Failed Kiss

1.7K 147 5
                                    

"Koh Sinyo."

Rian langsung menyerobot masuk ke kamar hotel Marcus begitu Fajar membukakan pintunya.

"Eh belegug sia. Emang nggak bisa apa masuk baek baek." Gerutu Fajar. Rian mengisyaratkannya untuk diam. Fajar melenggang dan memilih duduk di tempat tidur.

"Ada Apa Yan?" Marcus baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk masih tersampir dipundaknya.

"Mana Kevin?"

Marcus menyernyit. "Kevin?"

"Iya Kevin. Dia belum kembali ke kamar sejak kalian bertanding." Kata Rian panik.

"Udah coba di telfon belum?" Ujar Fajar.

"Kalau bisa. Gue nggak akan kesini. Telfon gue sama sekali nggak diangkat. Gue tuh takut dia kenapa napa. Kalian tahu sendirikan gimana kecewanya dia pas kalah." Dengan raut panik Rian mondar mandir di depan Fajar.

"Berarti Kevin hilang dua jam dong." Ujar Fajar.

Jantung Marcus mencelos ditambah dengan wajah panik Rian. Kevin hilang dua jam terakhir, kemana dia pergi? Sama siapa?

"Jar, cepat kabari di grup." Ujar Marcus. Dia bergegas menyimpan handuknya lalu menyambar ponselnya diatas nakas. Marcus mencoba menghubungi Kevin tapi tidak diangkat. Dia terus mencoba menghubunginya, setidaknya mungkin Kevin terusik oleh nada dering ponselnya kemudian mengangkatnya.

___

Setelah pemberitaan di grup. Para atlet pelatnas, official dan juga pelatih ikut kelimpungan mencari Kevin. Dari mulai hotel, tempat-tempat tongkrongan terdekat bahkan ada yang bela belain balik ke venue untuk mengecek setiap ruangan yang ada disana.

Marcus memijit pangkal hidungnya. Pusing. Dia sudah mondar mandir satu jam mencari Kevin tapi belum ada hasilnya, telfonnya juga sama sekali nggak diangkat. Bocah itu sepertinya sengaja menghilang. Pikirannya yang selalu terkunci pada Kevin, betapa khawatirnya dia pada pemuda itu, apakah dia baik-baik saja? Apakah dia kedinginan? Mengingat suhu sekarang dibawah rata-rata, ini sukses membuat kepalanya terasa pening. Kevin nggak tahu apa, seberapa khawatirnya Marcus dan yang lain saat ini.

"Gimana? Udah ada hasilnya belum?" Suara Greysia menyadarkan Marcus. Beberapa yang lain memang sedang kumpul di lobby hotel, sementara yang lainnya masih mencari.

"Belum." Deby menggeleng lemah.

"Yan. Lo nggak tahu apa spot yang paling disukai Kevin pas ingin menyendiri?" Tanya Greysia.

"Yang jelas dia suka tempat yang sepi. Dia akan menghabiskan waktunya disana untuk menangis. Sekarang dia pasti bisa menangis." Rian berujar lemah.

"Ya ini udah tiga jam. Masa dia mau nangis terus. Yang ada kering kali tuh mata." Ucap Mbak Widya.

Marcus tersenyum miris. Perasaan bersalah muncul dalam hatinya. Kevin disana, sendirian, meratapi kekalahannya. Sudah pasti Kevin menginginkan kemenangan. Karena itu yang diinginkan semua orang. Coba saja dia tidak dengan mudah membuang bola saat tanding tadi, pasti hasilnya akan berbeda.

"Lee Yong Dae." Rian tiba-tiba berujar.

"Apa?" Tanya serempak beberapa orang.

"Mungkin dia nyembunyiin Kevin di suatu tempat dekat sini."

Pletak.

Rian sontak mendapat jitakan gratis dari Fajar. "Lo yang ada-ada aja sih Yan. Buat apa juga Lee hyung nyembunyiin si tengil itu?" Kata Fajar.

"Lo nggak lihat sih. Gimana cara Lee Yong Dae natap Kevin. Dia tuh kaya pedofil yang pengin nyulik anak tahu nggak. Bisa jadi Lee Yong Dae tahu keberadaan Kevin atau mungkin lagi sama dia."

HELLO, BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang