Pacarnya Siapa?

984 69 12
                                    

Kevin mendudukan diri di sisi Rian, perlahan tangannya mengusap anak-anak rambut yang tumbuh dikening pria itu, Kevin mencoba memperagakan cara Rian setiap kali membangunkannya, setiap harinya sejak pertama mereka tinggal satu kamar, Rian lah yang selalu bangun lebih awal, Rian tidak pernah membangunkannya dengan cara kasar seperti mengguncangkan bahunya, mencabut bulu kakinya atau menarik tangannya hingga duduk, selalu saja cara-cara halus seperti ini yang digunakannya untuk membangunkannya padahal kalau boleh dibilang tidur Kevin tuh hampir mirip orang mati, susaaah banget dibanguninnya, tapi Rian selalu sabar dan telaten.

Rian tampak tidak tenang dalam tidurnya, terlihat gurat gelisah dan kelelahan diwajahnya. Mungkin lelah karena porsi latihan hari ini atau dia lelah menunggunya pulang.

"Ian bangun."

Rupanya cara yang dipakai Rian untuk membangunkannya tidak mempan untuk membangunkan Rian. Sudah lebih dari dua menit Kevin mengusap keningnya tapi Rian tak kunjung bangun, pria itu malah semakin rileks dan tambah pulas tidurnya padahal posisinya sangat tidak nyaman.

"Ian bangun."

Percayalah Kevin tidak sesabar Rian dalam urusan membangunkan orang tidur, cara paling lembutnya adalah menggeplak kaki orang yang sedang tidur. Kalau orangnya ndableg nggak mau bangun ya Kevin cabut bulu kakinya.

Kesal, Kevin menggetok pelan kening Rian menggunakan ruas jarinya sampai wajah Rian bereaksi. Keningnya mulai menyernyit kemudian matanya mengerjap membuka.

Pria itu mengusap matanya. Senyumnya mengembang saat pertama yang dilihatnya adalah wajah imut dan manis kekasihnya. 

"Hei." Suaranya masih antara sadar dan tidak sadar. Rian membenarkan cara duduknya, beberapa kali dia memutar-mutar lehernya, merasa tidak nyaman dan terasa pegal kemudian menatap Kevin.

"Kenapa tidur disini?"

Rian meraih pinggang Kevin agar lebih dekat padanya. "Kamu ini benar-benar nggak manis ya, harusnya tuh nanyanya, sayang kenapa kamu tidur disini, begitu."

Kevin menghela napas. "Sayang kenapa kamu tidur disini begitu."

"Begitunya nggak usah dibawa."

"Tadi kan disuruhnya begitu."

Rian mencubit pipi chubby Kevin gemas.

"Aku kan nunggu kamu pulang. Kamu pergi kemana sih tadi? Nggak ada konfirmasi dulu. Kamu tahu nggak sih, aku tuh khawatir banget, kamu mendadak hilang, ditelponin nggak diangkat, nggak ngasih kabar dulu ke aku perginya kemana."

"Maaf." Ujar Kevin lirih, dia merasa tidak enak sekarang sama Rian, sudah membuat pria ini khawatir karena pergi begitu saja dengan Marcus. Inilah konsekuensi yang harus dia terima jika memilih mengambil dua orang ini sebagai kekasihnya, hatinya tidak akan tenang karena rasa bersalah yang terus menderanya.

"Nggak papa. Emangnya kamu habis pergi kemana?"

"Tadi pergi sama Ko Si... Ko Simon, itu loh sepupu aku. Kami nggak kemana-mana kok cuman ngumpul-ngumpul di rumah aja." Kevin menggigit pipi bagian dalamnya, nggak enak banget dia mesti berbohong sama Rian. Semoga saja Rian tidak bertanya macam-macam lagi supaya dosanya tidak semakin menumpuk karena berbohong.

"Beneran kamu perginya sama sepupu kamu?" Tatapan Rian menjelaskan keraguan. Kevin mengangguk mantap untuk meyakinkan pemuda dihadapannya.

Kamu bohong Vin. Batin Rian rasanya sakit sekali, Kevin lebih memilih berbohong ketimbang berkata jujur padanya.

"Masuk yuk udah malem banget, kamu pasti udah ngantuk."

.

.

HELLO, BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang