Chapter 15

1.6K 204 25
                                    

Para suporter sibuk meneriakkan pekik-pekik semangat dan dukungan meski laga secara resmi telah berakhir. Sekarang tak masalah kita tak punya kartun animasi Upin-Ipin, kita punya Bagas-Bagus yang secara nyata telah membanggakan Indonesia sampai ke Final Piala AFF. Kenyataan lebih baik dari sekedar tayangan belaka.

Disaat orang lain menunggu Timnas U-16 keluar dan masuk ke dalam busnya, semua harus menunggu di luar stadion. Tidak dengan keluarga pemain, diizinkan untuk menemui malam ini sebelum besok akan selalu fokus pada laga final melawan Thailand, menjadi laga penentu apakah mereka bisa jadi pencetak sejarah yang akan dikenang entah berapa ratus tahun yang akan datang.

"Tuh toilet tuh! Mules apa kabar?" Tanya Kak Kevin sambil menyenggol bahuku.

"Ishhh! Eh, Kak, jangan mau sama Kak Kevin, Za bilangin ya? Dia playboy!" Kataku pada perempuan yang selalu ada di dekat Kakaknya Brylian ini sejak tadi.

Kak Kevin langsung membekap mulutku. "Ini ya! Eh, kamu tuh poliandri sukanya, Nando apa Brylian?"

Memanyunkan bibirku. Akhir-akhir ini Kak Kevin sering membicarakan itu, pilih Brylian atau Ernando, padahal dia juga tahu kami bersahabat sejak kecil, sejak kelas 1 SD, sejak Kak Kevin masih bandel-bandelnya sampai bikin Tante Isnaini pusing.

"Aaaakk," teriakku ketika mendapati Ernando dan Brylian sedang berlari kecil ke arah kami, di jalan keluar menuju bus Timnas Indonesia.

"Nggak mau peluk kamu, Za!" Ucap Nando dan Brylian bersamaan, melewatiku yang hanya bisa mematung dan menghela napas. Padahal aku juga tidak merentangkan kedua tangan untuk bisa dipeluk olehnya.

Ernando memeluk Mamaya dan Brylian memeluk Papanya, sambil diusap-usap kepalanya oleh Mamaku.

"Kacang kacang kacang," teriak Kak Kevin dan Keemas menyindirku.

Memanyunkan lagi bibirku beberapa centimeter.

Brylian dan Ernando yang menyadari telah mengacuhkan aku pun memilih untuk mentertawakan bukannya meminta maaf yang baik dan benar.

"Ngambek, Za?" Tanya Ernando.

"Enggak sih. Aku mau ajak ngomong Supriadi aja!" Kataku melangkah mendekati Supriadi yang tengah tertawa-tawa dengan Bagus. "Supri?" Panggilku padanya dengan sok kenal.

"Siapa ya?"

Sumpah aku pengen buang mukaku ke laut aja, sudah nyapa baik-baik malah ditanya siapa. Astaga, tengsin sudah.

"Ha ha ha. Sok kenal kamu, Za, sok kenal!" Teriak Brylian dengan wajah puasnya.

Banyak pemain sedang menemui keluarganya, kecuali beberapa pemain yang memang orang tuanya tak sempat datang ke sini, karena jauh, karena satu dua hal kesibukan juga. Tapi di sini selain dapat malu, aku juga tahu bagaimana wajah orang-orang tua yang bangga terhadap anak-anaknya. Papa dan Mama Zico salah satunya, beliau selalu ada dalam setiap laga, kemarin sempat ngobrol sama Om Sutarno dan Om Yusyanto juga mereka.

"Ah elah! Gus, kamu kenal aku kan?" Bisikku pada Bagus.

Bagus malah tertawa. "Iya, kenallah."

"Ya kamu kenalin lah aku ke kawanmu ini, masa' dia tak kenal aku? Tengsin lah!" Bisikku lagi.

Sekali lagi dia tertawa. "Supri, ini Za, sahabatnya Nando sama Brylian," jelasnya pada Supri yang mengangguk-angguk.

"Pantas saja kaya nggak asing, kirain emang muka pasaran, tahunya emang sering dibikin story sama Nando sama Brylian ya?" Kata Supriadi yang kaya ada pahit-pahitnya, tapi senyumnya kaya ada manis-manisnya.

"Makasih lho, Supri, kau idolaku benget deh!" Dengan sedikit ketus.

Supriadi dan Bagus malah tertawa.

TriangleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang