Ibuku pulang

4.5K 142 2
                                    

   Bau obat-obatan menusuk penciuman, bunyi decitan pada lantai mengilukan gigi. Mikha tak berhenti dari tangisnya,tak peduli seberapa mencoloknya dia diantara pengunjung lain.

   " Sudahlah, Anda sudah tak perlu khawatir lagi, sampai sekarang ibu Anda baik-baik saja " Ucap dokter itu kepada Ayah Mikha. Berkat Adam, penanganan kepada ibunya menjadi lebih cepat. Bahkan Adam meminta kepada dokter yang ada untuk merawat ibu Mikha di ruang  VIP.

   Ayah Mikha, Pak Amru kelelahan menggendong ibu Mikha tadi. Ia terduduk di salah satu sofa yang disediakan di ruangan tempat dirawatnya ibu Mikha. Ia begitu kelihatan tak berdaya melihat istrinya seperti tadi. Mikha sangat takut untuk berbicara kepada ayahnya saat ini, jadi ia memutuskan untuk melengah Ami keluar sebentar, dengan niat menenangkan tangis adiknya.

...

    " Kakak, Ami takut " Ucap Adiknya kepadanya. Mikha yang tadinya menggandeng tangan Ami menggendong adiknya. Ami menyandarkan kepalanya di bahu Mikha.

     Semilir angin menerpa tubuh Mikha. Dihirupnya udara sedalam-dalamnya, lalu dikeluarkan udara itu bersama kesesakan di dalam dadanya.

    " Kakak,  Ibu baik ? " Tanya Ami serak. Mikha menatap adiknya sambil tersenyum, menyembunyikan kesedihan dibalik senyumnya itu. Tak mungkin ia murung didepan adiknya dengan keadaan seperti ini, yang ada adiknya itu akan menjadi sedih.

     " Tentu ibu baik "

     " Kenapa ibu masuk kesini lagi? "

     " Hanya perlu dirawat sebentar Ami "

     " Bagaimana jika Ibu pergi ninggalin Ami? " Mikha tertegun dengan perkataan adiknya yang masih TK itu. Mikha tak pernah memikirkan kearah sana tapi kenapa Ami?. Ia juga tak tahu harus bagaimana jika ibunya pergi. Bibir Mikha menjadi kaku hanya untuk menjawab pertanyaan anak kecil

       " Mikha... Ibumu siuman, kamu dipanggilnya " Untunglah Adam menyelamatkan Mikha dari pertanyaan Ami. Mikha menoleh kearah belakang, ia melihat kearah Adam yang sudah nampak kusut dan kelelahan.

       Ditinggalkannya Ami bersama Adam berdua saja, sedangkan ia berlari kecil ke ruang inap Ibunya dengan hati yang bergejolak tak karuan.

       " Ibu, manggil Mikha " Katanya pelan dan rasa bersalah.

       " Kesini sebentar Mikha " Ibu Mikha melambaikan tangannya kearah Mikha. Mikha berjalan pelan kearah ibunya yang terbaring lemah diatas kasur rawat disana dengan lilitan kabel ditangannya.

      " Ibu... Maa.. Fin Mikha " Kata Mikha kepada Ibunya. Ia selalu saja menunduk, tak berani menatap ibunya. Tangan Ibunya terjulur mengusap tangan anaknya.

      " Mikha, jangan menangis, tak apa nak, Ibu tak apa. Pulanglah dulu,ganti bajumu " Nasihat Ibunya mengingat pakaian Mikha yang sedikit minim malam ini. Mikha menggeleng tak mau pulang, ia ingin disini bersama ibunya.

      " Tidak, biarkan Mikha bersama ibu " Tolak Mikha untuk pulang.

      " Kalau begitu jangan menangis, nanti apa kata adikmu, seharusnya kamu yang menguatkan mereka " Ucap Ibunya akhirnya. Mikha menyeka air matanya. Ia duduk disamping Ibunya sambil menggenggam erat tangan ibunya seerat-eratnya.

...

    pukul 08.45.

     Mikha senantiasa duduk disamping ibunya, memperhatikan setiap garis kerut ibunya yang semakin menua. Sesekali ia tersenyum mengingat kenangan lucu yang dilakukannya bersama ibunya namun akhirnya kenangan itu menjadi biru setelah ia ingat dengan apa yang dilakukannya bersama Adam.

    " Mikha, sudah makan? " Tanya Adam, tangan Adam diggantungkan di pundak Mikha. Mikha menoleh ke arah Adam, kepalanya menggeleng.

    " Kamu mau makan apa? Aku belikan " Tawar Adam, ia tak mau wanitanya kelaparan

     " Aku tak mau makan " Jawab Mikha

     " Makanlah sedikit nak  " Suruh Ibunya. Mikha tak bisa lagi membantah untuk tidak makan, ini perintah Ibunya.

      " Apapun yang kamu belikan " Jawab Mikha. Adam beranjak dari posisinya, ia keluar dari ruang inap itu. Ia pergi membawa Ami dan Trisna bersamanya.

      " Adam baik yah " Canda Ibunya kepada anaknya.

      " Kenapa bu? Ibu suka? " Tanya Mikha

      " Asal orang itu baik, ibu suka "

      " Kalau begitu, pacaran saja sama Adm bu " Saran Mikha

      " Bapak mu mau ibu apakan? Untukmu saja Adamnya " Ibu Mikha tertawa mendengar saran tak bermutu Mikha. Tangannya mencolek bahu Mikha.

...

    Jam 09.30

Ami dan Trisna sudah terkapar di sofa ruang inap. Mereka tertidur setelah memenuhi perut mereka dengan semua makanan yang dibeli oleh Adam.
Ayah Mikha dan Adam sedang bercerita di kantin rumah sakit. Bercerita tentang apapun seputar obrolan perihal pilihan presiden mereka.

    Sedangkan Mikha masih betah dalam duduknya. Tak pernah bosan menatap wajah ibunya, sambil bersenda gurau memecah kesedihan yang mendominasi hati mereka masing-masing.

     " Mikha... Bagaimana Adam menurutmu? " Tanya Ibunya. Entahlah, sudah berapa kali Ibunya itu membicarakan perihal Adam

      " Kenapa ibu terus menanyakannya? " Mikha balik bertanya.

      " Ibu ingin melihatmu menikah nanti,ikut menggendong anakmu nanti " Mikha terhenyak dengan perkataan yang dilontarkan ibunya.

      " Iya " Mikha tak tahu harus jawab apa. Hanya kata ' iya ' yang ada didalam benaknya. Dan itulah yang dilontarkannya

      " Ibu mau tidur dulu yah Mikha. Kamu juga tidur, jaga kesehatanmu baik-baik. Adikmu juga " Kata Ibunya

      " Iya Bu, Tidurlah, Mikha tak akan berisik. Yang nyenyak yah bu " Jawab Mikha sambil mengelus rambut ibunya yang sudah sebagian memutih.

     Ibunya memicingkan matanya. Mikha akhirnya beranjak dari duduknya. Menyelimuti Ami dan Trisna lalu membersihkan tubuhnya sebelum tidur.

...

    Jam 10.12

Mikha tidur disamping Ami. Sofa yang ditiduri Ami lumayan luas, jadi ia bisa tidur sambil memeluk Ami. Tapi keadaan semakin berisik. Membangunkan Mikha dari tidurnya.

    " Kha.. Bangun nak, cepat " Ucap Ayahnya dengan nada yang panik. Mikha tak tahu apa-apa menjadi kaget dan bertanya didalam otaknya ada apa.

    " Ibumu berpulang nak " Ucapan itu seratus persen membangunkan Mikha dari kantuknya. Ucapan yang meruntuhkan dunianya. Sesak sekali dadanya. Bulir jatuh melewati pipinya, Mikha berdiri berniat mendekati Ibunya yang sudah tak lagi bernyawa.

    " Hiks... Bu, tolong.. Ban.. Gun. " Kata Mikha. Adam menahan tubuh Mikha agar tak melakukan hal di luar dugaan.

     " Ayo bu... Katanya mau.. Li..hat Mikah nikah.. Mau gendong... Anak Mikha kan? " Adam mengeratkan pegangannya pada Mikha.

     " Maafkan Mikha Ibuuu... " Tangis yang tadinya masih ditahan kini meletus. Ia merengek didepan ibunya. Kakinya tak lagi bertenaga, langsung saja ia jatuh pada lantai ruangan itu, untung saja Adam memegangi Mikha.

Tangis Mikha membangunkan adik-adiknya. Mereka langsung sadar dengan apa yang terjadi. Tangis menggema pada malam itu. Ayah Mikha membukakan pelukan untuk kedua anaknya yang masih SMP dan TK itu.

Mikha menangis dalam pelukan Adam. Malam itu adalah malm yang paling biru bagi mereka

Tbc...

Maaf jika aku lama updatenya. Soalnya lagi badmood mulu buat nulis. Jika ada kesalahan kata tolong dimaafkan. Dan ikuti terus perjalanan Mikha dan Adam ini.

Jangan lupa buat vote dan komen. Biar aku sering publish chapter berikutnya

  

MikhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang