Diagnosis

1.1K 75 20
                                    

Pernahkah kalian merasa dunia yang kalian pijaki runtuh ketika melihat orang yang paling kalian cintai kesakitan?

Itulah yang dirasakan Marcus saat ini, dia tidak berdaya, jantungnya terus berdegup kencang karena kepanikan. Seperti kompas yang kehilangan jarumnya, dia kehilangan arah, separuh jiwanya telah pergi bersama kekasihnya yang kini tengah mendapatkan perawatan di dalam ruang berpintu besar ini. Dia terlihat seperti kehilangan hidupnya jika sesuatu terjadi pada Kevin.

Miris. Tapi itu yang dilihat oleh Koh Herry bersama Dery sekarang. Marcus benar-benar kacau, duduk dibangku tunggu sambil mengepalkan tangan, bibirnya tak berhenti bergerak memanjatkan doa, pandangannya kosong. Pria yang begitu ekspresif dan memiliki tawa renyah itu sekarang terlihat seperti orang terkena depresi.

Sampai saat ini dokter belum juga muncul dari ruangan gawat darurat itu membuat mereka semakin khawatir dan tak berhenti gelisah bagaimana jika terjadi sesuatu yang sangat serius pada anak aktif itu. Apa harapan bangsa ini pada pemuda itu didunia perbulutangkisan harus sirna lebih awal?

Setelah waktu yang terasa sangat lama menunggu akhirnya dokter wanita berjilbab itu keluar, Marcus langsung menyerbu dokter itu dengan berbagai pertanyaan  bahkan sebelum wanita itu menutup rapat pintu di belakangnya.

"Bagaimana keadaan Kevin dok? Dia nggak apa-apa kan? Nggak ada masalah yang serius sama dia kan? Sakitnya nggak parah banget kan?"

"Nyo tenang, biarkan dokter menjelaskannya dulu secara rinci."

Marcus mungkin saja masih akan melontarkan beberapa pertanyaan lagi pada dokter itu jika Koh Herry tidak langsung memutus rantai kalimatnya. Pria paruh baya itu mengusap pundak anak didiknya berusaha untuk menenangkannya.

"Jadi bagaimana dok dengan keadaan pasien Kevin?" Dery bertanya sedikit tidak tenang karena melihat jas putih milik dokter wanita ini bersimbah darah.

"Untuk sementara ini kami belum bisa mendiagnosa apa yang terjadi pada pasien, kami membutuhkan beberapa tes laboratorium dan melakukan x-ray pada bagian perutnya."

Jawaban dokter menampar ketiga pria itu. Separah itu kah?

"Memangnya kenapa dok? Apa kondisinya sangat parah?" Marcus bertanya dengan nada keras dan penuh kepanikan, dia butuh kejelasan. Dokter wanita itu memakluminya dan menjelaskannya dengan tenang.

"Kondisi pasien normal. Tidak sedang dalam masa kritis. Detak jantung pasien juga dalam keadaan normal hanya saja beliau masih tidak sadarkan diri. Darah yang keluar dari dalam tubuhnya juga sudah melambat, kami sudah membalut area selatan pasien dan memberikan tranfusi darah. Sejauh ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Tapi dia merasakan sakit yang luar biasa dok." Marcus masih menyangsikan penjelasan dokter ini, dia melihat dengan betul Kevin terlihat sangat kesakitan sebelum akhirnya pingsan. Bisa saja analisa dokter ini salah, meskipun dalam hatinya berharap dokter ini benar.

"Itu sebabnya kami butuh melakukan tes laboratorium untuk mendiagnosis apa yang terjadi pada tubuh pasien. Hasilnya mungkin akan keluar satu jam kedepan."

"Lakukan saja yang terbaik dok." Pinta Koh Herry.

Dokter wanita itu tersenyum simpul sebelum pamit undur diri. Tak berapa lama, Kevin dibawa keluar dari ruang UGD, di dorong diatas brangkar rumah sakit oleh beberapa perawat. Marcus mengikuti kemana mereka akan membawa kekasihnya, membantu mendorong brangkar yang menjadi pembaringan belahan jiwanya. Wajah Kevin sangat pucat didukung kulit aslinya yang seputih susu menjadikannya seperti vampir, kedua tangannya terpasang jarum infus dan jarum tranfusi darah. Melihat pemandangan ini membuat Marcus sesak, Kevin terlihat sangat lemah jauh berbeda seperti ketika dia sedang berada di lapangan menggoda para lawannya.

HELLO, BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang