"Ini minuman gue."
"Bukan ini punya gue. Lo pesen lagi aja sana."
Greysia Polii menatap jengah duo bujang piyik merangkap duo roomate di depannya. Bagaimana tidak dari semenit yang lalu keduanya sama-sama tidak mau mengalah dan sama-sama mengakui cup es mango itu milik mereka. Apa susahnya sih ngalah. Kan bisa pesen yang baru. And clear.
"Dasar bocah." Dengusnya. "Apa susahnya sih pesen yang baru."
"Maklumin aja. Otak mereka gak nyampe kesana mungkin." Kata Marcus. Konyol memang tapi menurutnya sangat lucu. Melihat keduanya saling menarik cup ice, sama-sama ngotot ingin memiliki.
"Ini punya gue. Lo tinggal pesen lagi apa susahnya sih Vin." Rian keburu kesel sama roomatenya ini.
"Gak mau. Lo aja yang pesen lagi. Ini buat gue." Kevin ngotot tidak mau ngalah.
"Apa susahnya sih Vin. Ngalah sama gue sekali-kali."
"Gue udah sering ngalah ama lo yah."
"Sering ngalah apanya? Gue yang ngalah terus sama lo." Rian ngegas. Kevin mempoutkan bibirnya.
Hi hi, lucu. Marcus yang melihat ini tertawa dalam hati. Sejak tadi dia memang asik menyaksikan adegan rebutan es antara duo piyik itu dengan satu tangannya menopang dagu, Marcus bahkan tidak memperhatikan es krim di atas desertnya sudah meleleh karena terabaikan. Tidak hanya Greysia, Ci Butet, Owi bahkan coach naga air menatap heran kearah Marcus, sedari tadi pria mungil itu senyum senyum gaje dan matanya tidak teralih dari Kevin dan Rian. Berharap saja mereka tidak mengecapmu sebagai orang gila baru, Marcus.
"Nggak. Ian aja yang pesen lagi." Suara Kevin meninggi. Beberapa seniornya menghela napas pasrah sekaligus bosan. Rebutan aja terus sampe es itu jadi anget. Rian menatap sangsi Kevin yang kekeuh nggak mau ngelepas esnya. Sifat tidak mau mengalah di diri roomatenya terkadang membuatnya jengkel tujuh turunan. Baiklah, biarkan kali ini dia yang mengalah, lagi.
Tangan kanan kedua remaja itu lengket menggenggam cup es. Kevin menarik cup es, Rian masih tidak rela melepas esnya pergi ke tangan Kevin, dia balas menarik cupnya. Kevin cemberut, bibirnya mengerucut, kalau yang di depannya bukan Rian, pasti bibir ranum itu sudah tak terselamatkan lagi. Kevin menarik cupnya sekuat tenaga, nahasnya saat itu Rian telah rela melepaskan esnya untuk Kevin, cup es itu terlepas dari tangan Kevin. Mata kedua remaja itu menyaksikan cup berisi es mango melayang. Dan...
Pluk.
Byur.
Mata Kevin membulat. Rian mematung. Para senior mereka bernyanyi riang 'mampus lo' dalam hati.
"Nappeun." (Brengsek) salah satu personil ganda putra no 1 di dunia itu mengedarkan matanya dan jatuh pada dua pemuda yang berdiri terdiam dengan raut wajah seperti balita yang ketahuan memecahkan kaca jendela rumah tetangga. Dengan langkah lebar dan amarah yang terpancar dari wajahnya laki-laki itu mendekati keduanya. Matanya menatap nyalang.
"Coach, urusannya kayaknya bakalan panjang deh." Ujar Marcus.
"Udah nikmatin aja dulu. Biar bisa jadi pelajaran buat mereka berdua." Coach naga air dengan tampang tidak pedulinya malah melanjutkan memilih menghabiskan hidangan desert.
"Two of you spell this on me?" Pria yang akrab disapa Young Dae ini membentak. Dengan cepat dua remaja menunjuk kearah temannya, jadi saling tunjuk. Greys yang menyaksikan itu memutar mata. Ci Butet tak bisa menyembunyikan kikikannya melihat ekspresi ketakutan duo piyik itu.
Young Dae meneliti satu-satu dua pemuda dihadapannya. Pemuda yang berkulit putih tampak mengkeret dan pelan-pelan bersembunyi ke belakang pemuda yang lebih tinggi.

KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, BOY
Fanfiction"Aku tahu ini salah. Tapi hatiku sudah tercuri seluruhnya oleh dia. Dan sekarang aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Aku begitu mencintainya." - Marcus. "Kalau mau marah, marah lah. Kalau mau menangis, menangis lah. Aku selalu siap menjadi pundak...