Part 29 | Cinta Tak Bersyarat

2.2K 160 18
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

"Kita dipertemukan hanya untuk bertegur sapa dan mengukir luka. Tidak untuk hidup bersama dan mengukir cinta."

♡♡♡

Kaki Siska melemah seketika, tulang-tulang dan persediaannya tidak kuat untuk menopang berat tubuhnya. Terlebih lagi saat melihat kondisi Ibunya yang sudah tak sadarkan diri.

Dia kembali...

"Teh Siska!" pekikan itu Shakira keluarkan saat melihat sang Kakak yang masih asik berdiam diri di ambang pintu seperti orang linglung.

"Jangan melamun! Cepat kita harus ke rumah sakit," teguran dan tarikan di pergelangan tangannya membawa Siska ke alam sadar.

Mobil melaju dengan begitu cepat, semua orang yang berada dalam mobil semakin panik karena Ratih tak kunjung membuka matanya. Memakan waktu sekitar tiga puluh menit untuk menuju rumah sakit terdekat. Ratih langsung dilarikan ke ruang UGD untuk mendapatkan penanganan.

"Ibu... Teh...," Shakira sudah banjir air mata sedari tadi. Otaknya sudah berpikir macam-macam, tidak bisa lagi berpikir positif.

"Istigfar, doakan Ibu," ucap Siska menenangkan dan memeluk dari samping Adiknya.

Perasaanya tak kalah kacau dan diliputi ketakutan dia seperti de javu, sama seperti dulu saat sang Ayah tercinta dilarikan ke rumah sakit karena serangan jantung. Rapalan doa tak henti-henti dia panjatkan pada Sang Khalik.

"Tante Ratih pasti baik-baik saja," ucap Shandra yang duduk di sebelah Siska.

Siska menatap sahabatnya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Aamiin," hanya kata itulah yang mampu dia ucapkan.

"Keluarga pasien?" seorang dokter ke luar dari ruang UGD, dan itu membuat semua orang yang sedang menunggu di depan ruangan tersebut berdiri dan menghampiri sang dokter.

"Bagaimana keadaan Ibu saya, Dok?" sambar Siska dan Shakira serempak.

"Dari hasil pemeriksaan Ibu anda menderita anemia akibat kekurangan vitamin dan zat besi. Dan saya sarankan agar anda lebih memperhatikan pola makannya, karena itu sangat mempengaruhi kesehatan pasien terlebih lagi usia pasien yang tidak muda lagi," jelas sang Dokter.

"Apakah Ibu saya masih memerlukan perawatan atau sudah diperbolehkan untuk pulang?" tanya Siska.

"Bisa dibawa pulang, hanya saja menunggu kondisi beliau stabil dulu," jawab Dokter.

"Terima kasih," kata Siska dan mendapat anggukan serta senyuman ramah sang dokter sebelum dia benar-benar meninggalkan ruang tunggu.

♡♡♡

"Bisa gue minta waktu loe sebentar?" tanya seorang laki-laki yang sudah menolong serta membawa Ibunya ke rumah sakit.

Siska tergagap dan terdiam cukup lama. Dia belum siap bertemu dengannya lagi, terlebih lagi untuk berbicara empat mata. Hatinya belum kuat, batinnya masih meragu dan perasaannya masih sama seperti dulu.

Melihat Siska yang tak kunjung melontarkan persetujuannya membuat dia dirundung rasa gelisah, "Cuman sebentar."

Debar jantung Siska semakin menggila kala suara itu kembali menyapa gendang telinganya. Dengan ragu dan pelan dia menganggukkan kepalanya.

Tenangkan hati hamba. Hilangkan debar jantung hamba.

"Ikutin gue," ucapnya seraya melangkah lebih dulu dari Siska yang berada sekitar dua meter di belakangnya.

Cinta Tak Bersyarat  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang