Minggu pagi, di saat semua orang malas bangun, habis sholat subuh tidur lagi, aku justru kebalikannya. Bukan mau bantuin Mak Jum masak, aku tipe orang tidak bisa masak. Ha ha ha. Aku cuma merasa harus bangun lebih pagi untuk menyambut perpisahan dengan kedua sahabatku.
Anehnya lebih berat dari biasanya, kemarin kan sudah terbiasa 2 jam saja bisa berhubungan, setengah jam saja bisa saling menyapa ketika mendekati pertandingan. Iya kemarin menang di Sidoarjo, masih bisa dikunjungi tapi kan sebelumnya waktu seleksi Timnas pun kami berbulan-bulan tak jumpa. Itu pun tidak masalah. Kenapa yang ini malah rasanya berat sekali.
"Mbak Za, kemarin malam dapat surat dari Mas Brylian," kata Mak Jum ketika aku selesai mandi, persiapan pula menunggu adzan subuh berkumandang.
Dahiku mengernyit, kenapa pula Brylian harus kasih surat? Dia itu mau kembali ke zaman batu atau bagaimana? Dia chat aku saja selesai, dia bahkan bisa kirim email kalaupun tidak mau via WhatsApp. Apa susahnya?
"Aneh Mas Brylian, Mbak. Tengah malam loh lari-larian, mana sandalnya putus," timpal Mak Jum memberiku benar-benar secarik kertas kecil, bukan kertas yang utuh.
Menerima kertas itu, belum membukanya, lipatannya sangat kecil, semacam contekan anak SMA.
"Mas Bry juga bilang kalau jangan bilang siapa-siapa, cukup balas saja nanti SMS," ucap Mak Jum.
SMS? Kami bahkan sama-sama tahu nggak pernah ngisi pulsa kalau belum masa tenggang, ini malah minta SMS.
"Aneh dia, Mak. Makasih ya, Mak."
"Iya, Mbak. Eh Mbak Za mau sarapan apa?"
"Aku sarapan di tempat Sutar aja, Mak. Terserah Mak Jum lah mau masak apa."
Mak Jum mengangguk lantas berlalu pergi.
Duduk di tepi tempat tidur, membuka kertas kecil itu dan hanya bertuliskan.
Segitiga, bangun datar dengan 3 sudut dan 3 sisi. Bisakah jika bangun datar itu hanya menyisakan satu garis lurus saja? Biar hanya ujung dengan ujung, bukan dengan cabang apalagi tikungan.
-Brylian Negietha Dwiki Aldama-Apa pula maksudnya? Mana bisa menyisakan sebuah garis bisa diartikan sebagai segitiga? Dimanapun yang namanya segitiga yang ada 3 sudut. Kalaupun tinggal garis, ujung dengan ujung, sudah tidak berbentuk segitiga lagi. Apa pula maksudnya Brylian?
Aku letakkan di atas meja lantas aku tinggalkan untuk menunaikan sholat subuh. Biar nanti aku tanyakan apa maksudnya Brylian memberiku surat itu. Mungkin mau ngajak aku mengenal bangun datar seperti waktu TK dulu.
Selesai berganti baju, mengikat rambut, memberi sedikit pita, aku langsung bergegas menuju rumah Ernando. Sudah janjian dengan Tante Erna pagi ini sarapan di rumahnya. Sekaligus menunggu kedua sahabatku selesai packing. Dia harus sampai di Jakarta sebelum jam 10 pagi.
Sampai di rumah Ernando, dia masih bermalas-malasan untuk mandi, padahal setengah jam lagi harus berangkat ke Bandara. Dia tiduran di sofa sambil menggerak-gerakkan kakinya.
"Suruh mandi tuh, Nduk Za," teriak Tante Erna dari dapurnya.
Aku mendekati Ernando, menarik tangannya. "Mandi, Tar! Udah diapelin cewek cantik juga masih malas-malasan gini," menarik tangannya kuat.
"Cantik pun menarik," gumamnya begitu lesu. "Jangan dekat-dekat aku dulu, Za," katanya menjauhkan aku.
Aneh pula dia, kenapa harus bilang jangan dekat-dekat dulu? Karena dia masih bau? Dia tidak sejorok itu juga kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle
FanfictionCerita ini sudah mendapatkan persetujuan dari Ernando Ari Sutaryadi ketika di Solo dalam acara POPWIL III 2018, dia sudah baca deskripsi juga dan dia bilang iya, tepat pada tanggal 11 November 2018. Silahkan dibaca 😊 "Segitiga, bangun datar dengan...