengan anak balita kalau begitu," ucapku cemberut.

"Siapa yang peduli. Tidak akan ada yang mengomentarimu saat ini. Tidak akan ada yang berani. Dia akan berhadapan langsung denganku," ucap Leo.

"Terserah kau saja Leo. Aku juga tidak mengerti kata – kata di buku menu ini," ucapku mengernyit bingung.

Leo hanya tersenyum dan mengatakan pesanannya kepada pelayan dengan bahasa Turki. Leo kembali menatapku yang saat ini memperhatikan bunga di tengah meja.

WHEN I WAS YOUR MAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang