Mogok Latihan

939 93 15
                                    

Kevin memulai hari ini dengan rasa malas. Malas harus kembali latihan bukan karena Kevin sudah tidak minat lagi menjadi atlit, melainkan karena Kevin harus kembali satu lapangan lagi dengannya. Tuhan, bolehkah Kevin meminta ganti partner sekarang juga. Kalau perlu suruh wajahnya ditutup pake topeng Jackie Chan, pasti perasaan Kevin akan lebih bahagia.

"KEVIN." Suara menggelegar Coach Herry otomatis menghentikan acara latihan Kevin/Marcus vs Fajar/Rian. "Kamu kenapa sih? Nggak fokus? Masih pengin liburan? Udah saya hitung dua belas kali kok dari kamu nyasar ke net terus, mau tambah jadi satu kodi? Giliran bener kok kamu malah keseringan out. Fokus makanya fokus. Kalau kamu begini terus kapan bisa jadi juaranya." Cerocos Coach naga api panjang kali lebar sama dengan luas.

"Saya nggak bisa fokus kalau partner saya masih yang ini." Ucap Kevin tajam, langsung memberi shock kejut untuk Coach Herry beserta partner dan lawan latihannya. Fajar dan Rian saling bertukar pandang bingung.

"Maksud kamu apa?" Tanya tegas Coach Herry.

"Saya mau ganti partner." Tegas Kevin.

"Kevin." Tegur Rian. Suaranya cukup lantang sehingga membuat pasangan lain yang sedang berlatih menoleh dan menghentikan latihan mereka.

Marcus memejam kemudian menunduk, sebegitu kecewa kah Kevin padanya sampai meminta ganti partner selain dia?

"Semprul. Kamu pikir ganti partner semudah kamu ganti baju apa." Sembur Coach naga api. Wajahnya sudah tidak tenang lagi, dia emosi sama Kevin dengan segala kekeras kepalaannya. "Cari partner bukan asal langsung tunjuk lalu jadi. Kalian harus menjalin kemistri yang baik supaya cocok di lapangan. Kalian berdua saja butuh satu tahun biar cocok kan?"

"Tapi saya sudah tidak cocok lagi sama dia. Saya nggak mau pasangan lagi sama partner ca... pokoknya saya mau ganti partner atau...

"Atau apa?" Coach Herry malah menantang. "Saya bingung sama jalan pikiran kamu. Kapan kamu bisa berpikir dewasa. Kalau kamu ingin menjadi pemain profesional kamu harus siap dipasangkan dengan siapa saja tidak boleh pilih-pilih."

"Tapi saya tidak mau lagi pasangan sama dia Coach."

"Oke kalau itu mau kamu. Saya berikan dua pilihan. Kamu tetap partneran sama Marcus atau keluar dari pelatnas." Putus Coach Herry tegas. Memang harus begini kalau tidak kemauan Kevin semakin menjadi, cukup saat baru-baru saja Kevin boleh ngeyel masalah partnernya, tapi tidak untuk saat ini.

Brak.

Kevin membanting raket ke atas lapangan, sangking kerasnya raket itu pun penyok. Satu gor hening tidak ada satu pun yang berani bertindak kalau Kevin sudah dalam mode ngamuk. Mereka hanya menyaksikan Kevin menatap tak suka pada Marcus itu pun terlihat enggan dan berjalan pergi meninggalkan lapangan dengan background amarah disekelilingnya.

"Ini kenapa jadi begini sih." Coach Herry jadi panik. "Ada masalah apalagi sebenarnya kalian berdua?"

Coach Herry berharap Marcus mau membuka mulutnya atas tragedi apa yang membuat hubungannya dan Kevin menjadi pelik seperti ini namun yang ditunggu tak juga bersuara. Malah asik mengheningkan cipta.

"NYO?" Coach Herry meninggikan suaranya.

"Saya tidak bisa menceritakannya." Akhirnya setelah dibentak Marcus mau bersuara tapi sama sekali tidak memuaskan bukan ini jawaban yang Coach Herry mau.

"Kenapa nggak bisa? Tinggal cerita aja apa susahnya sih." Coach Herry makin jengkel.

"Karena hanya Kevin yang boleh menceritakannya." Kata Marcus sangat lirih untung Coach Herry nggak budeg.

"Apa!? Yang bener aja. Memangnya kalian punya rahasia gelap apa? Sampai cuma satu orang dari kalian saja yang boleh bisa menceritakannya. Gue jadi pusing kalau begini. Tuh anak kalau udah ngambek susah banget ngebujukinnya. Apalagi dia ngambeknya sama kamu, partnernya sendiri. Begini deh, apa pun masalah kalian, kelarin secepatnya juga, saya nggak mau ada alasan."

HELLO, BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang