8. Beautiful Life

139K 8.5K 301
                                    

Yang dulu ketinggalan PO MBA, masih bisa pesan ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang dulu ketinggalan PO MBA, masih bisa pesan ya. Buka aja part terakhir MBA dan hubungi nomor adminnya.

Nara berjalan memasuki perpustakaan bersama Tasya. Sesekali ia berhenti dan memegang pinggangnya. Rasanya sedikit pegal. Usia kandungannya sudah 21 minggu. Perkembangan skripsinya sudah hampir tiba di seminar hasil. Ia tengah rajin-rajinnya belajar dari banyak referensi. Ia berniat meminjam buku ke perpustakaan untuk tambahan referensi.

Tasya mengamati wajah Nara yang terlihat pias.

“Na, kamu capek ya? Istirahat aja. Biar aku yang nyari bukunya,” ucap Tasya.

“Nggak, kok, Tas. Aku masih kuat.” Nara mengulas senyum.

Nara berjalan menaiki tangga dengan dituntun Tasya. Ia melangkah hati-hati. Setiba di lantai kedua perpustakaan, Nara mencari buku di salah satu lorong. Ia mengambil dua buku lalu duduk lesehan, membaca buku-buku sambil selonjoran untuk meluruskan kaki dan mengurangi rasa pegal yang mendera. Punggungnya bersandar di dinding ujung lorong.

Tasya masih sibuk memilih buku.  Nara melihat tiga orang mahasisiwi melangkah memasuki lorong yang terbentuk antara dua rak buku yang cukup besar dan panjang. Mereka sesekali tertawa dan berbincang.

“Eh, abis ini jalan-jalan yuk ke mall. Pingin mampir gramed, beli buku baru,” ucap salah seorang mahasiswi berkerudung warna biru.

“Bukannya fokus skripsi malah beli novel,” salah satu temannya menanggapi.

“Justru karena aku butuh refreshing, makanya aku ingin beli novel, buat baca-baca. Otak aku butuh pendinginan. Kasihan kalau setiap hari mendidih gara-gara skripsi.” Mahasiswi berkerudung itu memegangi kepalanya.

Dua temannya tertawa.

“Nanti habis dari mall, kita coba tempat makan baru, deh. Enak kayaknya,” balas salah satu mahasiswi berambut ikal.

“Boleh, deh. Oya aku nanti temeni beli baju juga ya. Ntar lihat-lihat di Duta Mode dulu lah. Di mall harganya mihil-mihil,” tukas yang lain.

Nara terdiam sejenak. Ia ingat, sudah lama ia tak menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Apalagi saat hamil begini, ia menjaga diri agar tidak kecapaian. Sejak menikah banyak hal berubah. Ia tidak bisa bebas bepergian bersama teman-temannya. Kemanapun harus izin suami terlebih dahulu. Rasanya juga tak pantas, jika ia menghabiskan waktu sampai sore, pulang sudah malam, belum lagi masak untuk makan malam dan menemani Sakha belajar. Teman-temannya juga sungkan mengajaknya hang out karena takut mengganggu aktivitas Nara. Bahkan mengirim pesan whatsapp juga kadang menanyakan, apa Nara sibuk atau tidak.

Matanya kembali mengawasi gerak-gerik ketiga mahasiswi itu yang begitu energik jalan ke sana kemari,  mengingatkan dirinya yang sebelum menikah dan hamil juga pecicilan ke sana kemari, aktif, kadang hang out bareng teman sampai sore atau malam. Sekarang boro-boro. Kehamilan membuatnya mudah merasa lelah.

Dear Pak Dosen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang