* Adam Pov
Lagi-lagi pria itu datang menemui Mikha tak henti-hentinya untuk beberapa hari ini. Dia pikir dia siapa, seenaknya jalan sama milik orang. Kudengar dari Trisna, namanya Ulum katanya. Ckk... Namanya jelek, bagusan namaku toh.
Ini Mikhanya lagi, katanya rindu, seharusnya tetap bersamaku sepanjang hari. Bukannya ikut saja dengan ajakan pria genit itu. Aku mencintainya, wajarkan aku cemburu?
" Adam, aku mau pergi sama Ulum boleh? " Tanyanya padaku yang sudah sakit hati dengan si Ulum itu." Iya, boleh, jangan lama-lama yah " Mau bagaimana lagi, Mikhanya sudah dandan gitu.
Mikha tersenyum padaku, senyuman yang berapa minggu lalu sangat ku rindukan.
...
" Ini kita mau kemana? " Mikha heran dengan arah tujuan motor Ulum yang belum berhenti melaju. Pantatnya sudah lelah duduk berlama-lama diatas jok motor Ulum.
" Sebentar lagi akan sampai, kupastikan kamu akan takjub " Balas Ulum dengan seukir senyuman percaya diri.
Mikha belum puas dengan jawaban Ulum, tapi ia juga tak mau terlalu nyinyir kepada Ulum.
Tak lama kemudian, motor itu berhenti di tepi hutan lebat.
" Ayo " Ulum mengulurkan tangannya pada Mikha.
" Ngapain? " Bukannya menerima uluran tangan ulum, Mikha malah bertanya.
" Apanya? " Ulum malah bingung dengan pertanyaan Mikha. Ia menatap kearah mata Mikha yang terisirat kecemasan disana. Lantas Ulum terkekeh
" Hahaha... Kenapa? Kamu pikir aku apaan Mik? " Kekeh Ulum menanggapi kecemasan Mikha. Tahulah, masa cewe diajak cowo ke hutan gini.
Tak lagi mengulurkan tangannya untuk Mikha, Ulum melenggang pergi memasuki semak-semak di tepi hutan. Lalu menghilang dibaliknya. Mikha mengerucutkan bibirnya, ia tak suka berada disini. Terpaksa ia mengikuti langkah Ulum ke dalam sana.
" Kamu mau bawa aku kemana? " Teriak Mikha kesusahan dibelakang Ulum, melewati rerumputan yang sudah setinggi pahanya.
" Ketempat yang indah " Ulum berteriak juga membalas teriakan Mikha.
...
Cahaya mencoba untuk tetap melewati celah-celah dedaunan. Memberi penyinaran di dalam hutan itu. Mereka sudah berjalan terlalu jauh, dan entah mau berjalan sejauh apa lagi. Mikha sudah enggan untuk bertanya, nanti Ulum palingan juga jawab 'sebentar lagi'
" Kamu ingin tahu kan kemana kita pergi? " setelah lelah berjalan, Ulum akhirnya bersuara dengan ngos-ngosan. Dia sama lelahnya dengan Mikha
" Iya "
" Kita sampai " Ulum membalikkan badannya kearah Mikha yang tertegun cemas dibelakangnya. Dedaunan berkresek seiring langkah Ulum yang semakin mendekati Mikha. Langkah Ulum membuat Mikha semakin was-was
" Apakah disana ada air terjun? " Sudah sedari tadi ia mendengar bunyi air itu, tadinya samar sekarang sudah terdengar jelas. Ulum tidak membalas pertanyaan Mikha
" Pegang tanganku, aku janji tak akan menodaimu " Ulum mengerti betul dengan kecemasan Mikha terhadapnya. Diucapkannya kalimat itu agar Mikha tenang dan percaya kepadanya. Ya, Mikha mempercayai perkataan Ulum, dengan bismillah digenggamnya tangan Ulum
Ulum tersenyum ketika Mikha menerima ulurannya. Dituntunnya Mikha melawati belukar yang sudah lebih tinggi daripada mereka.
Benar saja, dibalik itu ada air terjun yang sungguh indah. Benar saja Mikha takjub dengan tempat ini. Lihatlah ketika cahaya membiaskan percikan air menjadi pelangi. Pohon-pohon rindang melindungi tempat ini. Airnya benar-benar jenih hingga tampak dasarnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Mikha
RandomNamanya Mikhaella vernata. Hanya gadis perantau biasa. Ia datang ke ibu kota untuk meneruskan pendidikannya. Ia juga bekerja pada sebuah restorant untuk meringankan beban orang tuanya di kampung. Mikha bertemu dengan seorang laki-laki bernama Azli...