Midnigth

1.5K 122 8
                                    

*Warning, ada adegan absurd disini.

Marcus tidak menyangka bahwa saat saat seperti ini benar terjadi. Tentu dia membayangkannya bahkan selalu memikirkannya. Keinginan tersederhananya adalah dia bisa menatap Kevin sedetik sebelum menyelam ke alam mimpi. Dan sekarang keinginan itu terkabul. Marcus bisa memandangi Kevin yang terlelap tenang di bawah selimut tebal. Meski ada jarak satu meter diantara mereka karena tempat tidur yang mereka tempati ini tempat tidur single, tapi ini sudah cukup bagi Marcus.

Sepertinya Marcus harus segera memeriksakan kesehatan jantungnya ke dokter. Jantungnya saat ini berdetak liar seakan ingin melompat dari peraduannya. Ternyata bener kata orang, kalau kamu dekat dengan seseorang yang kamu cintai kamu menjadi seperti orang yang memiliki riwayat penyakit jantung, meski begitu kamu selalu ingin berada didekatnya. Berharap saja untuk tidak anfal saat itu juga.

Perasaan Marcus saat ini seperti anak kecil yang mendapatkan  santaclause di depan rumahnya dengan sekarung hadiah natal untuknya. Kegembiraannya tak bisa diungkapkan kata kata. Yang menjadi masalahnya sekarang adalah Marcus sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Matanya ingin terus memandangi Kevin, Marcus bahkan sama sekali tidak merasakan kantuk. Rupanya sekamar dengan orang yang kamu cintai tidak selamanya menyenangkan, karena kamu justru tidak bisa tidur saat Dia ada di sampingmu.

Marcus mengusap wajah. Dia butuh tidur sekarang karena besok mereka akan kembali ke Indonesia. Waktu istirahat nya tidak akan banyak, meskipun dia bisa curi curi waktu untuk tidur di pesawat. Dia memilih bangkit dari tempat tidur untuk mengambil beberapa teguk air hangat dari termos kecil, berharap setelah ini dia bisa tidur. Kevin masih tenang dalam tidurnya, bahkan sejak pemuda manis ini terlelap tidak ada satu gerakan halus darinya. Rupanya Kevin termasuk orang yang tidur seperti patung-- Marcus berdiri di dekat tempat tidur Kevin, -- tidak, Kevin seperti manekin indah yang mengundang sentuhan setiap orang yang menemukannya.

Marcus memandangi setiap inci wajah Kevin. Menurutnya, ini adalah karya terindah dari Tuhan. Pahatan yang nyaris sempurna, kulit putih pucat seperti susu, ditambah chocochips yang tersebar di wajahnya seperti sebuah hiasan di pohon natal, seperti bintang-bintang di langit malam, tahi lalat ini justru mempermanis wajah Kevin. Marcus ingin sekali membelai wajah di hadapannya namun khawatir jika nanti dirinya malah mengganggu tidur Kevin. Jadi dia memutuskan untuk berbaring di tempat tidurnya kembali. Marcus menarik nafas panjang kemudian di keluarkan melalui mulutnya perlahan. Dia terus mengulangnya, sambil berharap dengan ini dirinya bisa terlelap.

.

Rasanya baru sebentar Marcus memejamkan mata, kini dia harus terbangun karena mendengar suara rintihan disertai rancauan kecil. Marcus menajamkan pendengarannya karena suara itu timbul hilang. Marcus duduk lalu mengecek awas seluruh kamar. Suara itu bukan dari penghuni astral kamar ini kan? Marcus menoleh ke tempat tidur Kevin, bibir Kevin bergerak-gerak kecil seperti orang yang menggigil. Marcus langsung turun dari tempat tidurnya untuk mengecek keadaan Kevin.

Marcus menyentuh kening Kevin. Oh God, panas sekali. Kevin demam tinggi. Mungkin karena dia terlalu lama berada diluar saat udara malam sedingin ini. Kevin  kembali merintih dalam tidurnya.

"Vin, Vin." Marcus mencoba menarik kesadaran Kevin. Pria itu menepuk-nepuk bahu Kevin hingga akhirnya pemuda itu merespon kecil.

"Di dingin Koh." Ucapnya sangat lirih, beruntung masih bisa didengar Marcus.

Duh, bego. Marcus lupa tidak menyalakan mesin penghangat sejak semalam. Tanpa pikir panjang dia langsung menyambar remot dari tempatnya di dinding dan menyalakan pemanas. Marcus mengambil selimut dari tempat tidurnya dan menggelarnya di atas selimut Kevin, semoga saja ini cukup untuk menghangatkan tubuh pemuda ini.

HELLO, BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang