Part 13

233K 15.9K 837
                                    

Bayu sibuk dengan sesuatu yang menari-nari dalam pikirannya. Apa kesukaan dua orang akan novel yang sama ada hubungannya? Atau hanya kebetulan semata? Dia tak mau berspekulasi apa pun. Sebaliknya dia tak siap menjawab pertanyaan Argan. Tentu, Argan dan istrinya itu lebih berpihak pada Firda.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku. Kamu kekasih Firda?" Argan teringat ucapan Nara yang mengatakan bahwa Bayu tahu akan dirinya, begitu juga adiknya. Argan yakin, Bayu yang ada di hadapannya adalah orang yang sama dengan yang dibicarakan Nara, laki-laki brengsek yang tak mau bertanggung jawab pada kehamilan Firda.

Bayu mengangguk. "Lebih tepatnya mantan kekasih."

Argan tersenyum sinis. "Bagaimana bisa kamu lalai dari tanggung jawabmu? Kamu masih saja terobsesi pada kematian Mareta dan menyia-nyiakan seseorang yang nyata di depanmu. Dalam rahimnya ada anakmu!" Argan menstabilkan deru emosi yang sedari tadi bergemuruh.

Bayu mengelus-elus pelipisnya seakan mempertanyakan kenapa Argan membahas permasalahan Firda.

"Aku ke sini untuk membicarakan penyebab bunuh dirinya Mareta, bukan membicarakan Firda." Nada bicara Bayu terdengar kesal.

Argan kembali menggeleng. Ia tak bisa memahami jalan pikiran Bayu yang bisa seenaknya melepas tanggung jawab atas janin tak berdosa.

"Sejujurnya, aku nggak ingin lagi mengungkit masa lalu atau mencoba kembali membuka tabir di balik bunuh dirinya Mareta. Aku ingin mengubur semua kepahitan di masa lalu dan aku ingin membuka lembaran baru bersama Nara. Dulu aku memang selalu ingin tahu penyebab Mareta bunuh diri karena aku merasa bersalah. Aku takut akulah yang menjadi penyebab Mareta bunuh diri karena mungkin telah menyakitinya. Namun, setelah kamu bercerita semuanya, aku tak perlu lagi merasa bersalah karena aku memang tak salah. Mareta lah yang bersalah telah berselingkuh denganmu di belakangku. Di satu sisi aku kecewa. Di sisi lain aku ambil hikmahnya, bahwa hal ini akan memudahkanku untuk benar-benar mencintai Nara utuh, tanpa bayang-bayang masa lalu." Satu per satu kata-kata itu meluncur dengan tegasnya.

Bayu mengernyit. "Begitu cepat kamu move on dan melupakan kasus besar ini. Mareta meninggal bukan kasus ringan. Ini menjadi salah satu moment tragis yang tak terlupakan dalam perjalanan rumah tangga kalian."

Argan menatap Bayu tajam.

"Siapa yang bilang kasus ini ringan? Dan apa kamu tahu bagaimana sakitnya dikhianati bertahun-tahun? Semua ini terungkap setelah orang yang mengkhianatimu meninggal. Aku tak akan mungkin lupa dengan apa yang menimpa Mareta. Selama aku tak amnesia, aku tak akan lupa. Hanya saja, aku tahu, aku hidup di masa sekarang, bukan di masa lalu. Untuk apa aku membuang waktu demi menyelidiki kasus yang sudah lama berlalu dan apa pun hasilnya nanti, tak akan mengubah apapun. Tak akan membuat Mareta hidup kembali. Aku hanya berpikir realistis. Dan bagiku yang terpenting saat ini adalah masa depanku bersama keluargaku."

Bayu terpekur. Kata-kata Argan terdengar seperti sindiran halus untuknya.

"Kamu menyindirku? Tentu aku ingin tahu penyebab Mareta bunuh diri karena aku sangat mencintainya. Perasaan antara kami begitu kuat dan dalam, aku nggak bisa berhenti untuk menyelidiki kasus ini." Bayu bicara dengan tatapan menghunjam.

"Hidup kamu masih berkutat di masa lalu, Bayu. Kamu sia-siakan apa yang ada di hadapanmu demi mengorek-orek sesuatu yang sudah berlalu. Apa pun hasil penyelidikanmu, apa semua itu akan mengubah masa lalu? Apa semua itu akan menghadirkan kembali Mareta dalam kehidupanmu? Berpikirlah yang logis!" Argan menaikkan intonasi suaranya.

"Jadi kamu akan berhenti? Kamu akan berhenti mencari tahu?" Bayu menegaskan kata-katanya dan menatap nanar ke arah laki-laki yang dulu ia anggap sebagai rival.

Argan memasang tampang datar.

"Jawabannya sepertinya ada dua pilihan. Pertama Mareta bunuh diri karena terlalu mencintaimu dan tersiksa oleh perasaannya sendiri. Kedua dia merasa bersalah karena telah mengkhianatiku. Selebihnya aku tak tahu, aku tak mau berspekulasi apa pun, dan aku tak mau tahu." Argan beranjak.

Dear Pak Dosen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang