BAB 31

2.4K 230 15
                                    

Aku menatap karangan bunga yang berada dalam pelukkanku. Lily putih yang menjadi pilihanku saat melihat hamparan bunga di toko bunga tadi. Aku terlalu muak untuk memilih mawar walau Leo tetap membeli mawar putih. Aku menatap ke arah jalanan yang lumayan padat dari luar jendela. Hari ini aku sengaja merias diriku sesederhana mungkin. Bahkan aku hanya memakai sebuah dress sederharna berwarna putih yang terlihat seperti dress rumahan. Entah mengapa aku merasa saat ini ingin kembali seperti Zeline yang dulu seorang putri dari keluarga biasa. Leo sempat tidak menyetujui keinginanku, namun saat melihat raut wajahku yang nampak datar saat mendengar protesnya, dia memilih menyerah. Aku menatap kosong ke arah jalanan. Aku bahkan tidak memperdulikan Leo sejak tadi yang berusaha mengalihkan perhatianku. Sampai akhirnya kami sampai di sebuah kompleks pemakaman. Perlahan aku membuka pintu mobil tanpa menunggu Leo yang membukakan. Aku berjalan pelan menuju pohon besar yang ada di dekat makam orang tuaku. Aku ingat setiap langkahku dulu saat harus menguburkan kedua orang tuaku dulu begitu berat. Bahkan sampai hari ini aku masih sulit untuk mempercayai kalau mereka sudah tiada. Aku menarik nafas saat merasa air mataku ingin menetes mengingat setiap momen detik - detik aku kehilangan kedua orang tuaku. Aku menatap langit untuk menguatkan diriku. Aku harus bisa bertahan hidup dan mengiklaskan mereka mulai sekarang. Perlahan aku kembali melanjutkan langkahku, namun aku mengerutkan kening saat tidak menemukan makam orang tuaku. Aku panik saat fikiran buruk menyergapku. Aku takut pihak pemakaman menumpuk makam orang tuaku karna aku tidak ada kabar.

"Ikut aku," ucap Leo lembut.

Leo membawaku mendekati sebuah pagar emas yang terdapat 2 makam didalamnya. Aku menutup mulutku saat melihat makam orang tuaku begitu terawat dengan dihiasi rumput hijau. Aku menatap Leo yang hanya tersenyum.

"Kau yang melakukannya?" Tanyaku.

"Iya. Aku yang melakukannya. Aku sengaja membuat pagar ini sebagai pembatas dan juga membuat bangku panjang itu untuk orang yang mengunjungi makam orang tuamu. Setiap orang yang datang akan memerlukan izin khusus dari penjaga yang aku tempatkan khusus untuk makam ini. Tidak sembarangan orang yang bisa ke sini agar makam orang tuamu lebih terawat. Kau sudah memesan tanah itu di sebelah ibumu bukan? Lihat aku juga melakukan hal yang sama. Aku memesan disebelahmu. Untuk sementara ini tanah itu aku gunakan untuk menanam bunga agar lebih indah. Jadi sampai kita meninggal aku tidak akan meninggalkanmu sendiri. Aku akan selalu disampingmu," ucap Leo lembut sambil menggenggam tanganku.

Aku menatapnya dengan berlinang air mata. Aku menatap nisan orang tuaku dengan tatapan sendu.

'Papa, mama.. kalian lihat bukan pria yang saat ini menggenggam tanganku? Dia Leo si singa kecil yang selalu membuat papa kesal saat aku kecil. Yang selalu memakan habis masakkan mama saat dia berkunjung ke rumah. Kalian ingat bukan? Si singa kecil  saat ini sudah dewasa dan datang menjadi pelindungku. Memang dia masih menyebalkan, namun aku merasa dia begitu berusaha menopangku yang hampir roboh karna kehilangan kalian. Perlahan dia membuatku merasa aku perlu untuk bertahan hidup,' ucapku dalam hati kepada orang tuaku.

Aku menghampiri makam orang tuaku dan menaburi makam mereka dengan bunga dan air mawar. Aku menaruh buked lily yang aku bawa di atas makam mereka. Leo juga menaruh buked mawarnya bersampingan denganku. Aku tersenyum menatap nisan orang tuaku saat Leo menjauh untuk memberiku waktu bersama orang tuaku.

'Leo menemuiku dengan cara yang menyebalkan. Dia menculikku dan membawaku ke Turki. Mama pasti akan berteriak kesal kalau saat ini masih hidup karna mendengarku ke Turki, negara yang mama ingin sekali kunjungi untuk melihat idola mama,' ucapku dalam hati sambil terkekeh pelan.

Aku menghembuskan nafas pelan sambil membelai makam mereka berdua. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri kalau aku sangat amat merindukan mereka saat ini. Aku memejamkan mata saat ingin sekali rasanya saat ini melihat mereka. Perlahan aku membuka mata dan benar aku bisa melihat mereka duduk didepanku sambil tersenyum. Mereka nampak bahagia melihatku. Aku hanya tersenyum menatap mereka tanpa bisa meraih mereka dalam pelukkanku.

WHEN I WAS YOUR MAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang