Part 9 | Cinta Tak Bersyarat

2.5K 173 48
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

"Sesuatu yang diawali dengan sebuah keburukan akan berakhir dengan keburukan pula."

♡♡♡

Satu hari setelah Siska melayangkan surat pengunduran dirinya Elang langsung bertindak dan mendatangi kediaman Siska. Kini Elang datang dengan Intan, mereka tengah duduk lesehan di ruang tamu rumah kontrakan Ratih.

"Silakan diminum," tutur Ratih setelah menyimpan dua gelas teh dan juga beberapa jajanan pasar yang tadi pagi dia beli.

Elang dan Intan tersenyum ramah lantas menganggukan kepalanya. "Terima kasih."

"Maaf jika kedatangan kami ke sini terkesan mendadak dan menganggu," ucap Elang berbasa-basi.

Hanya hanya menampilkan senyuman tipisnya sebagai jawaban.

"Saya turut berduka cita atas meninggalnya Rama. Maaf saya dan Istri baru bisa sekarang mengunjungi," lanjutnya.

Hubungan Elang dan Rama yang cukup akrab dan tergolong dekat membuat Elang merasa tak enak hati karena tidak bisa melihat Rama untuk terakhir kalinya.

"Tidak apa," sahut Ratih memaklumi kesibukan Elang dan Intan.

"Siska," panggil Intan.

Merasa namanya dipanggil, Siska lantas mendongakan kepalanya. "Iya, Tan."

"Kenapa kamu resign?" seloroh Intan to the point.

"Aku cuman ngerasa gak nyaman aja kerja di rumah sakit besar," jawab Siska.

"Maksud Kamu?" tanya Ratih yang tak tahu menahu tentang pengunduran diri Siska.

Siska menatap kedua manik mata Ibunya. "Ibu, kan tau aku belum pernah kerja, nah sekalinya kerja langsung di rumah sakit besar. Siska ngerasa asing gitu, Bu." jelas Siska menutupi alasan utamanya. Walau pun apa yang Siska utarakan adalah sebuah kebenaran.

"Apa ini semua ada sangkut pautnya sama Edgar?" tanya Elang yang menaruh curiga dengan gelagat Siska dan Putranya yang terlihat merenggang sebelum Siska melayangkan surat pengunduran.

Hubungan antara Siska dan Irfan memang cukup dekat dan akrab. Walau tak dapat dipungkuri bahwa diantara keduanya seringkali bertengkar dan berselisih paham. Tapi bagi mereka itu hal yang biasa.

Siska diam menunduk bingung harus menjawab apa pertanyaan Elang. "Hm.. hm... eng... enggak, Om."

"Yaudah kalau gitu Om minta besok kamu mulai kerja lagi." ucap Elang.

"Ma... maaf...Om kalau untuk kerja lagi Siska gak bisa," tolak Siska yang sudah tak mau lagi berurusan dengan Irfan.

"Kenapa?" Intan ikut larut dalam obrolan.

"Siska gak bisa ngerjain pekerjaannya , Tan." ungkap Siska seraya menampilkan senyuman kikuknya.

"Astagfirullah, jadi itu alasan kamu resign?" sahut Intan.

Siska hanya mengangguk bodoh, dia sudah tidak mempunyai alasan lagi untuk menolak tawaran yang Elang berikan.

Mendengar alasan Siska, ketiga orang tua itu tersenyum maklum. Karena memang Siska dilahirkan dari keluarga yang sangat memanjakan dirinya. Harta yang cukup, dan kasih sayang yang melimpah ruah dari Ayahnya. Ya, Rama sangat memanjakan Siska, karena memang hanya dialah yang bisa memberikannya.

Sedangkan sang Ibu hanya menghabiskan waktunya untuk keluyuran dan menghambur-hamburkan uang. Oleh karena itulah Siska kekurangan sosok Ibu yang seharusnya memberikan dia banyak limpahan kasih sayang. Namun, sekarang Siska bisa merasakan kehangatan dan kasih sayang yang diberikan Ibunya. Tapi tetap saja masih ada kekosongan yang dia rasakan.

Cinta Tak Bersyarat  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang