Chapter 81

1.1K 145 35
                                    

Brylian Point of View

Sesekali aku mengandai, jika saja yang dipeluk Za ialah aku, tapi aku cukup bahagia mengikhlaskan seseorang yang membuatku bahagia. Ternyata mengikhlaskan itu indah, tentu dengan berpikir mengikhlaskan dapat membahagiakan orang lain.  Kalau katanya ikhlas tapi memikirkan sakitnya sendiri, aku yakin ikhlasmu tak seindah ikhlasku.

"Santuy, ntar cari sama gue di Indonesia. Cari yang gadis, kalau gadis nggak mau, cari model, eh model juga nggak mau..." ini Bagus.

"Mati aja lo! Semua kagak mau!" sambar Amanar.

"Eh, tenang, Bos, tenang. Tukang LPG nih! Ngegas mulu!"

"Ya elo sih, orang lagi romantis, baper-baper, bucin gini juga!"

Bayanganku jadi buram karena dua anak ini.

"Makanya dengerin dulu, gadis pun tak mau, model pun tak mau, masih ada janda yang menunggu!" sambil sedikit bernyanyi.

Kami pernah TC di kompleks TNI, dan mereka kalau yel-yel kurang lebih semacam itu. Aku tak menyangka Bagus hafal yel-yel itu.

"Bener juga ya, ha ha ha," Amanar tertawa lebar.

"Guys, come on!" Official memanggil kami, membuat kami kehilangan banyak tontonan romansa kali ini.

"Ndo, udah, Ndo!" teriak Zico dan Nando langsung berlari.

Dan hari patah hati terhebatku terjadi di Leicester, semoga ketika kembali ke negeriku sendiri patah hati itu tak menyisakan apa-apa.

Sepanjang perjalanan Nando tak mau duduk dekat denganku. Dia pilih menjauh meski sesekali saat aku melihatnya sambil tersenyum, ia melirikku. Sehebat apapun keputusannya hari ini, dia pasti sungkan padaku. Ya hati siapa juga yang tidak hancur, tapi kan, hidup tak selalu bercerita tentang bahagia seperti di wattpad. Kematian, menangis, patah hati, bersedih, hidup nyata bercerita tentang itu.

Meski patah, aku harus kembali tumbuh. Tak bisa terus berdiam begini pada Nando. Kapan Owl Squad kembali seperti dulu lagi kalau begini caranya?

"Tadi nembak Za gimana?" tanyaku membuat semua orang yang mendengar menghentikan aktivitasnya.

Mungkin mereka semua sama kagetnya dengan Nando, atas apa yang aku tanyakan. Tapi serius, duarius, tigarius, aku jauh lebih lega dari sebelumnya. Apa ini yang kata orang akan lebih ringan jika kita mengikhlaska? Mungkin iya.

"Pertanyaan lo kaya mau ngajak barantem!" bisik Bagus di kursi belakangku.

"Kepo banget lu!" balas Nando semakin membuat yang lain diam tak mampu berkata-kata.

"Demi Allah, penguasa seluruh alam ini, langit Inggris indah ya, cerah, semoga begitupun dengan langit negara kita, dan langit-langit hati sahabat-sahabat kita!" pekik Bagas sambil mengeluarkan kepalanya keluar jendela minibus.

"Ahh yang tadinya dingin jadi hangat ya, yang tadinya panas sekarang jadi hangat, dari tahun kemarin kenapa!" David tak kalah brutal dalam menyindir.

Aku biarkan saja sesukanya, teman-temanku memang begitu. Ah, bukan, karena mereka sahabatku saja, makanya berani menyindir dan ceplas-ceplos di depanku.

"Tar, telepon Za ya?" tawarku sekali lagi tim Garuda Select terdiam sepersekian detik.

"Ngapain? Mau nikung lu ya!" tuduh Zico malah lebih pedas.

Aku lempar botol minumku ke arahnya. "Nikung-nikung! Nggak inget kata Bagus tadi, nggak ada Za, janda pun jadi. Ha ha ha."

"Gue nggak bilang gitu tadi!" protes Bagus. "Gadis tak mau, model tak mau, masih ada janda yang menunggu!"

TriangleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang