Votting terbanyak pada milih Pak Dosen. Pesona Mas Argan memang tidak terbantahkan hahaha. Pembaca banyak yang berharap mendapat jodoh seperti Argan hehe.
Kemarin nyampe target vote 1500 aja lama ya. Makanya lama up. Alhamdulillah sampai target juga. Kadang ada hal2 lain juga yang bikin telat up.
Vote dulu sebelum baca ya.
Nara mengamati ekspresi wajah suaminya yang mengernyitkan dahi.
"Kenapa, Mas?"
"Itu kayak mobilnya temen." Argan teringat pada seseorang yang pernah dikenalkan orang tuanya setahun setelah Mareta meninggal.
"Ya udah masuk, yuk." Argan tersenyum pada Nara dan menuntun tangan Sakha.
Kedua orang tua Argan menyambut senang kedatangan Argan, Nara, dan Sakha. Saat Argan memasuki ruangan, ia dikejutkan dengan kehadiran Elita dan tante Gita, ibu dari Elita.
"Kebetulan banget ini ada Elita dan tante Gita. Elita ini baru kembali dari Surabaya." Ranti melirik Elita dan ibunya dengan senyum mengembang.
Argan menangkupkan kedua tangan di dadanya dan tersenyum ramah. Nara berjabat tangan dengan dua orang itu, ia bimbing Sakha untuk menjabat tangan juga. Mereka duduk melingkar di sofa, sedang Sakha bermain lego di ruang tengah.
"Maaf ya Nak Argan, waktu itu kami nggak datang ke pernikahan kalian karena lagi di Samarinda." Gita bicara dengan ramahnya.
"Iya nggak apa-apa, Tante. Yang penting doanya," balas Argan masih dengan senyum ramah.
"Oya ini dimakan dulu Argan dan Nara, Elita yang membuatnya. Enak banget lho browniesnya." Pandi, Ayah Argan menyodorkan senampan brownies yang sudah dipotong-potong.
Nara mencelos. Ia dan Argan membeli brownies untuk oleh-oleh, sedang Elita membuat sendiri brownies untuk mertuanya.
"Iya, Pak, makasih. Elita masih suka bikin kue gini, ya?" tanya Argan basa-basi.
"Iya, Mas. Bikin kue kan emang udah jadi hobi saya." Elita menjawab dengan senyum manisnya.
"Elita kan baru buka toko kue di Surabaya. Di sini dia punya toko kue juga. Memang punya hobi yang bisa dijadikan bisnis itu menguntungkan sekali. Udah gitu, Elita mau menempuh S2 juga, 'kan?" Ranti melirik Elita dengan sumringah.
"Insya Allah, doakan saja semua berjalan lancar, Tante," sahut Elita.
"Pasti Nak Elita. Perempuan itu bagus banget jika berpendidikan tinggi meski nanti ketemu sama dapur, ngurus anak, ngerjain pekerjaan rumah. Pendidikan ini bisa jadi bekal untuk mendidik anak," ucap Ranti.
"Iya, Tante. Peran orang tua kan berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak," balas Elita.
"Saya suka dengan pemikiran Elita. Makanya dulu saya dan bapaknya Argan tertarik menjodohkan Elita dan Argan. Eh, ternyata belum jodohnya," Ranti tertawa kecil.
"Belum jodohnya, Bu. Saya dulu juga berharap Elita jadi sama Argan." Gita melirik Argan dan Nara yang duduk di sebelahnya.
Nara merasa tak nyaman dengan situasi sekarang. Apalagi baru saja ia tahu fakta bahwa Elita pernah dijodohkan dengan Argan. Ada rasa cemburu yang menjalar dan membuat hatinya meradang. Ia mengamati penampilan fisik Elita yang menurutnya terlihat sempurna. Rambutnya tergerai indah, kulitnya kuning langsat dan terawat, wajahnya cantik, badannya ideal, dan dia juga seorang pengusaha yang sudah punya dua toko kue. Nara merasa kecil dan bukan apa-apanya dibanding Elita.
Argan juga merasa tak enak. Ia melirik istrinya yang pencemburu. Nara tertunduk lesu.
"Oya istri kamu sudah bekerja? Atau masih kuliah?" Gita menatap Nara lekat. Di matanya Nara ini terlihat begitu muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Pak Dosen
RomanceRank #1 married-31/01/2019 Rank #1 lifestory-14/03/2019 Rank #1 ayah-08/04/2019 Rank #2 married-29/01/2019 Rank #2 mahasiswa-05/06/2019 Rank #3 marriage-15/04/2019 Rank #3 kehidupan-29/01/2019 Rank #3 keluarga-5/12/2019 Rank #3 kampus-19/03/2019 Ran...