Part 29

199K 13.2K 1.1K
                                    

Sebaiknya dibaca pas sebelum azan subuh atau udah buka puasa, ya. Tidak ada yg eksplisit, tapi ini cerita segmennya memang untuk pembaca dewasa.

Nara mengerjap dan melirik jarum jam dinding yang menunjuk pukul setengah empat. Ia melirik tangan Argan yang melingkari perutnya dari belakang, posisi favorit Argan untuk memeluk istrinya dalam tidur. Seusai percintaan panas mereka, Nara hanya mengenakan pakaian dalam. Sentuhan tangan Argan di kulit perutnya membuatnya merasa hangat dan nyaman. Nara membalikkan badannya hingga bisa menatap wajah sang suami lekat-lekat. Jari-jarinya menelusuri pipi Argan, seakan mengamati detail wajah tampan suaminya yang begitu menyejukkan di matanya.

Argan mengerjap dan membuka matanya perlahan. Wajah cantik Nara menjadi objek pertama yang ia lihat. Argan tersenyum dan mengecup kening Nara lembut.

"Udah bangun, Sayang? Jam berapa sekarang?" tanya Argan masih dengan nada mengantuk.

"Masih jam setengah empat, Mas," balas Nara.

"Mas rasanya ngantuk dan capek banget, Na. Padahal udah niat bangun lebih awal biar bisa mandi terus sholat Tahajud." Argan bicara sambil memejamkan mata. Rasa kantuk itu masih menggelayut.

"Mas nggak bilang, sih. Kalau bilang dulu kan Nara bisa bangunin. Lagian Mas Argan semalam buas banget kayak singa, makanya kecapaian. Nara dibolak-balik, diangkat, dicium-cium, diputer-puter, udah kayak orang lagi manggang kambing guling."

Seketika Argan tertawa dan matanya membuka. Dicubitnya pipi istrinya dengan gemas.

"Tapi Nara suka, 'kan? Buktinya semalam mendesah terus, merem melek pula. Mas jangan berhenti ...." Argan memanjakan suaranya untuk menirukan cara berbicara Nara saat bercinta.

Wajah Nara memerah, sudah terlihat seperti kepiting rebus. Ia memukulkan bantal ke kaki Argan sambil mengerucutkan bibirnya, "Mas Argan ih ... frontal banget sih ...."

Argan tertawa sekali lagi. Tanpa ia duga, Nara duduk di atas tubuh Argan. Kedua pasang mata itu bertemu. Argan tersenyum menelisik wajah istrinya yang tersenyum penuh arti padanya. Apalagi saat melihat tubuh indah istrinya yang hanya terbalut pakaian dalam terpampang di depan matanya, hasratnya kembali menggebu.

"Yes, aku mau diperkosa." Argan menyandarkan kedua tangannya di atas kasur, menirukan gaya Nara saat tengah pasrah diciumi olehnya.

Lagi-lagi Nara gemas mendengar kata-kata Argan. Ia menangkup kedua pipi Argan dan sedikit menekannya.

"Mas nggemesin ...."

Argan segera meraih kedua lengan Nara dan membalik tubuh seksi itu hingga posisinya bergantian, Nara di bawah dan Argan menghimpitnya di atas.

"Kamu lebih nggemesin, Na. Masih ada waktu kan sebelum adzan. Mandi bareng, yuk." Argan mengedipkan matanya.

Nara menangkup kedua pipi suaminya. "Mandi apa mandi?"

Argan tersenyum. Ia membopong tubuh Nara ala bridal style menuju kamar mandi. Di dalam mereka masih saja menuntaskan kerinduan yang seolah tak ada habisnya itu. Ciuman hangat keduanya semakin panas diiringi gemericik air yang mengalir dari shower, membasahi tubuh keduanya.

"Ciuman Mas Argan hot banget," desis Nara di sela ciuman mereka.

Argan tersenyum. "Ini bukan hanya hot tapi juga deep. Deep kiss... Ciuman nganti meng njero-njero." (ciuman sampai ke dalam-dalam).

Tawa Nara pun meledak. Saat sedang romantis begini, Argan masih sempat membuat lelucon.

Argan kembali memagut bibir istrinya dan menyesapnya dalam-dalam. Sudah dipastikan acara mandi itu menjadi lebih lama.

Dear Pak Dosen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang