Kupencet bel pintu kamar apartemen yang sudah menjadi tempat singgahku selama sepuluh tahun terakhir. Aku gugup setengah mati, aku tidak tahu kenapa. Padahal sudah lebih dari satu bulan aku tidak menemuinya. Tetapi hari ini sepulang kantor Jim meneleponku karena ingin berbicara padaku dan aku sekalian mengambil barang-barang lamaku di apartemen ini.
Pintu terbuka tampaklah Pria yang dulu sempat menjadi rumah bagiku, sempat menjadi sandaran hidupku dan sempat menjadi cinta dihidupku. Kini aku percaya bahwa itu semua hanyalah omong kosong belaka.
"Hei," Jim tersenyum menampilkan senyuman yang khas dan ternyata hal tersebut masih berefek pada diriku. Jantungku masih berdesir melihatnya seperti itu.
"Hei," Kami berpelukan dengan sangat canggung dan Jim mempersilahkanku masuk. Hari ini dia tidak memakai kaki palsunya, dia memakai tongkat dan aku sedikit membantunya menuju sofa ruang tamu.
"Aku bisa, thank you..." Katanya dengan pelan.
Mengurusi urusan Jim Lee sudah seperti sebuah kebiasaan dan rutinitasku. Jika menyangkut tentang penyakit yang ia alami aku sudah sangat biasa. Aku melihat sekeliling. Apartemennya sangat rapih, hatiku sakit. Kurasa Valeria mengurusinya dengan baik kini.
"Barang-barangmu belum aku kemas Babe— hem... Nat..." Sungguh tinggal bersama dan bersama selama sepuluh tahun begitu mengerikan. Kalimat sayang yang biasa kami lontarakan bisa terselip begitu saja.
"Okay...aku akan mengemasnya..." Saat aku akan berjalan ke kamar kami berdua (bekas kamar kami berdua) aku melihat seprai dan bed cover bermotif.
Hatiku juga sakit melihat hal itu. Aku tahu Jim tidak menyukai motif yang memusingkan seperti ini, dia hanya ingin warna putih polos. Selama sepuluh tahun bersamanya kami tidak pernah memasang seprai dan bed cover selain warna putih polos.
"Kau berubah," Kataku pelan sedikit bergemetar.
"Itu motif kesukaan Valeria," Katanya juga pelan. Aku menelan ludahku sendiri seraya berjalan menuju lemari pakaian. Saat kubuka lemari pakaian aku melihat beberapa pakaian Valeria.
"Oh, Nat... pakaiamu sudah dimasukkan ke box oleh Val,"
"Okay..." Sungguh aku menyesal datang kemari untuk mengambil pakaianku.
"Dimana Valeria?"
"Dia sedang bekerja," Aku hanya mengangguk pelan.
"Natalie, I'm sorry..." Aku menoleh ke arah Jim yang memandangku dengan penuh maaf.
"I'm so sorry...aku tidak bisa tidur dengan nyenyak satu bulan terakhir... aku... merasa sangat bersalah padamu, aku... merasa sangat brengsek dan... merasa tidak enak dengan Abeoji dan Eommoni," Aku hanya berdiri seperti patung di hadapan Jim.
Mataku terasa sangat panas. Kurasa air mataku akan mengalir. Jangan menangis jangan menangis jangan menangis Natalie Kim! Jangan menangis! Kau sudah berbuat liar dengan tidur bersama orang asing. Kau mempunyai malam yang sangat fantastis akhir pekan kemarin.
Kau berhubungan seks dengan pria Hulk yang sangat seksi. Untuk apa kau menangisi pria tinggi, kurus dan... oh, shit...Jim juga tampan.
Intinya aku tidak boleh menangis! Kutekankan gigiku di bibir bawahku. Aku berusaha menatapnya lagi, namun tangan Jim sudah mengusap pipiku.
"Menangis lah Natalie, aku tidak akan menge-judge mu karena menangis. Semua perbuatanku sangat salah... sangat sangat salah... seharusnya aku tidak..." Damn, dia sangat hafal gesturku. Jim sangat hafal apakah aku akan menangis atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST, SKIP THE SHIT (#3 THE SHIT SERIES) [END]
ChickLitWARNING! 21++ ( Due to some mature scene and content, underage is not allowed to read this story... please be a responsible reader) Natalie Kim, 27 tahun seorang COO Runway Fashion Online. Uang bukanlah masalah baginya. karena dia seorang business...