"Ko, kayaknya tadi ada yang manggil Kevin." Kevin mencoba menolehkan badannya untuk melihat ke belakang mobil namun langsung dicegah oleh Marcus.
"Nggak ada apa-apa dek, nama Kevin kan banyak bukan cuma kamu."
Kevin menyangsikan ucapan Marcus, ia merasa panggilan tadi ditujukan untuk dirinya. Seseorang berteriak memanggil namanya.
Berbeda dengan Kevin, Marcus tahu persis siapa pemilik suara teriakan tadi. Itu lah sebabnya dia mencegah Kevin untuk melihat orang yang mengejarnya saat ini. Biarkan dia berlari semampunya untuk mengejar mobil ini. Dalam urusan rival cinta, tidak ada kata kasihan. Karena masing-masing ingin memiliki, begitu juga yang sudah dilakukan orang itu. Dia seenaknya memonipoli Kevin sepanjang keberadaan mereka di negeri ini tanpa memikirkan perasaan orang lain dan perasaan Kevin sendiri. Jadi bukan salah Marcus jika sekarang keadaannya terbalik.
.
Ketika sampai di pelatnas, Kevin memutuskan untuk langsung membereskan kopernya. Perjalanan dari Kuala Lumpur ke Jakarta cukup singkat sehingga tidak sampai menimbulkan jet lag dikepala Kevin. Jadi daripada dia hanya duduk duduk saja sambil bengong mendingan melakukan sesuatu yang berguna karena Kevin sedang malas menyalakan smartphonenya, kalau dia menekan tombol power dijamin ponselnya langsung dibombardir telepon, chat, notif dan sms masuk, meminta penjelasan tentang hubungannya dengan pria korea itu.
Ngomong ngomong soal Lee Yong Dae kenapa Kevin merasa panggilan saat dirinya berada di mobil itu berasal dari dia. Ia sudah akan menengok untuk melihat tapi dicegah oleh Marcus, sepertinya pria itu juga sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Lee Yong Dae menjauh darinya bukan kah setelah dia berbincang dengan Marcus, apa ada sesuatu yang dikatakan Marcus padanya, makanya dia menghindar.
Ah, buat apa lagi Kevin memusingkan hal itu. Kalau dia menjauh bukannya lebih bagus, setidaknya fanboy halunya berkurang satu dan Kevin tak perlu lagi capek capek menghindar lagi darinya.
Gerakan tangan Kevin terhenti saat menemukan kotak berisi gelang pemberian dari Lee Yong Dae. Kenapa rasanya jadi seperti ini, ia seperti dapat merasakan detak jantung si pemberi saat tangannya mengusap bagian penutup kotak, benar-benar dekat seperti ketika dirinya berada digendongannya.
Perlahan Kevin membuka kotak gelang itu, dilihatnya gelang hitam indah yang belum tersentuh olehnya sejak diberikan oleh pria itu. Hari ini si pemberi gelang ini sedang bertanding, Kevin belum tahu kabar tentangnya, apa dia berhasil juara atau tidak. Ditutupnya lagi kotak itu.
"Maaf aku belum bisa memakaimu."
Kevin bangkit dan menyimpan kotak itu diantara baju-bajunya, semoga Rian tidak menemukannya, dia akan marah besar jika gelang itu tetap dibawa Kevin ke indonesia apalagi disimpan di dalam lemari bajunya.
"Kevin."
Rian membuka pintu dengan buru-buru. Pria itu langsung memeluk Kevin erat sekali seperti tak ingin melepasnya lagi untuk selamanya.
"Jom sesak. Gue sulit bernapas."
"Sorry." Rian sedikit mengendurkan pelukannya. "Aku merindukanmu." Sangat merindukannya, sampai rasanya sangat sulit memejamkan mata tanpa Kevin disisinya makanya selepas latihan tadi Rian langsung berlari kemari begitu tahu Kevin sudah datang.
"Ya ampun Jom, kita bahkan baru dua hari nggak ketemu lho."
"Iya dua hari, tapi rasanya kayak dua tahun."
"Hiperbola banget sih. Udah ah lepas, lo tuh bau tahu nggak."
Rian cemberut mendengar panggilan dari Kevin belum berubah untuknya. "Aku mau lepas asal kamu manggilnya aku kamu lagi bukan gue elo."
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, BOY
Fanfiction"Aku tahu ini salah. Tapi hatiku sudah tercuri seluruhnya oleh dia. Dan sekarang aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Aku begitu mencintainya." - Marcus. "Kalau mau marah, marah lah. Kalau mau menangis, menangis lah. Aku selalu siap menjadi pundak...