Pengakuan Marcus

1K 105 14
                                        

"Loh Ko, lo balik lagi?" Fajar cukup dikejutkan dengan kehadiran Marcus di kamar saat dia baru keluar dari kamar mandi.

"Hmm ada yang ketinggalan." Marcus membuka lemari, mencari sesuatu disana. Fajar duduk di tempat tidurnya mengamati apa yang dilakukan Marcus.

"Ko, lo udah baca berita terbaru belum?" Tanyanya kemudian.

"Tentang Kevin dan Lee Yong Dae? Gue udah tahu." Marcus mengambil sebuah flashdisk yang tersembunyi dibalik lipatan celana jeansnya. Sepulangnya di rumah tadi sepupunya langsung menodongnya untuk mengembalikan flashdisk yang dia pinjam tapi karena flashdisk ini disimpan di pelatnas, Marcus harus kembali lagi kesini.

"Emangnya itu bener yah?" Fajar bertanya heran.

Marcus mengingat-ingat apa saja yang terakhir dia tahu tentang Kevin dan Lee Yong Dae. "Tidak mungkin." Ku harap.

"Menurut gue juga begitu." Ujar Fajar. "Rasanya aneh aja, Kevin bahkan menghindari Dae Hyung selama yang gue tahu. Tapi anehnya kenapa Dae Hyung ngaku-ngaku kalau mereka berdua pacaran. Kayaknya Dae Hyung udah nggak waras."

Marcus tidak membalas. Dia masih ingat jelas saat Lee Yong Dae memeluk paksa Kevin, ingatan itu begitu pekat hingga sulit untuk dilupakan. Marcus ingat bagaimana rasa sakit hatinya kala itu, saat air matanya meluncur dengan mudah.

"Bukan hanya dia kan."

Marcus tersenyum miris, Fajar sampai meringis dibuatnya. Fajar sudah sangat tahu bagaimana perasaan Marcus terhadap Kevin. Bisa dibilang Marcus adalah bucin akut Kevin sampai stadium empat, bahkan rasanya sangat sulit untuk diobati. Marcus akan senantiasa melakukan segala hal untuk Kevin, selama Kevin senang dan damai bersamanya, Marcus ikhlas. Tapi memenuhi keinginan Kevin yang ingin berpisah sebagai partner lapangan Marcus tidak bisa.

"Ko, sebenernya ada apa sih antara lo sama Kevin?" Fajar mengamati mimik wajah Marcus yang berubah kecut.

"Sudah gue bilang kan. Bukan tempat gue buat bicara. Gue balik dulu yah."

Marcus hendak membuka pintu saat mendengar Fajar berkata.

"Ko, kalau lo ingin buat Kevin jatuh cinta sama lo. Lo harus buat dia oleng dulu, baru di gas."

Marcus hanya tersenyum tipis sebelum akhirnya beranjak keluar kamar. Tidak mudah untuk merubah orang menjadi seperti yang kau inginkan. Apalagi merubah laki-laki normal menjadi gay. Memang bukan mustahil tapi ini juga tidak mungkin.

Marcus tenggelam dalam pikiran yang diciptakannya sendiri. Kevin membencinya, dia bahkan meminta tukar partner. Mungkinkah kedepannya hubungannya dan Kevin semakin memburuk sampai menimbulkan permusuhan.

Marcus memelankan langkahnya saat melewati pintu kamar Kevin dan Rian. Pintu itu tertutup dan sama sekali tidak terdengar suara dibaliknya. Apa Kevin sudah tidur? Marcus tahu tadi Rian sedang bermain game di common room bersama Anthony.

Ada dorongan hati untuk mengetuk kamar itu dan berbicara dengan penghuni kamarnya. Marcus tak mungkin selamanya menghindar seperti ini, dia perlu bicara. Dia ingin memastikan kalimat pengampunan keluar dari bibir Kevin untuknya. Tapi bagaimana jika Kevin langsung mengusirnya.

Marcus bimbang. Dia hanya berdiri mematung di depan kamar itu tanpa melakukan apa-apa.

"Nyariin Kevin ya Ko?" Berry yang membawa sekeranjang baju kotor melewati Marcus, bibirnya menyungging senyum aneh seperti mengejek. "Dia nggak ada disini, dibawa kabur sama Bang Owi."

"Mereka pergi? Kemana?"

Berry mengangkat bahu cuek. "Mana gue tahu. Tanya aja kalau Kevin udah balik. Eh tapi kayaknya nggak mungkin yah." Berry pura-pura menatap nelangsa pada Marcus. Marcus balas menatapnya bosan. Sebelum Berry berucap lagi Marcus memilih pergi.

HELLO, BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang