Boleh kusebut ia malaikat?

9.5K 293 3
                                    

   Mikha menceritakan kejadian tiga hari yang lalu kepada Adam. Banyak ibu-ibu komplek yang bergunjing tentang kosan ini dengan tukang sayur. Dan juga bapak-bapak ikut ikutan mempeburuk dugaan pada kosan ini. Akhirnya daripada malu, pemilik kosan menutup kosannya.

" Terus kamu mau bagaimana? " Tanya Adam menikmati ketan susu yang dibuat Mikha. Memang Mikha adalah koki yang handal. Tak seandal ibunya tapi.

" Aku bakal cari kosan barulah " jawab Mikha. Adam menoleh kearah Mikha yang sibuk dengan drama koreanya.

" Tinggal dirumah aku aja yuk " Tawar Adam.

" Ih!  Kaga mau " Tolak Mikha

" Kenapa?  Gratis lho "

" Kamu kira aku apaan?  Masa tinggal sama kamu. Ntar dikira apaan akunya. Terus Istri kamu gimana? "

" aku ga punya istri "

" Yaudah pacar "

" ga punya juga "

" bohong "

" serius "

Mikha menatap Adam. Mencoba mencari kebohongan disana. Tapi hasilnya nihil

" Kalau aku punya istri atau pacar ga mungkinlah aku bawa cewe cantik kerumah. Seperti yang kamu tahu juga. Di rumah cuma ada aku sama Bi Marsih " Adam beranjak duduk disebelah Mikha. Memeluk Mikha mesra.

...

Ini kedua kakinya Mikha melihat isi rumah Adam. Kemarin dia dan Adam sudah memindahkan seluruh barang Mikha kerumah Adam. Atas paksaan Adam.

Mikha melihat kearah kamarnya yang begitu luas. Berwarna ungu pastel juga beberapa kupu-kupu kertas berwarna hitam menempel di dindingnya.

Kamar ini masih berbau cat. Bagaimana tidak, Setelah Mikha menyetujui tinggal dirumah Adam.  Adam segera merenovasi kamar ini. Sesuai kesukaan Mikha.

" Suka? " Tanya Adam dibelakang Mikha. Membuat Mikha memegang dadanya menandakan ia terkejut.
Melihat hal itu Adam tertawa pelan.

" Iya suka. " Jawab Mikha.

Adam memeluk Mikha dari belakang. Membenamkan kepalanya keleher Mikha. Dapat Mikha rasakan, Lagi - lagi Adam mengendus disana.

" Eh nanti diliat orang Dam" Mikha melepaskan tangan Adam yang melingkar diperutnya. Mikha membalikan badannya menghadap kearah Adam. Kini mereka saling bertatapan

" Kenapa kalau dilihat? "

" Malu "

" Kenapa pula malu. Yang punya juga aku " Adam kembali memeluk Mikha.

" Suka amat kamu meluk-meluk " Ujar Mikha.

" Aku suka aroma tubuhmu Mikha. Seperti bau mama juga nenek " Jawab Adam.

Ekhem!

Sampai suara deheman menghentikan pelukan mereka. Mikha menjadi malu sendiri, memalingkan wajahnya. Beda dnegan Adam yang menatap tanpa malu kearah Bi Marsih

" Makanannya sudah siap tuan " Bi Marsih tak sanggup menatap mata Adam. Ia hanya menunduk karena tahu sudah melakukan kesalahan.
Adam hanya mengangguk dsn mengisyaratkan Bi Marsih agar segera pergi meninggalkan ia dengan Mikha.

Setelah Bi Marsih pergi. Mikha langsung mencubit dada Adam. Lalu segera mengikuti Bi Marsih kearah meja makan.

...

Setelah makan. Mikha mencuci piring. Sebelumnya sempat berdebat pelan dengan Bi Marsih. Mikha tahu diri ia tinggal dirumah orang, seharusnya berguna disana. Kasihan juga Bi Marsih udah tua disuruh bekerja seorang diri. Lagian Bi Marsih juga seperti ibu oleh Mikha. Namanya sama.

Setelah cuci piring. Mikha melangkah ke lantai atas. Tempat dimana kamarnya terletak. Dan merebahkan tubuhnya sana

Mikha sangat bosan di rumah ini. Walau besar juga indah tapi di sini sepi. Hanya ada Adam, Bi marsih, beberapa pembantu yang lain dan juga Mikha.

Untuk mengatasi kebosanannya. Mikha memilih untuk memainkan hpnya. Sampai pintu kmar Mikha terbuka menampilkan Adam dengan T-shirt abu-abu dan celana selutut.
Mikha kagum dengan pemandangan didepannya. Pertamakali ia melihat Adam memakai baju seperti itu. Padahal ia sudah melihat seluruh tubuh adam

Tanpa diizinkan Adam membaringkan tubuhnya disamping Mikha. Menempatkan tubuhnya di dekat perut Mikha dan memeluknya.

" Ngapain? " Tanya Mikha kaget. Tapi, pertanyaan Mikha tak dibalas oleh Adam. Malah Adam semakin membenamkan kepalanya di perut Mikha yang kini sudah terlentang

" Kalau mau itu tutup dulu pintunya " ujar Mikha

" Tumben mau itu-ituan "

" Kan kalau "

" Kalau ku ajak mau? "

" Nggak sih "

Adam tersenyum melihat Mikha. Ia mengecup pelan perut Mikha.

" Nanti bakal ada anak aku ga yah di dalam sini? " Tanya Adam

" Jangan,  ntar klo ada akunya gimana. Aku masih kuliah lho " Tukas Mikha

" Kan aku bisa nikahi kamu. Terus biar aku yabg biayai kamu. Lagian sekarang juga udah biayai kan?  Juga udah lakuin itu, juga udah tinggal serumah cuma kurangnya status doang " celetuk Adam

" Mau kamu nikah sama aku? " pertanyaan Mikha di balas anggukan oleh Adam. Anggukan itu membuat hati Mikha berdesir. Desiran hangat yang dulunya selalu ditimbulkan ketika ia bersama Azli.

" Aku pelacur " Toh, kalaupun Mikha mencintai Adam. Ia akan selalu merasa tak pantas setelah apa yang dilakukannya

" Kan cuma sama aku doang. Pantas disebut pelacur? " Hati Mikha kini semakin berdesir. Rongga dadanya penuh dengan kebahagiaan. Aaihh... Serasa ingin terbang

" detak jantung kamu cepat banget " Goda Adam setelah beberapa menit keheningan

" sama seperti detak jantung aku " Ada apa dengan Adam ini? Kenapa dia seperti ini. Tak mau berlama-lama dikekang pelukan Adam. Mikha dengan cepat beranjak dari kasurnya. Meninggalkan Adam yang keheranan

" aku mau pup " Ujar Mikha tanpa berbalik. Padahal ia hanya ingin menyembunyikan malu setelah ketahuan detak jantungnya akan Adam.

Adam hanya menengok punggung Mikha tanpa beranjak dari kasur. Padahal ia ingin berlama-lama dalam pelukan Mikha-nya. Adam tertawa pelan melihat wanitanya yang menahan malu.

" akui saja kau mulai menyukaiku Mikha. " ujar Adam pelan. Enatah pada siapa ia berbicara. Mungkin pada oksigen di dalam kamar itu

" Dan aku juga akan mengakui bahwa aku menykaimu " imbuh Adam. Andaikan ia bisa mengatakan hal ini pada Mikha secara langsung. Namun apa daya ia terlalu takut jika nanti Mikha menjauhinya karena perasaan ini.

MikhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang