YA TUHAAANN...
Demi kolor polkadot pink Voldemort. Tidak adakah hal yang lebih buruk dari ini. Tadi Kevin sudah dirusuhi si hama kardus dua kali dan sekarang takdir menuliskannya harus duduk berdampingan dengan orang yang sangat ingin dia hindari. Sepertinya dewi Fortuna sedang tidak tersenyum padanya.
Kevin mengecek ulang tiketnya berharap ada kesalahan penulisan atau matanya yang siwer salah baca angka tempat duduk.
Rasanya Kevin ingin berteriak.
Tidaaakkkkk......
Dengan nada tinggi sepuluh oktaf sampai pesawat ini berguncang.
Tapi, kenyataannya Kevin hanya bisa meremas ujung jaketnya sebagai pelampiasan kekesalannya atas takdir yang sangat tidak adil ini.
"Eh minggir lo. Ngapain juga nih anak ngejogrog disini, sana duduk di tempat lo." Berry menerosol tubuh Kevin, Kevin reflek berpegangan ke jok penumpang lain agar tidak terjatuh karena oleng. Seneng banget sih nih orang-orang ngganggu dia hari ini.
"Duduk Vin." Titah Rian, dia sudah stand by di kursinya di dekat jendela.
Fajar yang baru dateng mengintip tiket milik Kevin. Bibirnya kemudian melengkung seperti orang menahan tawa. "Selamat menikmati perjalanannya lur." Dia menepuk punggung Kevin lalu pergi menuju kursinya.
Kevin menjejak kaki di lantai pesawat dengan kesal. Sepertinya orang-orang senang sekali menertawakannya hari ini, belum juga ada setengah hari.
Lalu bagaimana ini, masa dia harus duduk sama Dia. Kalau digrepe-grepe lagi gimana? Gagal sudah rencananya untuk tidur sepanjang perjalanan di pesawat.
Dengan langkah lemas tak bersemangat Kevin menuju kursi nomernya dan menjatuhkan diri di kursi dengan tidak etisnya.
Marcus yang sedang memejamkan mata membuka dan menoleh. Kejutan, Kevin mau duduk bersamanya setelah apa yang dia lakukan padanya semalam. Marcus mengamati Kevin yang sedang menyamankan duduknya di kursi, matanya melotot ke depan seperti sedang menyalahkan kursi di depannya. Padahal Kevin sedang berusaha untuk tidak menoleh ke samping kiri, bukan kenapa, Kevin cuma tidak mau berteriak secara tiba-tiba karena jengkel melihat muka dia dan membuatnya malu.
"Lo nggak bisa anteng apa Vin duduknya." Protes Greysia yang duduk di sebelah kanannya.
"Kursinya nggak nyaman. Gimana gue mau anteng." Balas Kevin dengan nada jutek.
"Nggak nyaman gimana, orang enak enak aja kok. Badan lo berarti yang salah. Pantat lo bisulan yah?" Tebak asal Greysia.
"Enggak lah amit-amit."
"Ya udah kalau begitu yang tenang duduknya. Biar tetangga lo ini juga ikut tenang."
Kevin memberengut. Ia merasa gerah, padahal AC pesawat ini berfungsi dengan baik. Ini disebabkan karena tetangga sebelah kirinya. Meski dia duduk anteng dan damai namun auranya terasa panas seperti matahari di siang hari. Belum lagi saat pria ini mencuri-curi pandang kearahnya membuatnya tambah panas. Bolehkah Kevin melambaikan tangan ke kamera sekarang.
Pesawat sudah lepas landas. Greysia sudah tenggelam di alam mimpi sementara Kevin masih betah melek. Sebenarnya dia mengantuk sekarang tapi awas dengan orang yang di sisi kirinya. Kevin harus berhati-hati agar tidak menjadi korban pencabulan untuk kedua kalinya. Tapi ini kan di pesawat Vin, di tempat umum masa iya dia bakal berbuat seperti itu.
Kevin menguap untuk kesekian kalinya.
"Maafin koko Vin."
Tenggorokan Kevin tercekat, tubuhnya membeku begitu mendengar suara itu kembali merasuki telinganya. Dia sudah cukup tenang karena merasa terbebas dari suara ini sejak ia bangun tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, BOY
Fanfiction"Aku tahu ini salah. Tapi hatiku sudah tercuri seluruhnya oleh dia. Dan sekarang aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Aku begitu mencintainya." - Marcus. "Kalau mau marah, marah lah. Kalau mau menangis, menangis lah. Aku selalu siap menjadi pundak...