Part 32

164K 12.4K 848
                                    

Part 32 (Guntur-Cherry)

Aku bakal lanjut kalo vote minimal 1,8k ya. Biar aku bisa lebih santai.

Karena pembaca masih penasaran dgn kisah Cherry, di part ini aku masukin lagi kisah Cherry-Guntur. Jangan ada yg komen, kok Nara-Argan sedikit? Dari awal udah aku kasih keterangan, ini spesial Guntur-Cherry. Jangan khawatir nanti ada part khusus Argan-Nara honeymoon. Di judulnya udah jelas juga ya kalau part ini banyak membahas Guntur-Cherry. Next part insya Allah khusus Argan-Nara-Sakha yg mau family time, kalau cukup nanti ditambah part khusus Argan-Nara honeymoon.


Cherry melangkah gontai menuju teras setelah turun dari motor Guntur.

“Cher...”

Panggilan Guntur membuat gadis itu menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang.

“Terima kasih, ya, sudah menemani saya makan.” Ia mengulas senyum. Senyum yang begitu manis tapi juga menyakitkan untuk Cherry.

Cherry hanya mengangguk dan tersenyum getir. Setelah Guntur berlalu meninggalkan pelataran, Cherry masuk ke dalam dengan hati hancur. Ia masuk ke kamar Nara, bukan kamarnya.

“Ciye yang habis makan malam dengan gebetan. Pasti romantis, nih.” Dita tersenyum menggoda.

Melihat Cherry menekuk wajahnya, Dita dan Nara saling berpandangan dengan tanda tanya besar menari-nari di kepala.

“Kamu kenapa, Cher?” Nara memicingkan matanya.

Cherry tak menjawab. Ia justru menangis sesenggukan. Ia tahan sekuat mungkin agar suaranya tak terdengar sampai kamar sebelah. Nara dan Dita pun khawatir. Mereka duduk lebih dekat dengan gadis malang itu. Nara mengusap rambut Cherry.

“Cher, kamu kenapa? Kok nangis?” Nara mengernyitkan alisnya. Ia beradu pandang sekali lagi dengan Dita.

Cherry menyeka air matanya. Isak tangisnya semakin deras. Hatinya terluka dan sakit, sangat sakit.

“Cher, kamu kenapa? Apa Mas Guntur nyakitin kamu?” Dita menatap tajam sahabatnya.

“Aku ... aku selama ini ke-GR-an, mengira Mas Guntur suka sama aku, apalagi waktu Mas Guntur ngajak makan mie ayam, aku udah yang yakin 80 persen kalau Mas Guntur suka sama aku. Aku pinjem bedaknya Layla karena bedakku habis. Aku pakai lipstiknya Siska karena aku nggak bawa lipstik. Sampai sandal juga dipinjemin Siska karena aku biasanya pakai sepatu kets. Sandal yang aku bawa dari kost itu sandal jepit. Kata Siska nggak matching pakai sandal jepit. Ampe tadi parfum aja minta ke Dita karena kata Layla parfumku nggak enak, wanginya terlalu nyegrak. Aku ngaca berkali-kali buat mastiin penampilanku udah perfect apa belum. Dan kalian tahu apa yang dia bilang di warung mie?” suara Cherry terdengar terbata-bata dibarengi tangis yang sesenggukan.

Nara dan Dita menunggu sampai Cherry selesai bicara.

“Dia bilang suka sama Layla. Dia ngajak aku makan karena ingin menggali  informasi soal Layla. Ngenes ... aku kecewa, sakit hati.” Cherry semakin tersedu.

Nara dan Dita melongo, shocked mendengar satu fakta yang begitu menyakitkan untuk Cherry.

“Ya, ampun Cherry. Kok, Mas Guntur tega banget, sih. Apa dia nggak bisa lihat kalau kamu suka sama dia? Malah terang-terangan bilang suka sama Layla.” Dita ikut merasakan sakitnya. Ia kesal pada Guntur yang begitu mudah membuat anak orang baper lalu dijatuhkan terpelanting sampai ke titik terendah.

Dear Pak Dosen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang