Kevin menggeliat di tempat tidurnya, matanya mengerjap pelan sebelum akhirnya membuka. Sudah pagi rupanya, sinar matahari menerobos masuk melalui celah tirai jendela tebal kamar hotel ini. Pukul berapa sekarang? Kevin menilik jam di ponsel. Astaga. Sudah pukul sepuluh pagi waktu China. Kevin segera duduk.
"Auch."
Tubuh bagian bawahnya seperti tersengat, sakiiit. Suaranya membangunkan Marcus yang tidur sambil memeluknya.
"Kenapa sayang?" Tanyanya dengan suara parau. Matanya masih setengah mengantuk.
"Ko bangun, ini udah jam sepuluh." Marcus yang awalnya malas-malasan langsung terjaga begitu Kevin berbicara panik. Ia langsung mengecek arloji diatas laci kecil dekat tempat tidur. Benar. Oh shit. Mereka bisa kesiangan kalau begini. Belum lagi banyak barang-barang yang belum mereka bereskan.
Marcus beranjak turun dari tempat tidur dan berlari ke kemar mandi. Kevin terbengong melihat aksi kekasihnya. Tadi dia yang panik sekarang gantian.
Selesai mandi, mereka langsung sibuk berberes ini itu. Marcus yang paling sibuk, ia membereskan barang-barang dengan terburu-buru hingga menumbulkan sedikit kegaduhan, menaruh barang dengan asal-asalan ke dalam koper yang penting masuk semua, sementara itu Kevin hanya bisa membantu membenahi sampah bekas kado ke dalam platik, itu pun sambil duduk. Salahkan saja pada pria bermarga Gideon itu, akibat ulahnya semalam, Kevin tidak bisa bergerak gesit karena tubuh bagian bawahnya terasa sakit jika digerakkan. Jalan ke kamar mandi pun tadi harus dituntun. Kalau tahu akhirnya jadi begini mending nggak usah enaena lagi. Pantatnya benar-benar sakit. Alamat tidak bisa jalan lurus nih hari ini.
"Ko kado-kado Kevin masukin ke koper sekalian."
"Iya Vin."
"Ko jam Kevin mana?"
"Ada disamping jam koko di atas meja."
"Ko kalau Kevin nggak bisa jalan gimana? Terus yang lain pasti nanya nanya aku kenapa, jawabnya gimana? Kevin nggak mau kena sanksi karena udah begituan."
"Bilang aja kamu abis jatuh di kamar mandi."
"Emang mereka bakal percaya?"
"Ngg.. belum tentu juga."
"Ko hape Kevin mati."
"Di cas dong sayang. Kamu kalau cerewet terus lama-lama kamu yang koko cas yah."
"Emang Kevin barang elektronik yang bisa dicas."
"Semalem kan kamu dicas sama koko. Iya kan?"
Kevin merona malu. Oh tidak, pembahasan itu lagi. Kayaknya si Gideon ini nggak akan melewatkan kesempatan buat godain dia terus, namanya juga Gideon kalau diplesetin jadi godain, hobi utamanya adalah godain dia.
Marcus diam diam mengambil sesuatu di atas laci, ia memastikan Kevin tidak melihat pergerakannya, bagus, Kevin lagi berusaha menyalakan ponselnya yang kehabisan daya, ia pun mengendap endap ke kamar mandi. Marcus menyeringai jahat usai menutup pintu di belakangnya, ditangannya sekarang tergantung kalung berinisial K.S pemberian dari fans misterius Kevin, dia berencana membuangnya ke dalam kloset, tinggal nyalakan vlash lalu lenyap untuk selamanya.
Cih, siapa juga fan yang gaya-gayaan beliin perhiasan buat Kevin. Mau cari muka? Nggak akan bisa. Udah gayanya sok misterius pula.
Marcus membuka penutup closet, ia hendak mencemplungkan. Ketika...
"KOKO KALUNG KEVIN MANA?"
Sial. Kok Kevin cepet banget sih nyadarnya kalau kalungnya ilang satu.
"Nggak tahu sayang, kalung yang mana yah?"
"Kalung yang kemaren dikasih fans. Pasti koko yang lepas kan pas Kevin tidur. Ngaku deh. Mau koko apain tuh kalung? Kalau sampai koko buang itu kalung, Kevin nggak mau satu kamar lagi sama koko."

KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, BOY
Hayran Kurgu"Aku tahu ini salah. Tapi hatiku sudah tercuri seluruhnya oleh dia. Dan sekarang aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Aku begitu mencintainya." - Marcus. "Kalau mau marah, marah lah. Kalau mau menangis, menangis lah. Aku selalu siap menjadi pundak...