Lee Yong Dae POV
Jika ada yang bertanya seperti apa Kevin untukku. Aku akan menjawab...
Kevin itu seperti bunga mawar, merah merekah dan harumnya membuatku gila. Aku suka dengan aroma tubuhnya, parfumnya yang soft bercampur bau keringat lelakiannya. Perlu dijaga agar tidak layu, aku tahu banyak kumbang yang ingin menghisap madunya. Itulah kenapa aku begitu posesif padanya dan tak membiarkannya lepas dariku.
Awal pertama aku melihat Kevin secara dekat, dia sangat belia, aku mengira usianya baru lima belas tahun ternyata dia empat tahun lebih tua dari tebakanku. Jangan salahkan aku kenapa bisa salah tebak, salahkan wajahnya yang masih terlihat seperti anak sekolahan. Aku langsung tertarik padanya, dia sangat lucu, mata bulat kecilnya melihat takut-takut padaku, dua pipi bulatnya yang merona sangat menggemaskan dan bibirnya, bibir warna merah jambu itu mampu mendegupkan jantungku lebih kuat dari biasanya, baru melihatnya saja aku sudah membayangkan yang iya iya. Aku bingung, bagaimana mungkin aku bisa merasakan hal seperti ini, seperti saat pertama kali aku jatuh cinta pada seorang wanita, dan dia laki-laki. Kevin adalah laki-laki pertama yang mampu membuatku seperti ini.
Itulah kenapa aku memberikan syarat konyol yang diilhami berdasarkan drama korea yang pernah ku tonton. Aku menghukum Kevin untuk bermain-main di kamar hotelku. Maksudku bermain-main dengan barang-barang bawaanku, sementara aku memperhatikan setiap gerakannya sambil menyandarkan punggung dikepala ranjang. Aku sudah seperti bos yang mengawasi kerja anak buahnya.
Damn. Dia benar-benar menggodaku. Dia membelakangiku, tengah membereskan barang-barang dikoperku tubuhnya bergerak-gerak tapi yang kutangkap hanyalah pinggulnya yang bergerak ke kanan dan ke kiri, menggoyangkan bongkahan pantat yang semok. Aku jadi membayangkan bagaimana jadinya kalau kepalaku mendusel disana pasti terasa seperti tiduran diatas bantal, empuk hehe.
Saat itu Kevin mengenakan kaus putih berlogo viktor dan celana senada. Setelan itu sangat pas dibadan Kevin, semakin menegaskan warna putih kulitnya membuatnya semakin mempesona. Detik itu aku tahu bahwa aku telah jatuh dalam pesonanya. Dia memiliki good looking. Tapi aku langsung menepisnya, tidak mungkin aku jatuh dalam pesona pria, aku ini straight dan masih banyak wanita yang mengantri untukku.
Kevin mengerjakan semua yang kusuruh dengan ekpresi tidak ikhlas, siapa yang peduli, itu hukumannya karena sudah berani menyiram muka gantengku menggunakan es. Baru satu orang di dunia ini berani melakukan itu padaku, meski dia tidak sengaja.
Anak itu sesekali menggerutu menggunakan bahasanya. Wajah kesalnya malah membuatnya semakin menggemaskan. Aku jadi heran, bagaimana mungkin ada makhluk seperti ini, dia terlalu menggemaskan sehingga membuat orang yang melihatnya ingin memilikinya. Oke, mungkin ini hanya berlaku untukku. Tapi bukan kah dia begitu hebat, bisa membuatku berubah haluan dengan cepat.
Tubuh Kevin terbilang kecil, tingginya lebih rendah beberapa senti dariku, bahunya sempit namun sangat pas sekali untuk direngkuh, terlihat rapuh dan butuh sandaran. Namun diluar dugaan, Kevin sangat berbeda ketika dilapangan. Kevin dua kali lipat lebih mempesona on court. Kaus jersey tanpa lengannya menempel dikulitnya karena basah keringat membuat otot-otot diperutnya terpampang jelas. Dan bongkahan pantat semoknya tercetak jelas dari balik celana pendeknya. Beberapa kali dia menunjukkan wajah garang ke lawan disertai lelehan keringat diwajahnya membuatnya semakin terlihat seksi. Holly shit, hanya disuguhi pemandangan begitu saja langsung membuatku turn on. Aku, si straight yang biasa menggagahi wanita jadi ingin menggagahinya yang notabenenya laki-laki dan memiliki fasilitas yang sama denganku. Satu lubang dan satu batangan. Oh my God. Mungkinkah ini karma dariMu karena aku sering mempermainkan wanita yang mengejarku dan sekarang 'adikku' yang dipermainkan.
Tapi aku mencoba berpikir bahwa itu hanyalah keinginan sesaatku. Aku mencoba rileks kembali dan tidak berpikir macam-macam lagi. Tapi setiap bertemu dengannya, hawanya ada saja ingin menjahilinya, Aku ingin diperhatikan olehnya, aku ingin ditatap olehnya seperti dia menatap teman-temannya. Jadilah sifat jahilku yang jarang sekali kutunjukan keluar saat berjumpa dengannya. Dia kesal tentu saja, marah sudah pasti. Kevin malah menatapku murka karena sangking jengkelnya padaku. Buatku ini tidak menjadi masalah, kalau dengan begini Kevin baru mau menatapku ya akan ku lakukan. Walaupun dia menatapku dengan cara lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, BOY
Fiksi Penggemar"Aku tahu ini salah. Tapi hatiku sudah tercuri seluruhnya oleh dia. Dan sekarang aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Aku begitu mencintainya." - Marcus. "Kalau mau marah, marah lah. Kalau mau menangis, menangis lah. Aku selalu siap menjadi pundak...