Nara tengah sibuk menyiapkan menu untuk makan malam. Sakha baru pulang dari TPQ dan bermain dengan ayahnya di ruang tengah. Nara memasak lele goreng, sayur bening, tumis buncis-wortel, dan sambal tomat. Sejak menikah dengan Argan, Nara menjadi akrab dengan sayur bening karena Argan menyukainya. Padahal cara memasak sayur ini begitu simpel. Bumbunya hanya menggunakan bawang merah, kencur, garam, dan gula Jawa. Sayurnya bebas tergantung stok di kulkas. Rasanya segar dengan kuah yang khas. Ibu mertuanya sudah mewanti-wanti kalau nanti Nara hamil, lalu punya bayi, harus rajin mengonsumsi sayur bening katuk karena bagus untuk melancarkan ASI.
Nara menyajikan menu itu di atas meja. Sebenarnya perasaannya sedang tak baik, pasalnya proposal skripsinya belum juga di-ACC. Ini semua menurunkan mood. Dosen pembimbingnya dikenal killer dan alot dalam meng-ACC. Namun jika sedang berbaik hati, bisa saja ACC itu mudah diberikan. Meski sang dosen juga mengenal Argan, tak serta merta ia mendapat kemudahan dan dipercepat prosesnya.
Melihat ruang tengah yang berantakan karena lego, hingga masuk ke kolong-kolong sofa dan lemari, membuat Nara meradang. Mood yang buruk membuatnya mudah tersulut amarah.
"Sakha... Legonya diberesin sekarang. Lihatnya berantakan banget. Banyak yang masuk kolong. Kalau nanti banyak yang hilang kamu nggak bisa lagi nyusun aneka bentuk."
Sakha melirik sang mama yang sering banget galak akhir-akhir ini.
"Iya, Ma, nanti... Sakha masih mau main lagi." Sakha kembali mengalihkan tatapannya ke arah layar televisi.
"Kok nanti, sih? Malah nonton tv. Kalau nggak diberesin, legonya bakal mama kasih ke tukang rongsok."
Ancaman Nara membuat Sakha beringsut."Jangan, Ma." Sakha segera membereskan lego-legonya dan memungut hingga ke kolong-kolong.
Setelah menegur Sakha, Nara melirik sang suami yang anteng memainkan ponsel.
"Ini lagi si Bapak, dari tadi main ponsel mulu." Nara berkacak pinggang.
Argan tak bergeming. Ia serius membalas pesan whatsapp yang masuk. Nara penasaran juga dengan sikap Argan yang cuek pada tegurannya. Nara mengintip apa yang terpampang di layar dari belakang tubuh suami yang tengah duduk santai di sofa.
Cemburu seketika menyusup sekelebat. Matanya membulat dan hatinya memanas.
"Rupanya sedang membalas pesan whatsapp dari mahasiswi. Makanya istri ngomong keras juga dicuekin."
Argan terkesiap. Ia melirik Nara yang menatapnya garang.
"Ini sedang membahas masalah bimbingan skripsi, sayang."
"Namanya bimbingan skripsi ya di kampus, bukan di WA, di luar jam kerja." Nara ngeloyor pergi, menaiki tangga dengan wajah bersungut.
Argan menyusulnya. Ia tak mau istrinya salah paham. Saat masuk ke kamar, Nara tengah membereskan kertas-kertas HVS yang belum ia bereskan setelah mem-print proposalnya.
"Na, sini Mas jelaskan dulu. Jangan kemrungsung dulu. Apalagi manyun-manyun gitu. Nggak enak dilihatnya."
Nara terdiam.
Argan menyandarkan tubuhnya di meja dan menelisik wajah istrinya yang bisa sedemikian menggemaskan saat tengah ngambek.
"Si Maya ini, mahasiswi bimbinganku, sedang berada di Australia. Makanya bimbingannya jarak jauh karena dia pun ingin cepat ACC. Jadi dia kirim draft-nya via email. Dan kadang komunikasi via WA saat dia menanyakan sesuatu terkait skripsinya."
Nara melongo, "Hebat banget ya, liburan di luar negeri dan revisi skripsi via email. Aku juga mau, liburan ke Bali atau ke luar negeri sekalian, terus nanti revisi skripsinya via email." Nada bicara Nara terdengar begitu ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Pak Dosen
RomanceRank #1 married-31/01/2019 Rank #1 lifestory-14/03/2019 Rank #1 ayah-08/04/2019 Rank #2 married-29/01/2019 Rank #2 mahasiswa-05/06/2019 Rank #3 marriage-15/04/2019 Rank #3 kehidupan-29/01/2019 Rank #3 keluarga-5/12/2019 Rank #3 kampus-19/03/2019 Ran...