4. Ngidam (2)

157K 9.2K 807
                                    


Innalilahi wa innailaihi roji'un, ada yang belum mendengar tragedi penembakan di dua Masjid di kota Christchurch Selandia Baru? Penembakan brutal itu disiarkan secara live di Facebook di hari Jumat saat jamaah tengah menunaikan sholat Jumat. Ya Allah, speechless.😭 This is the real terrorist. Author sempat lihat videonya dan nggak kuat rasanya. Dulu aku pernah baca artikel tentang New Zealand. Sebenarnya negara ini terkenal damai dan menerima muslim. Citra negara jadi rusak karena ulah oknum biadab. Semoga para korban meninggal diberikan Jannah oleh Allah, dan yang luka-luka segera pulih, aamiin.

Rasanya masih speechless aja.. Apalagi sempat lihat videonya... Kebayang terus jadinya... Katanya ada WNI bapak dan anak yang jadi korban. 😭

Maaf ya baru sempat update...

Argan mengucek matanya dan membelalakan mata sekali lagi.

"Sekarang udah malam, Na. Mau nyari di mana? Pasti udah tutup."

Nara melirik jarum jam. Sudah jam sebelas malam. Memang jam segini kios-kios yang menjual oleh-oleh khas Purwokerto biasanya sudah tutup.

"Besok lagi ya. Mas janji besok bakal nyari semua makanan yang diinginkan Nara."

Nara tak tega juga jika meminta Argan keluar malam hanya untuk memenuhi keinginannya.

"Janji ya besok beliin," rajuk Nara.

"Iya, Mas janji."

Nara membalikkan badan. Argan memeluk Nara kembali.

"Mas, punggungnya dielus-elus, ya," pinta Nara.

Argan menurut. Tangannya masuk ke dalam baju atasan Nara, lalu mengusap-usap punggung istrinya.

"Mas, sambil digaruk. Agak gatal..."

Argan lagi-lagi menurut. Ia menggaruk-garuk punggung Nara.

"Agak ke atas sedikit," ucap Nara.

Argan menuruti permintaan sang istri. Nara membalik. Ia membuka kancing bajunya.

"Gatal di sini..." Nara menunjukkan belahan dadanya yang membuat Argan menelan ludah.

Sang suami menggaruk belahan dada sang istri pelan sambil sesekali melirik bagian tubuh yang begitu menggiurkan itu, lalu pura-pura terpejam, melirik lagi, terpejam lagi, melirik kembali, begitu seterusnya.

"Kok gatalnya di mana-mana, Na? Apa belum mandi?"

Nara cemberut, "Udah lah, Mas. Masa belum?"

"Habis minta digaruk di mana-mana." Argan melirik dada sang istri lebih lama. Rasa-rasanya ia tergoda untuk memberi kecupan. Namun melihat banyaknya tanda hasil karyanya yang belum memudar, ia mengurungkan keinginannya.

Nara membusungkan dadanya, berharap suaminya akan tergoda. Melihat reaksi datar Argan, Nara kesal sendiri.

"Mas, kok diam aja?"

Dahi Argan mengernyit, "Diam gimana? Dari tadi Mas garukin kamu."

Nara mengerucutkan bibirnya, "Ihhh... Nggak peka." Nara kembali membalikkan badan, memunggungi suami.

Argan bingung. Ibarat main game, Nara tak menawarkan jalan keluar, tapi malah melempar kode yang harus dipecahkan.

"Na, kok ngambek? Sini, Mas garukin lagi. Apa mau dikecup?"

Nara yang terlanjur kesal, tak juga merespons.

"Na..."

Nara tak tahan juga. Ia berbalik dan kembali menatap sang suami.

"Mas, mah nggak peka. Biasanya Mas Argan kalau udah nyentuh dada Nara, pasti berlanjut ke hal lain. Ini Mas datar aja. Apa Nara udah nggak menarik? Apa karena berat badan Nara naik? Apa karena perut Nara sudah lumayan buncit, kelihatan gendut, makanya Mas Argan udah nggak bergairah lagi lihat Nara?"

Dear Pak Dosen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang