Terlunta-lunta

4.2K 133 5
                                    

    Sudah seminggu tanpa Mikha. Sudah seminggu tanpa Adam. Sudah seminggu mereka saling disiksa rindu yang tak pernah lelahnya mengoyak sedalam-dalamnya. Mereka hanya bisa menenangkan rindu yang menggebu lewat kenang-kenangan yang dulu mereka ciptakan.

     Sisa-sisa bau Ibunya masih menguap di dalam rumahnya. Jadi disinilah Mikha sekarang, duduk-duduk di teras rumahnya menatapi pohon-pohon yang rindang di depan rumahnya. Menatap orang-orang yang bersiap-siap kesawah mencari makan untuk anak istri. Menatap anak-anak yang berlari tanpa lelah walau ibunya sudah berteriak agar mereka pulang. Ah.... Ibu

      " Eh, ada cewe cantik. Ada yang punya gak yah? " Kata pria itu dengan nada humor.  Mikha menggelengkan kepalanya menyatakan bahwa dia tak berpemilik. Dia adalah pria yang seminggu ini menemani dukanya, menjadi alasan senyum sementaranya. Dia Ulum, anaknya tante Mira

      " Klo gitu berarti boleh dideketin dong " Ucapnya lagi. Mikha mengangguk mempersilahkan Ulum duduk disampingnya. Karena sudah mendapat izin, Ulum langsung saja duduk disamping Mikha.

      " Eh, Mikha jangan duduk disini dong " Mikha mempersiapkan dirinya untuk menerima gombalan gaje dari Ulum

      " Ini kan rumah aku " Respon Mikha

      " Nanti kamunya disambet orang sambil lewat, cantik amat sih " Mikha hanya bisa mengumpat di dalam batinnya.

       " Hahaha " Tawa paksa Mikha

       " Ketawanya dipaksain ih " Ulum cemberut

        " wahahahhahahahhaha... Ngakak " Ulang Mikha, tawanya semakin dibuat-buat

        " Ah.. Udah yuk " Ulum berdiri dari duduknya, tangannya menarik tangan Mikha

        " Kemana? "

        " Ke cafe "

        " Ada yah cafe disini? "

        " Ya adalah "

       " Dimana? "

        " Warung uni Eli "

Tawa Mikha pecah mendengar lelucon itu. Mana ada cafe dibilang warung. Warung uni Eli itu menjual sarapan pagi. Banyak warga disini yang suka makan disana.

Ulum mengulurkan tangannya, memberi kode agar Mikha menggenggamnya. Mikha menolak uluran itu. Ia tak mau digenggam pria yang bukan muhrimnya selain Adam. Adam, Mikha merindukanmu

...

    Kamar itu sungguh berantakan juga gelap. Ada debu-debu halus berterbangan di dalam cahaya matahari yang menerobos melewati gorden yang menutup seluruh jendela dikamarnya.

     Bajunya diserakan saja di dekat lemari, dibawah kasur maupun didekat kamar mandi. Jauh dari seseorang membuatnya tersiksa, membuatnya menjadi lemah.

    Ia terbangun dari tidurnya. Ia tak lagi tidur teratur seperti dulu. Ia berjalan kearah dapur, berniat mengisi perutnya yang sudah meronta minta diisi.

   Bi Marsih terkejut melihat keadaan tuannya yang hanya memakai boxer saja berjalan ke seluruh ruangan. Ia menundukkan kepalanya sebagai rasa malunya.

    Adam tak peduli dengan itu. Ia tak tertarik untuk melakukan apa saja sekarang. Apalagi makan, ia hanya terpaksa makan karena perutnya sudah keroncongan.

     " Mau makan apa tuan? Saya buatkan " Tawar Bi Marsih ketika melihat tuannya menuju kulkas.

    Adam menatap enggan Bi Marsih. Tak dipedulikannya perkataan Bi Marsih selayaknya angin lalu. Diambilnya susu juga beberapa lembar roti dari kulkas. Ia hilang nafsu makan, setidaknya roti dan susu itu mengganjal perutnya.

     Dibawa roti dan susu itu bersamanya ke kamarnya lagi. Roti itu dimakan tanpa dikunyahnya terlebih dahulu, membuatnya terbatuk-batuk karena tersedak. Direguknya air susu sebanyak-banyaknya. Tak peduli dengan susu yang tumpah melalui sudut bibirnya.

    Baru saja ia bangun sudah merasa lelah. Tubuhnya kembali ambruk diatas kasur yang sudah penuh dengan remahan. Ahh... Benar-benar, cinta membuatnya bodoh.

Dia sungguh kesakitan sekarang, bukan di fisiknya melainkan hatinya yang sudah benar-benar sekarat. Bayangan Mikha selalu ada dimana-mana. Suara Mikha masih menggema di gendang telinganya. Bahkan masih ada bau semerbak bau Mikha.

    Bau Mikha? Adam merindukannya. Tak jadi ia tidur dikamarnya mungkin ia akan tidur dikamar Mikha hari ini. Melepas segala kerinduan yang sudah tak tahan seminggu ini.

Mau bagaimana pun Adam tak pernah bisa melupakan Mikha. Mikha telah Benar-benar lekat dengan dirinya. Dramatik? Tapi itulah faktanya.

    Tubuh kekar itu terbenam dikasur yang selama ini ditiduri Mikha. Terasa hatinya menjadi tenang ketika mencium aroma tubuh Mikha disana. Tak terasa kerinduannya selama ini lepas sekajap menghasilkan bulir air yang jatuh di ujung matanya.

    Ketahuilah di dalam kaku mulutnya sekarang. Hatinya terus nyinyir menyebut nama Mikha. Ia terlunta-lunta sekarang

      
   

     

  

  

MikhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang