Semenjak hasil pemeriksaan menyatakan Nara positif hamil, Argan begitu memanjakan istrinya. Orangtuanya maupun orangtua Nara tak kalah memberi berjibun perhatian. Ibu Argan sering pula memasak makanan kesukaan Nara dan masakan lain untuk menggugah selera makan sang menantu. Hamil muda membuat Nara akrab dengan morning sickness. Indera penciumannya juga menjadi lebih sensitif. Ia mual jika mencium aroma makanan tertentu atau bumbu dapur seperti bawang. Nara yang sebelumnya suka aroma durian, saat hamil muda begini, ia tak tahan mencium baunya dan bisa membuatnya mual.
Kondisinya yang sering pusing dan muntah-muntah saat hamil memang kadang menghambat pengerjaan skripsinya karena terkadang mood-nya turun. Namun ia berusaha untuk tetap bersemangat mengerjakan semua. Argan juga selalu mendukung dan siap membantu. Nara kerap bertanya pada Firda kiat-kiat menjalani kehamilan agar selalu sehat, segar, dan tak mengurangi semangatnya menjalani segala aktivitas. Nara berusaha untuk istirahat teratur dan lebih menjaga makanannya. Ia tak lagi jajan sembarangan di luar. Untuk menetralkan rasa mual yang kerap melanda, Nara selalu sedia buah-buahan untuk cemilan.
Di saat semua anggota keluarga dan kerabat menyambut suka cita kehamilan Nara, ada yang berbeda dari Sakha. Ia tak pernah membayangkan bahwa ia akan memiliki seorang adik. Selama ini ia terbiasa menjadi satu-satunya anak kecil di keluarganya. Sekarang, perhatian Nara dan Argan terbagi untuk janin di dalam rahim Nara. Argan dan Nara terbiasa menyapa janin dalam rahim itu dengan panggilan “Dede”.
Belakangan ini Sakha tak pernah menghabiskan makanannya. Ada rasa cemburu saat melihat ayahnya mengelus perut mamanya. Mereka mengajak sang calon adik bicara dengan senyum lebar. Sakha merasa disisihkan.
Sakha membaca buku dengan wajah sedikit ditekuk. Sementara ayahnya mengusap-usap perut Nara.
“Dede bayi lagi apa ya di dalam? Kalau nanti udah empat bulanan ke atas, gerakannya bakal jelas, Na, bakal kerasa.” Argan mengulas senyum dan menatap wajah istrinya yang terlihat lebih bersinar auranya saat mengandung.
Sakha melirik ayah dan mamanya dengan raut wajah yang datar. Nara menoleh ke arah Sakha. Ia bisa membaca ekspresi wajah Sakha menunjukkan rasa kurang senang.
“Mas Sakha kok diam saja, ayo sini ikut ngobrol sama Dede bayi.” Nara mengulas senyumnya.
Sakha menggeleng pelan. Argan dan Nara saling berpandangan. Argan menyadari satu hal, Sakha belum pernah sekalipun menyapa calon adiknya. Sakha terkesan menghindar saat Argan dan Nara mengajaknya bergabung.
“Mas sini, Mas. Coba deh raba perut mama. Dede bayi pasti bakalan seneng disapa sama kakaknya. Dede bayi juga ingin kenalan sama semua anggota keluarga. Nanti kalau Dede udah lahir, bakal jadi teman main Mas Sakha.” Argan melembutkan suaranya.
“Kata ayah kan dedenya belum kerasa gerakannya,” balas Sakha masih dengan mimik muka yang datar.
Argan kembali mengulas senyum, “Iya memang. Tapi kan nggak ada salahnya menyapa Dede dari sekarang. Dia pasti bisa merasakan kasih sayang dari keluarganya.”
Sakha terdiam. Nara menyadari putranya tengah dilanda cemburu karena kehadiran sang calon adik. Mungkin ia takut tersisih dan cemas jika perhatiannya maupun ayahnya akan berkurang padanya.
Sakha minta izin ke kamar. Ia mengatakan pada Argan dan Nara ingin membaca di kamar.
Setelah anak itu berlalu dari hadapan mereka, Nara menatap sang suami begitu serius.
“Sepertinya Sakha cemburu, Mas.”
Argan mengangguk, “Iya aku juga berpikir begitu. Agar dia nggak cemburu, kita harus tetap memberi perhatian padanya. Kita yakinkan dia bahwa setelah adiknya lahir, kita akan tetap menyayanginya dan memperhatikannya. Kita akan berusaha berlaku adil padanya juga adiknya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Pak Dosen
RomanceRank #1 married-31/01/2019 Rank #1 lifestory-14/03/2019 Rank #1 ayah-08/04/2019 Rank #2 married-29/01/2019 Rank #2 mahasiswa-05/06/2019 Rank #3 marriage-15/04/2019 Rank #3 kehidupan-29/01/2019 Rank #3 keluarga-5/12/2019 Rank #3 kampus-19/03/2019 Ran...