24

7.9K 558 24
                                    

21++ AREA

Malam dimana aku tanpa sadar mencium Spencer Frye, memintanya untuk membacakanku dongeng dan memperlakukanku seperti anak kecil serta meminta untuk memelukku semalaman sungguh suatu bencana bagiku. Bagaimana tidak? Karena oengaruh soju yang kuat aku menceritakan segalanya kepada Spencer mengenai Jim yang memintaku untuk kembali padanya dan berangkat ke LA bersama dengannya.

Kejadian itu sekitar empat hari yang lalu. Semenjak itu ada sesuatu yang berubah dari sikap Spencer. Bisa dikatakan dia menjadi lebih... lembut? Entahlah. Jujur, aku sedikit ketakutan karena dia bersikap begitu lembut padaku dan menatapku dari atas hingga bawah seperti memindai data ke suatu program di otaknya dan seperti aku adalah miliknya.

Setiap Spencer melakukan hal itu membuat seluruh tubuhku bergetar dalam artian yang aneh. Bahkan aku selalu dapat merasakan setiap aku tidur dia berada di samping tempat tidurku dan mengusap keningku hingga mengecup puncak kepalaku. Aku hanya akan bersikap aku pura-pura sudah tertidur dengan sangat pulas.

Saat ini aku berada di bandara La Guardia, New York dan menunggu Spencer bersama asistennya Paul Luigo. Paul memiliki perawakan tinggi dan rupawan, sehingga beberapa orang yang melewati kami akan menengok ke arahku dan Paul.

"Ms Doll, sepertinya Mr Frye masih agak lama apakah kau mau kubelikan sesuatu dulu dari Starbucks atau Auntie Anne's?" Yap, Paul masih mengira namaku Baby Doll.

"No, thank you Paul aku hanya akan menunggu disini," Kataku sambil memegang erat tas tenteng yang kubawa.

"Baiklah, jika kau perlu sesuatu mohon langsung meminta saja padaku, aku akan dengan senang hati melayani tamu Mr Frye," Paul tersenyum dengan lembut padaku dan aku hanya mengangguk pelan.

"Thanks Paul," Jawabku dengan pelan.

Tak berselang lama Spencer berlari-lari kecil ke arahku dan Paul. Spencer melambaikan tangannya sambil meregangkan dasi yang ia pakai. Aku membalasnya dengan melambaikan tanganku dan tersenyum ke arahnya. God,situasi kami sungguh tidak biasa.

Kurasakan Paul terkekeh di sampingku, lalu aku menoleh ke arahnya dengan tatapan 'What?' padanya dan Paul seperti menangkap maksudku dengan mengangkat kedua pundaknya 'Nothing' katanya tanpa suara hanya menggerakkan bibirnya saja. Setelah itu Spencer berada di hadapanku dan mengecup pipiku sekilas dan bisa kurasakan kulit pipiku memanas dan aku salah tingkah.

"Maafkan aku rapat berjalan sangat panjang tadi, Shall we?" Tanya Spencer sambil mengambil tanganku dengan sangat natural seperti kami sepasang suami dan Istri yang sudah melakukan hal ini selama bertahun-tahun.

Kupadang Spencer dari sudut mataku bahwa hari ini dia sangat sangat tampan dan manly. Well,dia memang selalu tampan tetapi ada sesuatu di dalam dirinya yang sungguh membuat dirinya lebih tampan lagi. Entahlah apa itu kurasa pakaian kerja yang ia pakai atau caranya membawa tanganku seperti aku adalah hal yang harus dia lindungi, entahlah. Lagipula, kenapa aku hanya diam saja dan menerima hal ini begitu saja? Aku seperti menerima hal ini apa adanya.

Kurasakan ponsel ku bergetar dan tangan yang tidak di genggam Spencer merogoh saku jeans ku dan mengambil ponsel dari saku jeans ku. Tampak wajah Jim dan wajahku di layar ponsel, itu telepon darinya dan aku belum sempat mengganti foto profile kontaknya. Saat aku akan mengangkat telepon darinya Spencer menyambar ponselku lalu ia memasukkannya ke kantong jas miliknya.

"Don't you dare pick up his call," Saat aku akan memprotes Spencer merangkul pundakku dan membuatku ketika berjalan berada di lengannya dan merasakan aroma kuat tubuhnya yang membuat wanita menggila.

"Kau sudah berjanji akan berangkat ke LA bersamaku, don't you dare pick up his call or talk to him while you are with me," Spencer menatap lurus mataku dan hal tersebut membuat perutku terasa teraduk. Aku hanya mengangguk pelan dan merasakan Spencer mengecup puncak kepalaku.

JUST, SKIP THE SHIT (#3 THE SHIT SERIES) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang