6. Bonus Part Cherry-Guntur

118K 8.2K 533
                                    

Alhamdulillah tugasku udah selesai hhaha. Kemarin yg minta bonus Cherry-Guntur cukup banyak, jadi part ini khusus mereka, part pendek aja. Setelah ini baru deh Argan-Nara lagi, membahas mitos hamil. Biar gak nyampur, jadi satu per satu dulu ya dan sabar aja.

Oya aku gak akan bikin Cherry dan Guntur jadi cerita baru. Dari kemarin masih ada aja yg minta. Dulu pernah aku tawarin mau lapak baru atau extra part, banyakan minta di extra part aja. Jadi keputusan final, aku nggak akan bikin cerita mereka di lapak baru. Toh ini hasil suara terbanyak. Jadi ikuti saja keputusan author. Embuh arep njaluk cerita Cherry-Guntur neng lapak anyar nganti gedibal pitulikur, arep ora tak turuti. Terima sing ana bae. Cerita mereka nggak akan gantung kok dan akan aku selipkan atau seperti ini, untuk bonus part ketika butuh penyegaran atau selingan dari cerita utama.

Happy reading...

Cherry duduk di halaman depan perpustakaan, menunggu kedatangan Nara. Mereka janjian ketemu siang ini, setelah sholat Dhuhur. Mata gadis itu melebar setelah melihat Nara berjalan ke arahnya dengan gamis dan kerudung yang warnanya senada.

“Cherry...” Nara melambaikan tangan.

“Nara... Sini, Na...” Senyum lebar mengembang. Gadis itu sangat merindukan moment kebersamaannya dengan Nara.

Nara duduk di sebelah Cherry, di bangku panjang yang melintang di bawah naungan pohon besar.

“Kamu apa kabar, Na? Perut kamu udah kelihatan buncit, ya.” Cherry mengusap perut sahabatnya dan takjub melihat perubahan bentuk perut Nara.

Alhamdulillah baik, Cher. Bukan Cuma perut aku yang buncit, kayaknya semua bagian tubuhku tambah embem juga hahaha. Kamu apa kabar?”

Alhamdulillah aku baik juga. Kamu tuh tambah cantik tahu, Na. Serius, orang hamil itu kenapa kelihatan lebih cantik, ya.” Cherry tersenyum seraya menggenggam tangan Nara.

“Masa, sih? Kata Mas Argan juga katanya aku tambah cantik. Kamu juga lho, Cher. Apa efek jatuh cinta, ya?” ledek Nara sembari tertawa kecil.

Cherry tersenyum simpul, “Sebenarnya hati aku lagi galau.”

Nara mengernyitkan alis, “Galau kenapa? Apa soal foto Layla sama Mas Guntur di instagram?”

“Soal foto itu Mas Guntur udah jelasin. Dia ngirim fotonya bareng Layla dan Risa, adiknya Mas Guntur. Jadi mereka emang berangkat bertiga ke Cilacap. Aku nggak tahu maksud Layla apa upload fotonya bareng Mas Guntur berdua, meng-crop foto Risa, jadi seolah mereka foto berdua. Dan ternyata kata Siska, Layla tuh lumayan sering main ke tempat Mas Guntur, ya mungkin seminggu sekali. Dia akrab sama adik dan ibunya Mas Guntur. Kalau ke sana suka bawain apa gitu... Padahal dia nggak ada hubungan apa-apa sama Mas Guntur, tapi seolah-olah, Layla ini jadi calon istri yang diinginkan oleh ibunya Mas Guntur.”

Nara melongo sejenak.
“Layla ini berarti gerak cepat. Dia berusaha dekat dengan keluarga Mas Guntur. Kamu sendiri udah pernah ke sana lagi belum? Sejak kita selesai KKN?”

Cherry mengangguk.

“Pernah. Mas Guntur yang ngajak aku. Dia jemput ke Purwokerto, bareng Risa juga waktu itu. Aku kok malah jadi nyesek dan sedih waktu ngobrol sama ibunya Mas Guntur.”

“Nyesek gimana, Cher?” Nara menyipitkan alisnya.

Ekspresi wajah Cherry berganti mendung.

“Bu Sekdes pingin Mas Guntur cepat nikah. Beliau nanya soal skripsiku. Pengajuan judulku udah tiga kali ditolak. Padahal aku udah nyoba nyari-nyari judul yang bagus dan sesuai dengan bidang dosen pembimbing. Aku masih terus struggling di situ. Sementara banyak mahasiswa lain yang udah jauh. Bu Sekdes bandingin aku sama Layla. Katanya Layla sudah analisa data. Artinya kemungkinan wisuda dia bakal lebih cepat. Beliau bilang, kalau cepet wisuda bisa cepet juga nikahnya. Aku kok nangkapnya Bu Sekdes berharap Mas Guntur nikah sama Layla begitu Layla wisuda.”

Dear Pak Dosen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang