Part 12 | Cinta Tak Bersyarat

2.4K 163 81
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

"Perempuan itu keras hati walau sebenarnya dia tidak pernah kosong dari rasa simpati."

♡♡♡

Siska yang tengah sibuk dengan beberapa rekam medis pasien dikagetkan dengan kedatangan Salma --asisten apoteker-- yang datang dengan cepat dan begitu tergesa-gesa.

Rekam medis adalah suatu berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan informasi lain terkait kesehatan pasien yang diterima pasien pada sarana kesehatan, baik yang menjalani rawat jalan maupun rawat inap.

"Kenapa?" tanya Siska heran.

"Mbak, ini bacaannya apa sih? Gak jelas banget," ucapnya frustrasi seraya menyodorkan sebuah resep dokter kepada Siska.

Resep dokter adalah permintaan tertulis dari seorang dokter. Baik dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis ataupun dokter hewan kepada apoteker (farmasis) untuk membuat dan menyerahkan obat kepada pasien.

Siska melebarkan mata saat dia melihat dengan jelas tulisan semacam ceker ayam di dalam genggaman tangannya. "Sejelek-jeleknya tulisan pasti gue ngerti. Tapi sumpah yang ini tulisannya ancur parah," gumamnya seraya geleng-geleng kepala.

Resep dokter itu diibaratkan sebagai surat cinta dokter kepada apoteker atau tenaga farmasi. Karena orang-orang awam tidaklah mengerti dan mengetahui maksud dari apa yang tertulis dalam sebuah copy resep. Bahkan sudah menjadi rahasia umum bahwa tulisan dokter itu terkesan jelek dan acak-acakan.

Bukan tanpa alasan seorang dokter menuliskan resep dengan tulisan alakadarnya itu karena di dalamnya terdapat kerahasiaan yang harus dijaga. Walau sebenarnya tidak ada aturan yang jelas di undang-undang dan peraturan yang menyuruh dokter untuk menulis resep dengan tulisan tidak jelas.

"Aduh, Mba dari tadi pasiennya udah ngamuk-ngamuk sama saya," adu Salma yang sudah kelimpungan menghadapi pasien yang sedari tadi mengomel karena obatnya tak kunjung dia terima.

Siska menelaah dan membaca ulang copy resep itu hingga netranya menangkap cap dokter pembuat resep itu. Dia langsung menggeram dan beranjak mengambil telepon untuk menghubungi sang Dokter yang sudah berulah dengan tulisan yang tidak pantas disebut sebagai sebuah tulisan.

"Lo niat nulis resep gak sih? Kalau gak bisa nulis mending gak usah!" sembur Siska saat panggilan teleponnya terhubung.

Salma yang mendengar serentetan makian kasar Siska hanya bisa melongo di tempatnya.

"Bukan tulisan saya yang jelek tapi anda saja yang tidak jago membacanya," ucap sang Dokter santai menanggapi kegeraman Siska.

"Buruan kasih tau gue resepnya. Atas nama Anggun umur tiga puluh delapan tahun," ujar Siska.

'Nama aja Anggun tapi kelakuan bar-bar dasar emak-emak,' gerutu Siska dalam hati. Dia tidak terima asistennya dibentak-bentak pasien.

"Tolong bahasanya dikondisikan. Saya tidak mengerti apa yang anda katakan," tutur sang Dokter.

Dengan kesal Siska mematikan teleponnya dan bergerak cepat melangkahkan kakinya. Bahkan wajah putihnya sudah berwarna merah padam karena menahan gejolak amarah.

"Mbak... Mbak... mau kemana?" teriak Salma kebingunan.

"Mau basmi tuh Dokter Ceker Ayam," ujar Siska kesal.

Salma lagi-lagi melongo dengan mulut yang terbuka lebar. Namun, setelah kesadarannya kembali dia langsung menemui pasien yang sudah mengomelinya sedari tadi. Memberikan sedikit penjelasan agar sang pasien bisa mengerti dan mau lebih bersabar lagi.

Cinta Tak Bersyarat  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang