Dalam perjalanan yang entah menuju kemana, kedua ingsan ini disibukan oleh kegiatannya masing-masing. Aero fokus mengendarai mobil dan Kevin fokus dengan gadgetnya. Kevin sibuk membalasi pesan dari Mama dan keluarganya.
"Vin, kamu mau ke cafe mana?"
"Lah, kan lo yang ngajakin. Kok tanya gue?" Kevin balas bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari hape.
"Kan biar kamu suka juga disana."
Tidak ada balasan dari Kevin. Pemuda ini malah keasikan memainkan game 'pou' diandroidnya.
"Vin?"
"Iya terserah."
Sabar Aero sabar, Aero berusaha menenangkan hatinya. Kevin sepertinya tidak sabaran ingin kembali ke asrama entah karena apa, Aero tidak ingin mempertanyakannya atau malah mempermasalahkannya yang ada Kevin nanti marah lagi padanya seperti kemarin.
"Kita ke cafe poirot aja gimana?" Aero tetap berusaha memancing pembicaraan diantara mereka.
"Cafe poirot?" Atensi Kevin teralih.
"Iya, disana kamu bisa pesan kue kesukaan kamu dan milkshake strowberi." Ujar Aero.
"Tapi cafe poirot kan jauh dari sini."
"Udah tanggung Vin. Lagian ini sudah setengah jalan menuju sana kok."
Cafe poirot terletak di pusat kota. Memiliki tempat yang tidak terlalu luas hanya seukuran mini market premium, namun menyajikan makanan yang lengkap dan pastinya enak-enak. Aero biasa membawa Kevin kesana jika hanya mereka berdua saja.
Aero memarkirkan mobilnya di parkiran seberang jalan karena pelataran cafe poirot tidak cukup luas untuk parkir lebih dari tiga mobil, sedangkan disana sudah dipenuhi beberapa sepeda motor. Cafe cukup ramai malam ini, mereka bahkan mendapatkan meja yang masih belum dibersihkan dari piring dan gelas bekas dari pengunjung lain. Kevin kembali sibuk dengan gadgetnya sambil menunggu karyawan cafe membersihkan meja mereka. Sementara Aero hanya memandangi wajah Kevin yang begitu serius dengan gadgednya. Kevin memang gadged freak, lagi berkumpul dengan teman-temannya sekalipun yang diutamakannya pasti gadged. Kemana pun dia pergi gadged pasti selalu menempel di tangannya. Aero juga bingung, bagaimana caranya agar Kevin mau melepas gadget dari tangannya, sekalipun dilepas itu pasti saat sedang di charger dan waktu Kevin tidur.
Aero memilah menu mana yang ingin dia pesan. Kevin paling menyukai wonderfull cake di cafe ini, cake dengan penampilan amburadul seperti baru saja jatuh dengan lelehan cream warna warni tapi rasanya luar biasa enak.
"Vin, kamu mau pesan apa?" Aero bertanya dengan lembut.
"Gue kan tadi udah makan Ro."
Aero menghela napas, Kevin masih saja belum mau melepas gadgednya. "Nyemil es krim aja kalau begitu sama milk shake stroberi, gimana?" Bujuk Aero, dia juga ingin Kevin memakan sesuatu untuk menemaninya makan dan tentunya supaya Kevin betah disini.
Kevin tampak berpikir. "Ya udah deh, tapi jangan pakai es yah."
"Namanya es krim masa nggak pake es."
"Bukan es krimnya tapi milk shakenya."
Aero tersenyum. Dia paling suka kalau Kevin bicara dengan nada merengek seperti tadi. Aero langsung memanggil pelayan untuk memesan makanan mereka. Aero memesan spageti neopolitan, stieck mushroom dan segelas butterbeer, sementara untuk Kevin wafle porsi kecil dengan toping ice cream tiga rasa dan milky strowbery.
"Lagi lihat apa sih? Kok serius banget."
"Lagi stalking Ka... eeh nggak papa kok." Kevin buru-buru menyanggah, Aero menatapnya curiga. 'Ka' disini pasti maksudnya Karen. Aero memang sudah mengetahuinya dari Aqsa kalau Kevin menyukai Karen. Dadanya berdenyut nyeri saat mengetahui kenyataan itu. Tapi setidaknya Aero masih memiliki harapan karena cinta Karen hanya untuk Boy.

KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, BOY
Fanfiction"Aku tahu ini salah. Tapi hatiku sudah tercuri seluruhnya oleh dia. Dan sekarang aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Aku begitu mencintainya." - Marcus. "Kalau mau marah, marah lah. Kalau mau menangis, menangis lah. Aku selalu siap menjadi pundak...