Aisyah

7.6K 229 0
                                    

Adam pov~

Wanitaku masih tertidur. Mungkin ia kelelahan menghadapiku semalam. Kasihan wanitaku ini. Ku kecup bibirnya, tak bernafsu seperti semalam, tapi dengan kasih sayang yang mengalir begitu saja.
Kutarik selimut agar menutupi tubuhnya yang tak lagi berbaju. Aku takut ia kedinginan.

Sudah saatnya berangkat kerja. Kurapikan lagi pakaianku di depan cermin. Kukecup lagi Mikha yang pulas dalam tidurnya. Dengan berat hati aku meninggalkannya untuk bekerja hari ini.

Mobilku terpakir sempurna didepan perusahaan warisan almarhum papa.
Kulangkahkan kakiku menuju ruanganku tanpa mempedulikan karyawan-karyawan yang memberi salam. Silahkan bilang aku sombong.

Kududukan pantatku di kursi kebesaranku selama ini. Berkutik pada berkas-berkas yang harus kuperiksa dan ditanda tangani.

Percuma saja berkas-berkas ini tak mampu membuat otakku melupakan Mikha walau sejenak. Apa yang sedang dilakukannya? Apakah ia juga memikirkanku? Hei, lupakan Mikha dan lakukan pekerjaanmu Adam!

Tak lama kemudian aku menyelesaikan pekerjaanku. Tak benar benar selesai sampai jam 5 nanti. Tapi aku punya sedikit waktu senggang dari pekerjaan ini. Pikiranku melayang ke Mikha. Selalu begini, waktu senggangku selalu habis karena memikirkan Mikha. Mikha benar-benar luar biasa.

Aku kembali memikirkan ketika pertamakali bertemu wanitaku. Jangan menyangka aku bertemu dengannya ketika ia menyerahkan dirinya padaku malam itu. Tapi jauh sebelum itu. Ketika ia masih lugu, ketika ia masih bersih tanpa noda dariku. Ketika ia tersenyum riang menggendong anak kecil di sebuah taman. Senyumnya mengalihkan duniaku.

Aku menyaksikan kisah Mikha.
Ketika Mikha mulai menghancurkan hidupnya pada malam hari dengan sebatang rokok. Karena aku harus menolong temanku yang mabuk malam itu bersama Arsen
Ketika Mikha dikhianati oleh pacarnya. Karena aku ada diantara pengunjung restoran.
Aku juga ada ketika Mikha mulai menjadi sedikit liar di club malam.
Dan pastinya aku juga ada ketika Mikha melepas kehormatannya

Memikirkan Mikha membuatku tersenyum. Senyumnya, tatapannya, tawanya membuatku semakin ingin memilikinya. Hanya dia dan selalu dia.

Kadang perasaan bersalah menggelayutiku akan wanitaku itu. Mengambil kehormatan dirinya. Memudarkan senyum juga tawa riang dari wanitaku. Menorehkan penyesalan di hidupnya.

Sudah 3 bulan aku bersama Mikha. Tapi cukup membuatku mengorek sedikit demi sedikit tentangnya. Tentang kehidupan Mikha di kampungnya. Tentang kesukaan Mikha terhadap anak-anak. Tentang Mikha yang suka membuat kue. Tentang Mikha yang suka tertawa. Tentang Mikha yang menyukai film horor. Dan tentang - tentang Mikha lainnya. Semoga saja nanti ada tentang Mikha yang mencintaiku

Kalian bertanya kenapa aku tak mengungkapkan perasaan ini? Karena lidahku selalu membeku hanya untuk bilang 'Mikha, aku cinta kamu'

Tok tok

Ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Aku kembali ke dunia nyata. Kuizinkan si pengetuk pintu untuk masuk.
Ternyata dia adalah Adikku, Aisyah.

Biar kuberi tahu. Aku lahir sebagai anak kedua dari 3 bersaudara. Salah satu saudaraku adalah Aisyah ini. Aisyah adikku tersayang masih kuliah. Aisyah adik yang ceria juga ramah. Mungkin Aisyahlah yang mengetahui semua rahasiaku. Karena aku yang sering bercerita apapun kepadanya, dia adalah pendengar yang baik menurutku. Berbeda dengan kakakku, khansa. Lebih sering komen ini itu tentangku. Faktor umur mungkin

" Aii ? Tumben kesini. Biasanya ga mau " perkataanku menimbulkan senyum di bibir Aisyah

" sebenarnya memang ga mau. Tapi mau bagaimana lagi. Ada sesuatu yang ingin kuungkap " Jawabnya

" apa? " tanyaku singkat. Aisyah berjalan mendekatiku lebih dekat. Lalu berhenti dihadapanku

" Aii tau " Lirihnya pelan. Namun bisalah untuk kudengar. Pernyataannya menimbulkan kebingungan di kepalaku

" Wanita itu, Mikha " Imbuhnya. Cukup tiga kata dengan satu nama membuatku berdebar bukan karena cinta tapi kaget.

" Kenapa? " Suara Aisyah sedikit bergetar karena menahan tangis

" apanya? "

" Ini bukan kakak. Tak biasanya kakak bermain wanita seperti ini. Kalau ada masalah bilanglah kak. Jangan seperti ini " hening. Tak ku potong sedikitpun perkataan Aisyah. Aku tetap menunduk membiarkan air matanya mengalir begitu saja.

" Pelacur itu akan membuat hidupmu hancur ! " Aisyah berteriak dengan genangan air mata. Mungkin ia kecewa melihat kakaknya sperti ini.
Aku tak terima Mikha dikatakan pelacur.

" Mikha bukan pelacur ! " Aku balik berteriak ke Aisyah.

" Kau mencintainya " Tak ada lagi teriakan. Suara Aisyah melemah

" Apa yang akan dilakukan mama jika ia tahu anaknya seperti ini " Aisyah membuatku semakin bersalah. Aisyah menangis sambil memukul dadaku dengan tenaga yang ada

" Aku tak sudi kak, jika kau menikah dengannya. Aku juga tak sudi jika kau beehubungan dengannya " Aisyah kembali berteriak meluapkan emosinya padaku. Kuhentikan pukulan Aisyah dengan menggenggam tangannya. Aku tak terima dengan perkataan Aisyah. Pertamakali aku merasa kesal dengan Aisyah

" Kau tak tahu apapun tentangnya. Jadi diamlah aku tak butuh restumu " ujarku dalam. Cukup membuat Aisyah terdiam. Kutinggalkan Aisyah sendiri di dalam ruanganku sedangkan aku mengambil tas kerja dan pergi pulang walau masih ada sekitar 2 jam lagi sebelum waktunya pulang. Toh, aku bosnya

Tbc

Pliss... Beri aku vote jika kalian suka dengan ceritanya. Supaya aku tahu kalau cerita aku ga sia-sia

MikhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang