No

890 72 3
                                    

Malam berlalu dengan cepat. Rasanya baru saja memejamkan mata lalu hari sudah berganti esok. Mungkin rasa lelah yang membuat tidur Kevin sangat nyenyak, mimpinya pun standar, pemuda itu bahkan tidak ingat ketika mengingat mimpinya saat mandi tadi. Yang ia ingat justru adegan panas malam tadi. Bukan karena dia menginginkannya lagi, ini justru membuatnya bingung. Akhir-akhir ini penyimpangan orientasi seksualnya semakin kuat, respon tubuhnya terhadap makhluk seperti dirinya bertambah sensitive, padahal dulu Kevin tidak seperti ini, dia bahkan anti dengan namanya homo, tapi kenapa sekarang dia malah menjadi bagian dari mereka, kenapa dia tidak menolak saat Marcus menyentuhnya semalam? Kenapa dia malah bilang pada Marcus kalau dia penasaran bagaimana rasanya realisasi dari mimpi basahnya?

Sekarang Kevin merasa jijik pada dirinya sendiri. Dia sudah seperti orang munafik. Dulu dia sangat anti dan menentang hubungan pelangi, sekarang malah sebaliknya. Sudah tak ada lagi debaran dada ketika melihat nama Karen muncul dipanggilan telponnya, tidak ada lagi rasa canggung saat bertemu wanita cantik. Berbanding balik saat dirinya bersama Marcus, dia merasa nyaman dan debaran di dadanya menggelitik hingga keulu hatinya, mungkinkah ini karma untuknya. 

Lalu, bagaimana nasib masa depannya kelak? Dia seorang lelaki. Kelak dia juga menginginkan keturunan sendiri, seorang Sukamuljo baru, jika Kevin terus mempertahankan kelainan seksualnya seperti ini maka harapannya untuk membina rumah tangga dan memiliki anak pupus sudah.

Kevin memulai harinya dengan tak bersemangat tidak seperti biasanya, pemikiran tentang hal yang sama terus memenuhi kepalanya sampai membuatnya pusing. Kevin mengepak kopernya dalam diam, dia juga menolak bantuan Marcus secara halus padahal kakinya masih belum memungkin untuk diajak berjalan kesana kemari. Kevin melakukan segalanya dalam kesunyian, dia mendiamkan sapaan Marcus, tidak mempedulikan pertanyaan-pertanyaan pria itu, dia hanya bersuara saat menolak Marcus yang akan membantunya membereskan barang-barang membuat Marcus bertanya-tanya gerangan apa yang merubah Kevin begitu cepat seperti ini. Kevin yang semalam dengan yang sekarang seperti dua orang yang berbeda.

Sepanjang waktu sarapan, mata Kevin tak berhenti memperhatikan pengunjung yang datang ke restoran kecil ini bersama pasangannya, pandangannya terpaku pada sepasang kekasih yang tengah bercengkerama lalu beralih ke keluarga kecil dengan satu anak laki-laki kecil bersama orangtuanya yang duduk tak jauh dari meja mereka. Kegundahan dihatinya semakin membesar setelah melihat interaksi mereka. Suatu saat nanti Kevin juga ingin seperti keluarga kecil itu, memiliki momongan yang diidam-idamkannya, kaki-kaki kecil yang berlarian dan tawa anak-anak yang menghiasi rumahnya, putra kecil yang bisa menjadi teman bermain bulutangkisnya kelak. Mungkin terlalu dini untuk membayangkan itu, tapi bayangan itu muncul seketika bersamaan dengan kerisauan hatinya. Kevin jadi takut dengan pendapat orang-orang tentangnya nanti.

Kegelisahan yang teramat sangat tergambar di wajah Kevin tak luput dari perhatian Marcus. Sejak bangun tidur pemuda yang menjadi kekasihnya sejak semalam ini memang berubah, dia jadi pendiam, memang biasanya juga Kevin suka diam jika tidak ada hal yang ingin dibicarakan tapi dari dulu itu tidak berlaku untuk Marcus, Kevin sebenarnya juga jarang mengabaikan pertanyaannya kecuali ketika dia marah besar seperti minggu-minggu kemarin, bukankah saat ini hubungan mereka baik-baik saja, bahkan Kevin semalam mau menjadi kekasihnya, kenapa bisa langsung berubah drastis setelah berganti hari.

Ini membuat Marcus tak tahan ingin bertanya problema apa yang membuat Kevin seperti ini. Marcus dengan sabar mengikuti jalan Kevin yang tertatih padahal Marcus sudah menawarkan untuk membantunya berjalan tapi ditolak lagi oleh Kevin. Saat bersama di lift Kevin tetap tidak membuka suara, dari wajahnya Marcus bisa melihat Kevin seperti sedang mencoba memecahkan teka-teki dikepalanya sendiri. Ketika mereka sudah sampai ke kamar, Marcus segera mengunci pintu dan menghampiri Kevin yang duduk di tempat tidur lalu mendudukkan diri disisinya.

HELLO, BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang