Mengaca pada kejadian amukan Kevin tadi pagi menggugah Coach Herry untuk mengumpulkan semua pemain MD utama dan beberapa orang terdekat Kevin berkumpul untuk mencari tahu penyebab dibalik amukan Kevin, tentunya tanpa sepengetahuan Kevin dan Marcus. Marcus sudah pulang duluan dan Kevin masih asik dengan gadgetnya di kamar.
"Jadi gini, gua minta sama lo pada buat cari ide gimana biar Sinyo sama Kevin akur lagi. Bagaimana pun caranya." Ujar Coach Aryo.
"Ya Coach gimana kita mau cari solusinya. Penyebabnya aja kita nggak tahu." Kata Tantowi.
"Bener juga yah." Coach Herry memegang dagu, tampak berpikir. Setelah sekian detik dia lalu menatap Rian dan Fajar bergantian. "Kamu berdua kan temen kamar mereka. Kalian tidak tahu masalahnya?"
Rian dan Fajar kompak menggeleng. Coach Herry berdecak.
"Lo Jom. Tadi pagi kan lo nemenin Kevin, emangnya lo nggak bisa mancing jawaban dari dia?"
"Coach kayak nggak tahu Kevin aja. Kalau saya tanya hal seperti ini dia malah marah sama saya." Jawab Rian.
"Jadi kamu nggak tanya asal muasal permasalahan ini?"
Rian menggeleng lagi.
"Ya ampun." Coach Herry mengusak rambutnya terlihat kesal.
"Gini aja deh. Gimana kalau kita sama-sama pancing dua anak itu buat ngaku. Terutama lo Jombang sama Fajar. Kalian kan sekamar tuh. Coba cari celah supaya mereka mau ngaku tentang permasalahan mereka." Usul Coach Aryo.
"Kayaknya nggak perlu begitu deh Coach." Ahsan ikut bersuara. "Ini mungkin privasi mereka berdua, jadi kita nggak perlu tahu detailnya. Yang harus kita lakukan adalah membujuk Kevin supaya tetap mau berpasangan dengan Marcus. Ya emang susah sih, tapi masih bisa dicoba. Cita-cita Kevin adalah menjadi atlit yang sukses, jadi mungkin setelah kita beri dia arahan, dia masih mau menerimanya."
"Nah, saya setuju usul Bang Ahsan." Seru Fajar.
"Tapi kita tetep harus tahu apa masalahnya. Biar nggak diulangi lagi." Tegas Coach Herry. "Jom, kamu kan yang paling deket sama Kevin. Pasti kamu tahu kapan terakhir kedua bocah itu akur kan?"
Rian merasa tak yakin untuk menjelaskannya, sebab dia juga merasa ada kejanggalan di malam itu. "Terakhir di Birmingham, tepat setelah Kevin menghilang."
"Tunggu." Coach Aryo mengintrupsi. "Bukannya Si Sinyo yang nemuin Kevin malam itu? Terus kenapa setelahnya mereka malah nggak akur." Matanya menatap Rian bingung.
Fajar menyenggol siku lengan Rian, mengisyaratnya untuk mengatakannya saja. Tapi Rian memilih untuk tetap diam, dia juga tidak mau jika penjelasannya menimbulkan spekulasi tinggi dari yang lain.
"Saya juga tidak tahu." Tutur Rian. Fajar langsung membuang napas kasar. Sebal, kenapa Rian tidak mau mengatakannya saja.
"Bukannya kalian berempat bertukar kamar?" Ungkap Mas Gyon skakmat, Rian tidak mungkin bisa berkelit lagi.
Coach Herry mendelik, lalu menatap kedua anak didik yang duduk di seberangnya tajam. "Kalian berdua tidak menyembunyikan sesuatu kan?"
Nada tajam darinya membuat Fajar menelan ludah. "Saya tidak menyembunyikan sesuatu kok Coach." Akuinya cepat. "Kevin memang meminta tukar kamar pas malam itu setelah itu saya tidak tahu apa-apa. Sumpah." Fajar mengacungkan dua jarinya bertanda jika dia serius.
Coach Herry beralih ke Rian. Rian yang pembawaannya tenang, menerima tatapan tajam itu dengan kalem. Tidak seperti Fajar yang langsung gugup.
"Saya sama sekali belum tahu apa-apa mengenai masalah mereka. Saya juga baru tahu kalau Fajar dan Kevin bertukar tempat tidur setelah Fajar datang ke kamar saya, paginya Kevin kembali ke kamar sebelum Fajar pergi. Hanya sebatas itu yang saya tahu." Rian menjelaskan dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, BOY
Fanfiction"Aku tahu ini salah. Tapi hatiku sudah tercuri seluruhnya oleh dia. Dan sekarang aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Aku begitu mencintainya." - Marcus. "Kalau mau marah, marah lah. Kalau mau menangis, menangis lah. Aku selalu siap menjadi pundak...