Crazy Man

1.2K 91 18
                                    

Bahagia itu sederhana, bertemu dengan orang yang kita sukai saja sudah sangat  membahagiakan, meski dia selalu mencoba menghindar dan menolak kehadiranku. Aku akan tetap mengejarnya karena kebahagiaan ku ada padanya. _  Lee Yong Dae.





Kevin POV

Jangan tanya bagaimana keadaanku sekarang. Aku tidak baik-baik saja. Rasanya semua orang yang ada disekitarku sudah gila. Fajar tak henti-hentinya menggodaku. Jombang sekarang jari sering uring-uringan sejak melihat video palsu ciumanku dengan manusia kardus itu, dia bahkan mendiamkanku semalaman saat kami sudah mendapatkan kamar. Wartawan gendut itu tak henti-hentinya meledekku. Teman-teman ku berubah menjadi mak comblang dadakan untukku dan orang yang menurut mereka paling oke. Mungkin diantara mereka Ko Marcus sama Bang Owi lah yang masih waras, meski cemburu Ko Marcus berusaha bersikap seperti biasa padaku, menganggap gosip itu tak pernah ada dan menyuruhku untuk melupakannya saja, aku menurut, tapi si songong dari Korea itu selalu berusaha meyakinkan orang-orang bahwa aku adalah pacarnya.

Tahu kah kalian apa yang dia lakukan di bandara? Dia ternyata mengejarku. Aku saat itu sedang mencuci muka di toilet, waktu itu toilet cukup ramai, tiba-tiba si hama kardus itu muncul dan langsung mendekapku dari belakang. Jantungku mau copot rasanya. Kurang ajar sekali dia. Tepat saat itu Rian dan Ko Sinyo muncul bersamaan. Terjadilah keributan kecil disana dan mengakibatkan Rian mendiamkanku semalaman. Aku tak tahu harus berbuat apa, jadi aku membiarkannya saja seperti itu.

Rasanya aku ingin menjedotkan kepalaku ke tembok, bila perlu sampai amnesia.

Gangguannya tidak hanya sampai disitu saja. Awalnya aku sudah senang sampai pengin jingkrak-jingkrak rasanya begitu tahu tim negaraku dan tim negaranya tidak tinggal dalam satu hotel. Eh dianya nggak terima, dia ribut sama resepsionis hotel menyalahkannya karena membiarkan kamar hotel penuh. Kurasa otaknya emang udah nggak waras. Dia nggak malu apa telah disaksikan banyak orang di lobby waktu itu. Tapi kayaknya urat malunya udah putus deh. Setelah aksi adu argumen selesai dia mencoba mendekatiku tapi langsung diseret oleh salah satu rekannya.

Malamnya, tepat pukul sepuluh. Dia mendatangiku ke kamar, iya dia, si hama kardus tak tahu malu ini menyambangiku sambil membawa jinjingan oleh-oleh dari negaranya. Bukankah ini gila.

"Hai." Sapanya sambil tersenyum lima jari.

"Hmm." Aku malas membalas.

"To you." Dia menyodorkanku paper bag ukuran besar namun aku langsung menolaknya.

"No. I don't want to accept it." Padahal aslinya aku juga mau. Siapa sih yang mau nolak dikasih oleh-oleh.

"Take it or I kiss you."

Dengan setengah terpaksa aku menerimanya.

"Good night baby. Have a nice dream."

Aku tidak tahu dia beserta timnya akhirnya tinggal di hotel mana, tapi malam-malam begini dia sengaja datang untuk menemuiku hanya untuk mengatakan selamat malam padaku, oke, sambil membawa oleh-oleh juga. Bukan kah terlalu berlebihan.

'BLAM'

Dan langsung aku menutup pintu di depan hidungnya, biarkan saja dia berpikir kalau aku tidak sopan, dia juga sama tidak sopannya denganku malah lebih parah. Bukannya marah aku mendengar dia terkikik di depan pintu. Dia nggak lagi kesurupankan. Tapi setelah kuperhatikan dan kudengar baik-baik. Itu bukan suaranya, melainkan suara wanita.

'Hihihihi'

Aku mendengarnya sekali lagi malam itu. Bulu kudukku jadi merinding. Jangan-jangan itu suara penunggu kamar hotel ini. Aku cepat-cepat mengunci pintu dan berlari ke tempat tidur. Aku meletakkan paper bag itu secara sembarang dan langsung bersembunyi dibawah selimut. Beruntung aku masih bisa tidur dengan cepat.

HELLO, BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang