Sunday 2

853 97 13
                                    

"Gimana?"

Senyum Rian terplester di bibirnya melihat Kevin melahap es krimnya dengan penuh semangat. Oke, sebenarnya itu es krim mereka. Rian sengaja memesan porsi jumbo es krim kombinasi dengan modus supaya bisa makan semangkuk berdua. Tapi begitu es krim datang, Kevin langsung melahapnya dengan gembira. Rian malah jadi fokus memandangi Kevin yang terlihat sangat menggemaskan.

"Enak Yan. Ian nggak makan."

Panggilan itu menandakan jika mood Kevin sudah membaik. Senyum Rian tambah merekah.

"Nih Ian makan."

Rian menyendok es krim dan melahapnya tanpa mengalihkan pandangannya dari Kevin.

"Setelah ini kita kemana?"

"Jalan-jalan dulu aja, sambil nunggu filmnya."

Film yang menjadi tujuan mereka sudah penuh akhirnya mereka memesan gelombang berikutnya dan harus menunggu dua jam sebelum theaternya kembali dibuka. Kevin dan Rian menghabiskan waktu dua jam itu buat jalan-jalan keliling mal.

Rian hanya mengikuti kemana Kevin ingin pergi. Masuk ke toko baju ya hayo. Masuk ke toko kacamata juga Rian turutin. Masuk ke toko sepatu ya Rian oke oke saja, meski akhirnya semua toko yang mereka hinggapi tidak ada satu produk pun mereka beli. Beruntung wajah mereka belum familiar banget.

"Ian yang ini bagus nggak." Kevin menunjukan kacamata hitam.

"Bagus." Rian mengangguk lalu mengambil kacamata di etalase yang menarik perhatiannya. Rian melotot begitu membaca nominal harga di bandrol kacamata itu, kacamata saja harganya kayak gaji PNS tiga bulan, hati-hati, Rian mengembalikan kacamata itu ke habitatnya.

Rian langsung menghampiri Kevin. "Vin udah yuk. Kita keluar aja." Bisik Rian sambil matanya melirik petugas wanita yang terus mengawasi mereka. Dengan lembut Rian mengambil kacamata ditangan Kevin dan langsung menaruhnya kembali ke etalase.

"Loh kok." Kevin hendak protes tapi Rian langsung menyuruhnya diam. Rian tersenyum pada petugas kemudian menarik Kevin untuk keluar dari toko ini.

"Kok kita keluar sih Yan?"

"Kacamata disitu mahal mahal banget Vin. Satu kacamata aja mampu buat beli satu motor. Emang kita punya duit segudang buat beli itu."

"Tapi gue pengin beli yang tadi."

Rian menyernyit, Kevin merengek padanya, itu tandanya Kevin sangat menginginkan kacamata itu.

"Lain kali deh yah belinya. Untuk saat ini mending beli kacamata di abang-abang pinggir jalan aja yang nggak ngecekik kantong. Kalau penghasilan kita udah milyaran baru kita beli kacamata disana."

.

Setelah puas jalan-jalan Kevin dan Rian pun kembali ke bioskop. Tak lupa membawa sekantong besar popcorn yang mereka selundupkan di ransel Rian beserta dua botol minuman dingin, kalau beli di bioskop mahal cuy isinya sedikit lagi mana bikin kenyang. Beruntung ransel Rian luput dari pengawasan satpam.

"Loh Kevin." Sebuah suara seorang wanita menghentikan langkah Kevin. Kevin menoleh. Rasanya langsung menyesal melihat pria yang datang bersama wanita itu.

Oh God. Kenapa dia harus muncul disini sih. Padahal mood Kevin tuh udah membaik sekarang begitu lihat wajahnya jadi down lagi. Memangnya nggak ada apa, tiada hari tanpa melihat dia. Dasar partner cabul.

"Udah lama nggak ketemu yah. Rian juga."

Kevin hanya tersenyum seadanya. Malas untuk membalas.

"Cik Melly sama Koh Sinyo lagi ngedate yah?" Goda Rian.

"Hush kamu tuh. Masa aku ngedate sama sepupuku sendiri, mana asik. Ini kebetulan kami lagi ada waktu, terus Sinyo lagi galau jadi aku bawa dia buat refreshing. Sekedar nonton tak apalah yang penting buat hiburan. Ya nggak Nyo?" Melly menyikut perut Marcus. Entah Rian yang salah lihat atau apa, Cik Melly sempat melirik Kevin melalui ekor matanya lalu menatap Marcus lagi.

HELLO, BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang