بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
"Terlalu terlena dalam mengurusi hidup orang lain, sampai lupa hidup sendiri disia-siakan bahkan tak segan dilupakan."
♡♡♡
Ruangan yang semula sepi senyap sekarang penuh dengan suara bising khas wanita-wanita yang tengah ngerumpi ria.
"Ehk, tau gak? Kemarin gue liat dokter Edgar sama perempuan," ucap Yasmine heboh.
"Siapa? Siapa?" tanya Shinta antusias. Dia sangat mengagumi sosok dokter muda bernama Edgar itu.
Siapa? batin Siska mulai bertanya-tanya.
Apa yang mereka maksud itu gue? dengan segera dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
Siska masih mengingat betul kejadian kemarin. Saat dia melontarkan satu kata yang sangat ambigu. Bahkan semenjak peristiwa itu, Siska belum berani menampakan wajahnya di hadapan Irfan.
"Gak tau juga sih. Tapi ceweknya cantik keliatan banget dia dari kalangan high class. Kita mah gak ada apa-apanya dibanding dia," ucap Yasmine penuh dengan nada suara kecewa.
Shinta tersedak minumannya sendiri, "Seriusan loe?"
"Serius lah, masa gue boong soal beginian sih," ucap Yasmine setelah dia menyelesaikan ritual makan siangnya.
"Patah hati dong gue. Belum juga berjuang udah kandas di tengah jalan duluan," ujar Shinta dramatis.
"Gue juga sama kali. Apalagi gue liat sendiri pemandangan menyakitkan itu di depan mata kepala gue," tutur Yasmine.
Siska yang tengah sibuk dengan bekal makan siangnya langsung terbatuk-batuk saat mendengar perbincangan antara dua rekan kerjanya itu yang semakin menjadi-jadi.
'Apa pas gue pergi, Irfan malah ketemuan sama ceweknya? Bego! Mau gue nangis kejer atau sujud depan kakinya juga dia gak akan pernah gubris perasaan gue,' makinya merutuki diri sendiri.
"Terus gimana lagi?" tanya Shinta penuh dengan rasa penasaran.
"Gak tau gue."
"Dih, loe mah ngasih info dikit amat. Tanggung tau," protes Shinta.
"Yaelah gue takut pingsan kalau sampe dokter Edgar ngelamar tuh cewek depan mata gue. Mereka itu pasangan yang pas dan klop. Cowoknya ganteng ceweknya cantik abis," tutur Yasmine kembali mengingat wajah cantik perempuan yang bersama Irfan.
"Gue berharap sih loe pingsan dan gak bangun lagi. Biar saingan gue buat dapetin dokter Edgar berkurang," kata Shinta.
"Jelek amat doa loe. Gimana kalau malaikat lewat dan ngaminin doa loe? Gue belum siap mati mendadak. Amal gue baru dikit," ucap Yasmine seraya mengetuk-ngetuk tangannya di meja beberapa kali.
"Makanya kalau takut mati banyakin amal. Bukan malah sibuk gosipin orang!" suara Hasna tiba-tiba saja menganggu telinga mereka.
"Sinis amat sih, Mbak kaya gak pernah gosipin orang aja," sela Yasmine tak terima.
Betapa banyak kaum muslimin yang mampu menjalankan perintah Allah Azza wa Jalla dengan baik. Menjalankan sunnah-sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mampu menjauhkan dirinya dari zina, berkata dusta, minum khomer, bahkan mampu untuk sholat malam setiap hari, dan senantiasa puasa senin kamis. Namun, tidak mampu menghindarkan dirinya dari ghibah, walaupun sudah jelas bahwasannya ghibah itu tercela dan merupakan dosa besar. Namun, tetap saja dilakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak Bersyarat
Spiritual[PINDAH KE KUBACA/ICANNOVEL] Jika cinta kepada manusia selalu menjadi topik utama, bahkan tak segan untuk diperjuangkan secara sempurna. Lantas, bagaimana dengan cinta kepada sang Maha Pencipta. Apakah seperti demikan juga? Rasa cinta pada manusia m...