Bintang-bintang menyebar indah di fatamorgana. Malam ini, Adam baru kembali dari kantornya mengurusi urusan mendesak. Wajahnya tak sesegar yang dulu ketika ia bersama Mikha, ia begitu kusut sekarang.
Tasnya dihempaskan ke sembarang arah begitupula dengan dasi dan jasnya. Menyisakan celana dan kemeja yang mencetak dada bidangnya.
Adam menoleh kearah meja makan yang kosong. Dulu, meja itu penuh dengan makanan yang sudah di hidangkan Mikha. Dulu, jika ia lembur, maka ada Mikha yang setia menunggunya di depan tv.
Dibuangnya pikiran tentang hal-hal yang dulu. Ia berjalan kearah dapur, memasak makanan untuk dirinya sendiri. Hanya satu makanan yang bisa ia masak, telur dan mie instan.
" Baru pulang? " Suara itu mengagetkan Adam, ia menoleh kebelakang ke sumber suara. Disana berdiri Tante Nada
" Ah, Mama " Nadanya terdengar kecewa. Padahal ia berharap itu adalah Mikha.
Semenjak kepulangan Mikha ke kampungnya. Tante Nada sering berkunjung menemani anaknya, memastikan anaknya baik-baik saja. Begitu pula dengan Aisyah, ia sering berkunjung untuk bermain bersama Adam.
" Duduklah, biar Mama yang masak untukmu " Dengan penuh kasih, duduk di salah satu kursi meja makan.
Ketika sedang memasak, Adam menatap Mamanya selekat-lekatnya. Hatinya merindukan Mikha serindu-rindunya, otaknya terus membayangkan Mikha sehingga mulutnya kelepasan memanggil nama Mikha
" Mikha... " Panggilnya. Tante Nada merasa dipanggil, ia menatap kearah anaknya. Adam benar-benar kesakitan, ia tak mampu menahan air matanya.
Tante Nada merasa kasihan melihat anaknya yang sudah basah kedua matanya. Dihampiri anak lelakinya itu, dialirkan kekuatannya pada anaknya dengan cara menggenggam erat bahu anaknya itu.
" Aku rindu " Sambung Adam terhadap perkataannya sebelumnya. Ia sudah cukup dewasa untuk menangis , tapi apalah daya Ia begitu ringkih tanpa Mikha-nya.
" stt... Tenanglah " Bujuk Tante Nada
" Jika kamu mencintainya, kejar dia kesana, apapun halangannya. Mama disini mendukungmu "
" Dia tidak mau bertemu denganku " Isak Adam pelan.
" Kamu sudah dewasa, masalah ini masa tak bisa diselesaikan. Mama yakin kamu bisa. Kamu mau, Mikha diambil pria lain yang menemani duka Mikha ketika ketidak hadiranmu? " Adam tertegun mendengar ucapan Mamanya. Ia tak mau Mikha lepas darinya, Mikha hanya miliknya untuk selamanya.
" Nak, Mama yakin disana Mikha menunggu kehadiranmu. Mama yakin Mikha juga sedang merindukanmu, sama-sama rapuhnya denganmu. Jadi pergilah ketempatnya, jemput ia untuk engkau pinang. Mama memberi mu restu. "
" Bagaimana jika tidak? "
" Insting Mama tak pernah meleset. Sana, siapkan keperluanmu. Biar Mama suruh Mamang anterin kamu ke bandara "
Semangat Mamanya mengalir keseluruh darahnya. Yang tadinya lemah kini menjadi berkobar. Disekanya bulir-bulir air mata yang membasahi wajahnya. Adam mengangguk mantap, dengan sigap dipersiapkan barang-barang yang akan diperlukannya nanti.
Tak butuh waktu lama. Mamang supir pribadi Tante Nada sudah menunggu di depan rumahnya, Dia siap mengantarkan tuannya sejauh apapun itu.
Di tengah malam, Adam pergi menemui Mikha. Tak penting bagaimana reaksi Mikha sekarang, yang penting ia selalu ada bersama Mikha.
...
Riuhnya burung berkicau pagi ini. Matahari bersinar tanpa malu-malu. Mikha merenggangkan otot-ototnya sambil menghembuskan nafas paginya. Ia setengah sadar, matanya setengah terbuka. Setelah solat subuh, ia malah tidur lagi.
Dijalankan kakinya kearah kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mikha
RandomNamanya Mikhaella vernata. Hanya gadis perantau biasa. Ia datang ke ibu kota untuk meneruskan pendidikannya. Ia juga bekerja pada sebuah restorant untuk meringankan beban orang tuanya di kampung. Mikha bertemu dengan seorang laki-laki bernama Azli...