Choice 2

993 77 17
                                    

Marcus kembali dengan membawa tentengan berisi dua box nasi dan beberapa botol air mineral dan langsung mendekati Kevin masih asik dengan ponselnya. Pria itu ikut duduk di tempat tidur Kevin.

"Deh, udahin dulu main gamenya. Makan dulu." Marcus berucap lembut sambil mengeluarkan box nasi dari plastik.

"Enggak ah Ko, Kevin udah kenyang." Tatapan Kevin tak beralih dari ponselnya.

Marcus melirik remasan bungkus coklat yang teronggok di lantai dekat kakinya. Entah kenapa hatinya nyeri mengetahui Kevin baru saja makan coklat yang diberikan Lee Yong Dae.

"Vin, kamu makan coklat terus. Tadi pagi juga kamu udah makan coklat. Nanti kamu bisa sakit gigi."

"Abis coklatnya enak sih Ko. Nanti Kevin gosok gigi kok."

Marcus menghela napas, mau dilarang pun kalau Kevin udah suka sama sesuatu susah dicegahnya.

"Ya udah, sekarang kamu makan yah."

"Kevin udah kenyang Ko."

"Enggak, kamu harus makan." Marcus berucap dengan tegas. "Soalnya kamu harus minum obat. Koko suapin kamu."

Kalau Marcus sudah memasang wajah antagonisnya Kevin selalu tidak bisa berkutik, soalnya muka Marcus nyeremin kayak Ibu tiri jahat dan berarti tidak boleh dibantah. Jadi Kevin tidak menolak setiap Marcus menyuapinya.

"Kamu itu atlet Vin, nggak boleh malas makan. Kamu butuh asupan energi biar stamina kamu kuat." Ucap Marcus saat suapan kelima. Kevin menanggapinya dengan anggukan karena mulutnya penuh makanan, sebenarnya perutnya sudah terasa penuh, mungkin karena angin atau coklat yang dimakannya tadi.

Beginilah mereka berdua, kalau Kevin sedang malas makan Marcus akan berubah seperti Ibu tiri galak kalau Kevin menolak untuk makan membuat bocah itu jadi ngeri sendiri akhirnya mau menerima suapan darinya. Tapi kalau Marcus yang malas makan, Kevin sih boro-boro mau nyuapin. Karena Kevin maunya dimanja doang bukan memanjakan. Marcus menyuapi Kevin dan dirinya sendiri secara bergantian.

"Ko, kita pulangnya kapan?"

"Besok, kata Koh Herry."

Kevin manggut-manggut.

"Kenapa? Kevin udah pengin pulang?"

"Enggak juga," Kevin menelan makanannya lalu bicara lagi. "Kalau Koko?"

"Koko masih pengin disini, disini Koko bisa sekamar berdua sama Kevin, ngobrol berdua, mesra-mesraan berdua, kalau udah pulang kan nggak, kamu bakalan sekamar lagi sama Rian."

Kevin menghela napas. "Kok Koko bisa betah banget sih sama Kevin? Padahal kan gue orangnya egois, nggak asik terus jahil, temperamen,

Cup

Rancauan Kevin berhenti karena Marcus mengecup bibirnya.

"Kalau hati Koko sudah tertuju sama kamu, rasa nyaman akan datang dengan sendirinya, Koko nyaman sama kamu meskipun sejahil apapun kamu, meskipun kamu egois dan suka childis. Karena hati Koko ada sama kamu, karena kamu adalah belahan jiwa Koko."

Ungkapan Marcus membuat dada Kevin terasa sesak sebab detak jantungnya jadi menggila sehingga tubuhnya merasa lemas. Tidak ada kebohongan di wajah Marcus, pria ini mengatakan hal yang sebenarnya. Lagi pula, tanpa meneliti wajahnya pun semua orang tahu bahwa Marcus Fernaldi Gideon jatuh cinta pada Kevin Sanjaya.

"Ko, maksud Koko?" Kevin menunduk sambil menggigit bibir bawahnya, untuk apa dia menanyakan itu kalau sudah tahu jawabannya.

"Aku mencintaimu Vin." Jari Marcus menyentuh dagu Kevin dan dengan lembut mendongakan wajah pemuda itu untuk menatapnya. "Koko sudah lama ingin menyatakan perasaan Koko sama kamu, bahwa aku jatuh cinta sama kamu, kamu sudah mencuri hati Koko sejak kita berdua dipasangkan. Membuat koko jadi sering tidak bisa tidur karena memikirkanmu, membuat hari-hari Koko terutama selama berlatih menjadi bersemangat."

HELLO, BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang