Part 36

196K 11.9K 800
                                    

VOTE SAMPAI 2RB, BARU AKU LANJUT HEHE.

DI PART “HASIL VOTING” AKU UDAH MENGUMUMKAN KEPUTUSAN FINAL YA KALAU GUNTUR CHERRY HANYA ADA DI EXTRA PART. SEBELUM PART INI UDAH AKU POST PART BONUS MEREKA. KEPUTUSAN YANG AKU AMBIL ITU JUGA BERDASAR VOTING. KALAU MASIH ADA YG MINTA CERITA SENDIRI UNTUK CHERRY GUNTUR, MOHON MAAF NGGAK AKAN SAYA JAWAB ATAU LADENI KARENA KEPUTUSAN SUDAH CLEAR. DAN SAMPAI SEKARANG MASIH BANYAK YG MINTA, PADAHAL UDAH DIBUAT PENGUMUMAN.

Jangan ada yang nanya, kapan Cherry Guntur? Sudah jelas ya mereka ada di extra part kalau cerita ini tamat. Kalau masih nanya juga, sama aja kalian main ke rumah author, disuguhin cireng, malah mintanya burger. Belajar untuk menghargai apa yang disajikan, bukan meminta lebih.

Part ini masih kelanjutan honeymoon Nara-Argan. Gak segerah kemarin, wajar aja. Kalau nulis yang gerah-gerah nantinya pun akan diperhalus atau di-cut saat revisi.

Nara menatap Argan yang masih berada di atas tubuhnya dengan tatapan penuh cinta, sekaligus gairah. Semalam mereka sudah menghabiskan malam yang begitu romantis dan panas. Sebelum Subuh mereka mandi bersama. Dan pagi ini, dua insan itu kembali bercengkerama di kamar, seakan enggan untuk keluar vila dan menikmati moment berdua.

Argan menyila rambut istrinya dan tersenyum menelisik setiap inci wajah cantik Nara yang selalu ia rindukan kala jauh. Ia mengecup kening Nara, menurun ke pipinya, dan terakhir ia cumbu bibir istrinya begitu lembut.

Kedua pasang mata itu kembali beradu. Ada secercah kehangatan yang berpendar di bola mata sang suami. Nara mengamatinya begitu dalam, seakan tengah menyelam di mata bening Argan. Ia tersenyum. Berada di dekat Argan membuatnya merasa bahwa ia tak membutuhkan apapun lagi. Kehadiran Argan ibarat penyejuk dan pelengkap kekosongan kotak puzzle di saat ada kepingan puzzle yang hilang, dan hanya Argan yang sanggup mengisinya.

Mereka bercumbu sekali lagi dengan kedua tangan Nara yang melingkar di leher sang suami. Argan melepas ciuman hangat itu.

I love you...” bisik Argan.

“I love you too...”

Nara tersenyum sekali lagi.

“Laper, Mas. Cari makan, yuk,” Nara merajuk manja.

“Iya kita belum sarapan, ya.” Argan beranjak dari posisinya. Ia duduk di sebelah Nara yang masih terbaring.

Nara ikut duduk di sebelah Argan.
“Sampai lupa sarapan. Keasikan ngrungkel di kasur.” Nara melirik sang suami dan tersenyum manis.

“Apalagi ada kamu, betah di kamar. Jarang-jarang kita bisa seperti ini.” Argan menaikkan kedua alisnya.

Dering smartphone mengagetkan keduanya. Argan melihat layar smartphone. Ia kaget membaca nama “ibu” tertera di layar.

“Ibu? Video call? Ini pasti Sakha....” Argan melirik Nara sejenak.

Keduanya saling menatap. Seketika mereka sadar, mereka belum mengenakan pakaian. Argan dan Nara kelimpungan mencari pakaian yang tercecer. Setelah berpakaian dengan terburu-buru, Argan menggeser layar smartphone-nya dan tersenyum menyapa Sakha.

Assalamu'alaikum, Sakha.” Argan tersenyum lebar.

Wa’alaikumussalam, Ayah. Mama mana?” tanya Sakha segera.

Argan melongo. Sang putra lebih antusias mencari mamanya dibanding dirinya. Nara segera merebut smartphone yang dipegang Argan.

Assalamu’alaikum, sayang. Udah makan belum?”

Sakha mengangguk, “Wa’alaikumussalam. Udah, Ma. Mama sama ayah udah makan belum?”

“Baru mau makan, Sakha.” Argan segera menjawab.

Dear Pak Dosen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang